11 May, 2009

Himpunan Risalah Pembelaan Terhadap Salafiyah

Risalah Pembelaan Salafiyyah
مجموع الرسائل
الدفاع السلفية عن ائمة أهل السنة
HIMPUNAN RISALAH
PEMBELAAN SALAFIYYAH
Terhadap Ulama Ahlus Sunnah
[Ibnu ’Abdil Wahhab, Al-Albani dan Ibnu Baz]
Penulis:
Abu Salma bin Burhan al-Atsari
‘Afallohu ‘anhu wa Walidayhi
Himpunan Risalah
Pembelaan Salafiyyah Terhadap Ulama Ahlus Sunnah
© Copyleft 2007

Maktabah Abi Salma al-Atsari
Ebook ini dapat disebarluaskan dan diprint/dicetak selama tidak
untuk komersial dan hanya dibagikan gratis


Pembelaan Terhadap
Syaikhul Islam
Muhammad bin Abdil Wahhab
rahimahullahu wa askanahu al-
Jannaat al-Fasih

Risalah Pembelaan Salafiyyah
SYAIKHUL ISLAM MUHAMMAD BIN
ABDUL WAHHAB DI MATA PENYESAT
UMMAT
 وُق ْ ل  جاءَ اْل  ح  ق  و  ز  ه  ق اْلباطِ ُ ل إِنَّ اْلباطِ َ ل َ كا َ ن  ز  هوًقا
"Dan katakanlah: Yang benar telah datang dan yang bathil telah
lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti
lenyap." (Al Isra : 81)
ب ْ ل نْ قذِ  ف بِاْل  ح  ق  عَلى اْلباطِلِ َفي  دمغه َفإِ َذا  ه  و  زاهِ  ق  وَل ُ ك  م اْل  وي ُ ل مِ  ما تصُِفو َ ن
“Sebenarnya Kami melontarkan yang haq kepada yang batil
lalu yang haq itu menghancurkannya, maka dengan serta
merta yang batil itu lenyap.” (QS. Al-Anbiya’ : 18).
Tidaklah setiap orang yang datang di dunia ini dengan
membawa kebaikan, melainkan dia pasti memiliki musuh-musuh
dari kalangan jin dan manusia, sampai-sampai para anbiya’ (para
Nabi) juga tidak lepas dari permusuhan ini1. Begitu juga

1 Lihat QS al-An’aam : 112

permusuhan mereka terhadap para ulama pengibar panji dakwah
al-Haq ini mereka lakukan dengan sengit dan dengan kedengkian
yang luar biasa.
Hal ini seperti apa yang dialami oleh Syaikhul Islam Ahmad
bin Abdil Halim Ibnu Taimiyah al-Harrani rahimahullahu, yang
mana dakwah beliau difitnah, disudutkan dan dituduh dengan
kedustaan-kedustaan. Bahkan beliau sampai-sampai divonis kaf ir
murtad oleh ahlul bida’ wal ahwa’, (pengikut kebid’ahan dan
hawa Nafsu) dicerca dan dilabeli dengan tuduhan-tuduhan keji
semisal mujassim2, musyabbih3, hasyawiyah4 dan nashibah5.
Diantaranya pula apa yang mereka lakukan terhadap asy-
Syaikhul Imam Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullahu,
yang mana para musuh-musuh dakwah memerangi dakwahnya
dan menfitnahnya dengan tuduhan-tuduhan dusta dan fitnah,
agar manusia menjauh dari dakwah mubarokah (yang diberkahi)
ini dan agar manusia senantiasa melanggengkan kesyirikan dan
kebid’ahan yang dipelihara oleh ulama-ulama suu’ (jahat) yang
mereka warisi dari kalangan shufiyun qubur iyun (pengikut
thariqat sufi dan penyembah/pengkultus kuburan) dan syi’ah
rafidhah (aliran syi’ah yang mengkafirkan para sahabat Nabi)

2 Mujassim adalah kelompok yang berpemahaman bahwa Allah memiliki jism (jasmani).
3 Musyabbih adalah kelompok yang berpemahaman bahwa Allah serupa dengan makhluk-
Nya.
4 Hasyawiyah adalah orang yang linglung dengan ucapannya.
5 Nashibah adalah kelompok yang memerangi dan membenci Ali bin Abu Thalib dan Ahlul
Bait.

serta kaum ilmaniyyun (sekuler) dan mustasyriqin (orientalis)
yang hasad terhadap Islam.
Diantara para pendengki yang membenci dakwah
mubarokah ini adalah Hizbut Tahrir6, yang mencela dakwah
Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dan menuduh beliau
sebagai agen Inggris –nas’alullaha as-Salamah wal ‘Aafiyah (kita
memohon keselamatan kepada Allah) – dan dengan tuduhantuduhan
dusta lainnya yang mereka kumpulkan dari musuhmusuh
dakwah dari kalangan shufiyun dan syi’ah.
Penyebab kami menyusun risalah ini adalah banyaknya
tuduhan-tuduhan batil dan dusta yang disebarkan oleh
simpatisan juhala’ (orang-orang yang bodoh) Hizbut Tahrir di
website-website, mailing list-mailing list dan media-media
informasi lainnya yang mengaburkan dan menfitnah dakwah
Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab. Telah sampai kepada kami

6 Hizbut Tahrir adalah salah satu kelompok sempalan ‘Islam’ yang didirikan oleh Taqiyudin
an-Nabhani ghofarollahu lahu. An-Nabhani adalah salah seorang cucu Yusuf bin Isma’il an-
Nabhani, ulama sufi pada zamannya yang menulis kitab Jaami’ Karomatil Awliyaa’ dan
Syawahidul Haqq fil Istighotsah bi Sayyidil Kholqi yang isinya dipenuhi dengan bid’ah, syirik
dan khurofat, ser ta celaan terhadap para imam Ahlus Sunnah, seperti Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah. Al-Allamah al-Iraqi Mahmud Syukri al-Aluusi telah menulis kitab bantahannya
yang berjudul Ghoyaatul Amaani fir Raddi ‘ala-n Nabhani. Sedangkan Taqiyudin an-
Nabhani sendiri, secara global aqidahnya bersesuaian dengan aqidah Asy’ariyah
Maturidiyah, bahkan an-Nabhani sendiri menyatakan bahwa Asy’ariyah dan Maturidiyah
termasuk Ahlus Sunnah tatkala membahas masalah al-Qodho’ wal Qodar. Baca lebih
lengkap tentang kesesatan Hizbut Tahrir di al-Jama’aat al-Islamiyyah f i Dhou’il Kitaabi was
Sunnah, karya syaikhuna Salim bin Ied al-Hilaaly, hal. 287-361 dan Hizbut Tahrir :
Munaaqosyah ‘Ilmiyyah li-ahammi Mabadi`il Hizbi karya Syaikh Abdurrahman bin
Muhammad Sa’id Dimasyqiyyah.

beberapa tulisan ‘gelap’ yang ditulis oleh simpatisan HT, terutama
yang disebarkan oleh Abu Rifa’ al-Puari (baca : Abu Riya’ al-Buali
dan seorang syabab (pemuda) HT yang bersembunyi di balik
nama al-Mujaddid7 (baca : al-Muharrif8 atau al-Mudzabdzab9)
yang menulis artikel berjudul “Telaah Kritis Sejarah Wahabi –
Salafi”10.
Risalah ini insya Alloh akan menjawab tuduhan-tuduhan
mereka secara gamblang dan ilmiah. Kami akan menunjukkan
kebodohan mereka terhadap aqidah salaf iyah (aqidah Nabi dan
Para sahabatnya) dan jauhnya mereka dari manhaj shahih, kami
akan mengungkap pengkhianatan mereka terhadap hakikat
dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dan para
pengikutnya.

7 Allah Subhanahu wa Ta’ala ber firman :
َف َ لا تزكُّ  وا َأنُف  س ُ ك  م  ه  و َأ  عَل م بِ  منِ اتَقى
“Janganlah kalian mensucikan diri-diri kalian, sesungguhnya Alloh yang lebih tahu siapa
yang paling bertakwa.” (An-Najm : 32)
Orang ini dengan berani menggunakan nama ‘samaran’ al-Mujaddid (pembaharu), seolaholah
dirinya menganggap bahwa dirinya adalah orang yang memperbaharui agama ini.
Dengan nama ini, orang ini bermaksud mensucikan dirinya dan berbangga-bangga
dengannya, padahal ini jelas-jelas suatu kezhaliman…
8 Al-Muharrif adalah orang yang gemar merubah sesuatu dari tempatnya.
9 Al-Mudzabdzab adalah orang yang plin-plan atau tidak punya pendirian.
10 Judul ini tidak tepat dari segala sisi. Karena si mudzabdzab/plin-plan ini di dalam
tulisannya tidak berpijak pada sumber referensi sejarah yang jelas dan ilmiah! lantas
bagaimana bisa dia mengklaim bahwa tulisannya adalah sebuah telaah kritis sejarah?!!
Padahal si mudzabdzab ini tidak menelaah satupun kitab tarikh atau sejarah Utsmaniyah,
melainkan hanya menukil dari tulisan pembesarnya yang bukanlah ahli sejarah, semisal
Abdul Qodim Zallum dan Umar Bakri Muhammad. Saya sarankan agar si mudzabdzab ini
member ikan judul tulisannya dengan judul “Telaah Ngawur Terhadap Sejarah…”

Setelah kami telaah dan baca tulisan mereka, terutama
tulisan al-Mudzabdzab dan Abu Riya’ al-Buali, kami dapatkan
bahwasanya mereka di dalam menulis bantahannya terhadap
Syaikh Ibnu Abdil Wahhab tidak keluar dari referensi kaum
shufiyun quburiyun, seperti kitab Durorus Saniyyah f ir Raddi ‘ala
Wahhabiyah11 karya seorang shufi qubur i Ahmad Zaini Dahlan

11 Risalah ini adalah risalah yang kecil namun sering dijadikan landasan oleh musuh-musuh
dakwah di dalam mencela Syaikh al-Imam. Di dalamnya penuh dengan tuduhan- tuduhan
dusta dan fitnah yang tidak berdasar sama sekali. Penulis di dalam menulis risalah ini tidak
mendasarkan tulisannya dengan riwayat-riwayat yang shahih terhadap dakwah Syaikh al-
Imam, apalagi penulis hidup setelah 60-70 tahun dari zaman Syaikh al-Imam, sehingga
hampir keseluruhan isi kitab ini adalah dusta dan batil. Hanya saja kaum shufiyun dan
syi’ah sangat bergembira dengan risalah ini. Risalah ini telah dibantah oleh para ulama
Ahlus Sunnah, seper ti Shiyanatul Insaan ‘an Waswasi asy-Syaikh Dahlaan (menjaga
manusia dari was-was syaikh Dahlan) yang ditulis oleh al-Allamah al-Muhaddits
Muhammad Basyir as-Sahsaawani al-Hindi. Beliau hidup sezaman dengan Ahmad Zaini
Dahlan dan pernah berdebat dengannya.
Al-Allamah Rasyid Ridha rahimahullahu berkata tentang Ahmad Zaini Dahlan :
 وكَا َ ن َأ  ش  هر  ه  ؤلاَءِ الطَّاعِنِي  ن م ْ فتِي مكََّة اْل  م َ كرمةِ ال  شي  خ َأ  ح  م  د  زينِي د  ح َ لا َ ن اْل  مت  وَفى  سنَة 1304 َألَّ  ف رِ  ساَلًة
فِي َذلِ  ك ت  د  و ر  جمِي  ع م  سائِلِ  ها  عل  ى َق ْ طبينِ اْثنينِ: َق ْ ط  ب اْل َ ك ْ ذبِ  وْالاِْفتِراءِ  عل  ى ال  شيخِ،  وَق ْ ط  ب اْل  ج  هلِ بِت  خطِيئِهِ
فِي  ما  ه  و مصِي  ب فِيهِ.
“Diantara para pencela yang paling masyhur adalah seorang Mufti Makkah al-Mukarromah,
Syaikh Ahmad Zaini Dahlan yang wafat pada tahun 1304, dia menulis sebuah risalah (yang
mencela Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab, pent.) yang mana keseluruhan permasalahan
(yang ditulisnya) hanya berputar pada dua poros, yaitu poros kedustaan dan fitnah terhadap
syaikh, dan poros kebodohan dimana ia menyalahkan sesuatu yang benar dari Syaikh.”
(Lihat : Muqoddimah Shiyahatul Insan, hal. 6, Maktabah Ahlul Hadits,
www.ahlalhdeeth.com.)
Namun anehnya, suatu hal yang telah jelas lemah, tidak berdasar, penuh dengan khurofat
dan bid’ah, masih dipegang dan dijadikan dasar oleh Hizbut Tahrir??? Hal ini semakin
menunjukkan bahwa Hizbut Tahrir ini adalah firqoh yang mengumpulkan semua kesesatan
dari firqah- friqah sesat lainnya yang menyelisihi Ahlus Sunnah, dan dijadikannya sebagai hujjah

dan referensi-referensi yang tidak ilmiah serta tidak berdasar
lainnya, seperti buku Kaifa Hudimat al-Khilafah (bagaimana
kekhalifan dihancurkan) karya pembesar mereka, Abdul Qodim
Zallum12. Mereka juga banyak menukil dari website-website
shufiyah (berpemahaman tasawuf) yang berbahasa Inggris, yang
dikelola oleh pembesar shuf iy di Amerika, seperti Nazhim al-
Qubrisi13 dan Hisyam Kabbani14.
landasan untuk menghantam dan menusuk Ahlus Sunnah. Para pembaca akan semakin
tahu kebobrokan manhaj mereka sebentar lagi –Insya Allah-.

12 Abdul Qodim Zallum ghofarallahu lahu adalah pembesar HT kedua dan pengganti an-
Nabhani setelah wafat. Dia memiliki beberapa kitab, diantaranya yang terkenal adalah Kaifa
Hudimatil Khilafah. Aqidahnya tidak jauh berbeda dengan pendahulunya, An-Nabhani, yang
dekat dengan aqidah Asy’ariyah Maturidiyah.
13 Dia adalah pembesar Thariqat Shufiyah Naqshabandiyah, yang dibaiat sebagai Imam ke- 40. Lahir tahun 1922 dan sekarang dia yang melanjutkan estafet bid’ah thoriqot
Naqshabandiyah.
14 Murid Nazhim al-Qubrisi yang berdomisili di Amerika, menjadi pimpinan dan pembesar
shufiyah di Amerika, mendirikan “As-Sunna Foundation of America” dan “Haqqani Islamic
Foundation”. Orang ini memiliki website berbahasa Inggris dengan nama ahle-sunnati dan
sunni serta nama-nama ‘palsu’ lainnya. Dari sinilah syabab Hizbut Tahrir seperti Abu Riya’
al-Buali dan al-Mudzabzab kebanyakan menukil bantahan-bantahan ‘tidak ilmiah’ mereka,
menterjemahkannya dan menyebarkannya ke situs-situs dan mailing lists di internet.
Mereka menjelekkan para imam Ahlus Sunnah dengan tuduhan dusta dan keji dengan
menukil dari kaum shufiyun bid’iyun, yang mengusung pemikiran sesatnya dalam rangka
menjelekkan ulama sunnah dan du’at tauhid. Abu Riya’ al-Buali dalam hal ini
menterjemahkan tulisan Kabbani dengan serampangan –menunjukkan bahwa orang ini
tidak faham Bahasa Inggris, apalagi Bahasa Arab- tanpa ber sikap obyektif dan ilmiah.
Yang sungguh aneh adalah, bukankah Hizbut Tahrir mengklaim bahwa mereka memerangi
‘pluralisme’ agama, namun mereka menukil dari ulama-ulama yang mengusung
pemahaman ‘pluralisme’. Perhatikan ini wahai Aba Riya’, bahwa orang yang engkau nukil
tulisannya itu adalah para pengusung faham ‘pluralism’, maka apakah yang akan engkau
koar-koarkan lagi?!!

Kabbani berkata :
“What is the meaning of good people? Good people must not hav e in their heart hatred, enmity or
inequity towards anyone of God’s serv ants. Everyone must be equal in their ey es : Muslim, Jewish,
Christian, Buddhist, Hindu. This is up to God, it is not y our judgement. You cannot judge this.” [Kabbani,
Mercy Ocean Shore of Safety, p.26].
“Apa yang dimaksud dengan orang sholih itu? Orang sholih itu haruslah tidak memiliki di
dalam hati mereka: kebencian, permusuhan ataupun ketidakadilan terhadap siapapun dari
hamba-hamba Tuhan. Semuanya haruslah sama di dalam pandangan mereka: baik
Muslim, Yahudi, Kristen, Buddha, Hindu. Semua ini terserah Tuhan. Ini bukanlah
penilaianmu. Anda tidak berhak menilainya.” (Kabbani, Mercy Ocean Shore of Safety, hal.

26)Lebih jauh lagi, Abdullah as-Daghistany, guru Nazhim al-Qubrusi, pembenci Syaikh
Muhammad bin Abdil Wahhab, pembela Ibnu Arobi ath-Tho’iy yang telah dikafirkan oleh
ummat, namun dipujinya sebagai “ash-Sheikh al-Akbar” (Guru terbesar) dan dikatakannya
sebagai “Great Scholar and Spiritual Giant” (Ulama besar dan Raja Spiritual) di dalam kitab
“Mercy Ocean Book 2, 1980 (hal. 122). Ad-Daghistani menyebutkan hadits qudsi yang tidak
diketahui asalnya :
“He Almighty says, again, ‘No one except Me can know those way by which My servants are coming to
Me. By looking, you may see that a servant is going another way. But He is coming to me also. He cannot
find any thing except Me, no matter which he may trav el! Any way that my servant follows, he must come
to Me! Buddhist, Christians, Catholics, Communists, Confucians, Brahmans, Negroes; who created them?
He created them, all of them, and each one says, ‘We are going on a way that leads to the Div ine
Presence.’ So many, many ways; y ou cannot know. Therefore, Allah says, ‘Allay sa’llahu biya kaymi
hajimn.’ This mean, ‘No one may judge for My servants, except Me!” [Nazim, Mercy Oceans, 1980, p.78].
“Allah yang Maha Agung berfirman : “Tidak ada seorangpun kecuali Aku yang dapat
mengetahui jalan itu yang mana hamba-Ku akan datang kepada-Ku. Dengan melihat,
engkau dapat melihat seorang hamba sedang pergi ke jalan lain. Namun ia juga datang
kepada-Ku. Dia t idak dapat menemukan apapun melainkan diri-Ku. Tidak peduli dia akan
safar. Semua jalan yang diikut i oleh hamba-Ku, dia pasti datang kepada-Ku! Budha,
Kristen, Katolik, Komunis, Konfusis, pengikut Brahmana, Negro. Siapakah yang
menciptakan mereka? Dia yang menciptakan mereka semua. Setiap ada orang yang
berkata, ‘Kita akan pergi ke jalan yang menuju ‘Kehadiran Yang Pasti’. Begitu banyak,
banyak sekali jalan, engkau tidak dapat mengetahuinya. Oleh karena itu Allah berfirman,
“Allay sa’llahu biya kaymi hajimn” yang artinya, ‘Tidak ada seorangpun yang dapat
menghukumi hamba-hambaku melainkan diri-Ku.” (Nazim, Mercy Ocean, 1980, hal. 78.)
Selain itu Kabbani dan guru-gurunya juga menafikan/meniadakan jihad, dia berkata bahwa
kaum muslimin yang mengklaim hak untuk berjihad tanpa kehadiran Imam Mahdi adalah
dusta. (lihat : Nazim, Star From Heaven, hal.26). Mereka juga mencela para sahabat
semisal Utsman bin Affan, sebagaimana perkataan Nazim : “Uthman didn’t attain the
spiritual ranks attained by Abu Bakr and Ali because he somet imes held f irmly to his own
desires…” (Utsman tidaklah menjangkau tingkatan spiritual yang diperoleh oleh Abu Bakar

Risalah Pembelaan Salafiyyah
Ada dua point utama yang akan kami komentari dan
klarifikasi dari tuduhan syabab Hizbut Tahrir ini, yaitu tuduhan
yang menyatakan bahwa :
1. Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dan pengikutnya
memberontak dari khilafah Utsmaniyah (di Turki).
2. Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dan pengikutnya
adalah seorang agen mata-mata Inggris.
Dan masih banyak lagi sebenarnya tuduhan-tuduhan yang
dilontarkan kepada beliau. Namun kami rasa dua point di atas
yang paling urgen/penting untuk dibahas, terlebih lagi tuduhantuduhan
lainnya terhadap Syaikh al-Imam rahimahullahu adalah
tuduhan yang begitu mudah untuk dibantah. Seperti misalnya,
dikatakan bahwa Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab tidak
mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dikarenakan
beliau mengharamkan peringatan Maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam dan membid’ahkan sholawat kepada Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Sallam. Bagaimana bisa dikatakan bahwa beliau tidak
mencintai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, padahal beliau
senantiasa menegakkan sunnah Nabi, membelanya dari makar
ahlul bid’ah, bahkan beliau menulis muktashar sirah nabawiyah
(Ringkasan sejarah nabi). Bagaimana bisa dikatakan bahwa
dan Ali dikarenakan ia terkadang berpegang kepada hawa nafsunya…” [lih : Nazim, Mercy
Oceans’ Hidden Treasures, h.39).
Wahai Aba Riya’ al-Buali… apakah ini yang engkau sebut sebagai ulama yang layak kau
nukil ucapannya untuk menghantam ulama ahlus sunnah??? Haihata Haihata…(alangkah
jauhnya alangkah jauhnya)
|| 12 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
beliau membid’ahkan sholawat kepada nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam, padahal beliau orang yang paling sering bersholawat
kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, namun beliau
membid’ahkan sholawat-sholawat yang diciptakan kaum shufiyun
yang di dalamnya terdapat unsur ghuluw (sikap berlebihlebihan)
kepada Nabi15.
Sebelum menjawab syubuhat ini, kami nasehatkan kepada
syabab Hizbut Tahrir yang mencela dakwah Syaikh Muhammad
bin Abdil Wahhab rahimahullahu dan selainnya. Ingatlah firman
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berikut ini :
 و َ لا ت ْ ق  ف ما َلي  س َل  ك بِهِ عِْل  م إِنَّ ال  س  م  ع  واْلب  صر  واْلُف  ؤاد ُ كلُّ ُأوَلئِ  ك َ كا َ ن  عنه م  سُئو ً لا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung
jawabannya.” (Al-Israa’ : 36)
 والَّذِي  ن ي  ؤُذو َ ن اْل  م  ؤمِنِ  ين  واْل  م  ؤمِناتِ بِغيرِ ما ا ْ كت  سبوا َفَقدِ ا  حت  مُلوا ب  هتانا  وإِْث  ما مبِينا
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan
mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka
sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang
nyata.” (Al Ahzab : 58)

15 Seperti shalawat Nariyah, Shalawat Badr kedua shalawat ini termasuk shalawat yang
tidak di ajarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam (red.)
|| 13 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
 وم  ن ي ْ كسِ  ب  خطِيَئًة َأ  و إِْث  ما ُث  م ي رمِ بِهِ برِيًئا َفَقدِ ا  حت  م َ ل ب  هتانا  وإِْث  ما مبِينا
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa,
kemudian di tuduhkannya kepada orang yang tidak bersalah,
maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan yang
nyata.” (An Nisa : 112)
إِنَّ الَّذِي  ن  جاءُوا بِاْلإِْفكِ  ع  صبٌة مِن ُ ك  م َلا ت  ح  سبوه  شرا َل ُ ك  م ب ْ ل  ه و  خير َل ُ ك  م لِ ُ كلِّ ا  مرِئٍ مِن  ه  م ما
ا ْ كت  س  ب مِ  ن اْلإِْثمِ  والَّذِي ت  ولَّى كِبره مِن  ه  م َله  ع َ ذا  ب  عظِي م. َل  وَلا إِْ ذ  سمِ  عت موه َ ظ  ن اْل  م  ؤمِنو َ ن
 واْل  م  ؤمِنا  ت بَِأنُفسِهِ  م  خيرا  وَقاُلوا  ه َ ذا إِْف  ك مبِ  ين
"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu
adalah dar i golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa
berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi
kamu. Tiap-tiap seseorang dar i mereka mendapat balasan dari
dosa yang diker jakannya. Dan siapa di antara mereka yang
mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong
itu baginya azab yang besar.Mengapa di waktu kamu mendengar
berita bohong itu orang-orang mu'minin dan mu'minat tidak
bersangka baik terhadap dir i mereka sendiri, dan (mengapa
tidak) berkata: “Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.” (An-
Nur 11-12)
Dengan bertabaruk (mencari berkah) kepada Asma Allah
yang Maha Pemurah Lagi Maha penyayang, kami memulai risalah
|| 14 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
bantahan terhadap musuh-musuh dakwah ini dan pembelaan
terhadap imam Ahlus Sunnah Syaikh Muhammad bin Abdil
Wahhab.
Pertama, Apakah Syaikh al-Imam Muhammad bin
Abdil Wahhab rahimahullahu memberontak dari
Khilafah Utsmaniyah??
Mereka menuduh Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab
khuruj (keluar dari ketaatan/memberontak) terhadap Daulah
Utsmaniyah dan memeranginya. Pembesar Hizbut Tahrir, Abdul
Qodim Zallum ghofarallahu lahu (semoga Allah mengampuninya)
mendakwakan bahwa gerakan Wahabiyyah merupakan diantara
penyebab runtuhnya Daulah Utsmaniyah. Dia berkata: “Inggris
berupaya menyerang negara Islam dar i dalam melalui agennya,
Abdul Aziz bin Muhammad bin Saud. Gerakan Wahhabi
diorganisasikan untuk mendirikan suatu kelompok masyarakat di
dalam negara Islam yang dipimpin oleh Muhammad bin Saud dan
dilanjutkan oleh anaknya, Abdul Aziz. Inggris memberi mereka
bantuan dana dan senjata.” 16
Sebelum menjawab tuduhan ini, maka lebih baik jika kita
simak terlebih dahulu perkataan Syaikh Muhammad bin Abdil
Wahhab tentang wajibnya mendengar dan ta’at kepada imam
16 Kaifa Hudimat Khilafah ( terjemahan : Konspirasi Barat meruntuhkan Khilafah Islamiyah,
hal. 5)
|| 15 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
kaum muslimin, baik yang fajir maupun yang sholih, selama di
dalam perkara yang ma’ruf bukan kemaksiatan.
Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Qoddasallahu ruhahu
(semoga Allah mensucikan ruhnya) berkata di dalam risalahnya
terhadap penduduk Qoshim :
 وَأ رى  و  ج  و  ب ال  س  معِ  والطَّا  عةِ لأَئِ  مةِ اْل  م  سلِمِي  ن برِّهِ  م  وفَاجِرِهِ  م ما َل  م يْأمر  وا بِ  م  عصِيةِ اللهِ  وم  ن
 ولِ  ي اْلخِ َ لاَفَة  وا  جت  م  ع  عَليهِ النا  س  و ر  ض  وا بِهِ  و َ غَلب  ه  م بِ  سيفِهِ  ح  تى  صا ر  خلِيَفًة  و  جب  ت َ طا عته
 و  حرم اْل  خر  و  ج  عَليهِ .
“Aku berpendapat bahwa mendengar dan ta’at kepada pemimpin kaum muslimin
baik yang fajir maupun yang sholih adalah wajib, selama di dalam per kara yang
mereka tidak memerintahkan untuk bermaksiat kepada Alloh. Juga kepada
penguasa khilafah yang umat bersepakat atasnya dan meridhainya, ataupun yang
menggulingkan kekuasaan dengan pedangnya hingga dirinya menjadi khalifah,
maka wajib taat kepadanya dan haram memberontak darinya.”17
Beliau rahimahullahu juga berkata :
الأَ  ص ُ ل الثَّالِ ُ ث : َأنَّ مِ  ن ت  مامِ ْالاِ  جتِ  ماعِ ال  س  م  ع  والطَّا  عُة لِ  م  ن تَأمر  عَلينا  وَل  و كَا َ ن  عبدًا  حبشِيًا
17 Majmu’atu Mu`allafaatu asy-Syaikh (V/11) sebagaimana di dalam al-Islaam Su`al wal
Jawaab, www.saaid.net.
|| 16 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
“Pokok yang ketiga adalah : termasuk kesempurnaan ijtima’ (bersatu) adalah
mendengar dan ta’at kepada siapa saja yang memimpin kami walaupun dia
adalah seorang budak dar i Ethiopia…” 18
Setelah kita simak penuturan syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab rahimahullahu tentang kewajiban mendengar dan ta’at
terhadap imam kaum muslimin, baik dia seorang yang fajir
maupun sholih –selama bukan dalam kemaksiatan-, maka kita
telah mendapatkan suatu jawaban penting dari syubuhat dan
tuduhan mereka, yaitu bahwa Syaikh tidaklah beraqidah khowar ij
(aliran yang mengkafirkan kaum muslimin yang melakukan dosa
besar) dan beliau tidak pernah mengajarkan untuk memberontak
kepada penguasa kaum muslimin.
Lantas bagaimana tuduhan yang demikian ini bisa
muncul? Maka kami jawab : Tuduhan ini muncul dikarenakan
kebodohan mereka terhadap Tarikh/sejarah Utsmani ataupun
kebodohan mereka terhadap dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullahu. Tuduhan ini juga muncul dikarenakan
kedengkian mereka terhadap dakwah yang mubarokah ini dan
karena kebodohan mereka yang sangat terhadap tauhid yang
merupakan asas dakwah para nabi dan rasul.
Abdul Qodim Zallum ghofarallahu dan selainnya menutup
mata dari sejarah Utsmani. Apakah mereka tidak tahu –atau
18 Majmu’atu Mu`allafaatu asy-Syaikh (I/394) dan Da’awaa al-Munaawi’iin 233-234
sebagaimana di dalam al-Islaam Su`al wal Jawaab, www.saaid.net.
|| 17 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
pura-pura tidak tahu- bahwa Daulah Utsmaniyah tatkala itu
terbagi menjadi 32 iyalah (distrik) termasuk di dalamnya wilayah
arab terbagi menjadi 14 distrik dimana Nejd19 tidaklah termasuk
19 Abu Riya’ al-Buali di dalam risalah kejinya, berdalil dengan hadits Bukhari dan Muslim
tentang munculnya dua tanduk syetan, dan menafsirkan dengan menukil ucapan Sayyid
Alwi Ahmad Abdullah al-Haddad Ba’alawi, bahwa yang dimaksud dua tanduk syetan itu
adalah Musailimah al-Kadzdzab dan Muhammad bin Abdul Wahhab. Wal’iyadzubillah. Ini
adalah sungguh fitnah dan tuduhan yang paling keji. Saya katakan, Abu Riya’ ini orang
yang tidak ilmiah sama sekali, mudallis, pendusta dan aqidahnya rusak. Ada dua catatan
yang perlu saya sampaikan di sini. Yaitu :
1. Abu Riya’ menukil hadits-hadits fitan dan dajjal dari website ahle-sunnat (baca :
ahle-bida’, karena diadminstratori oleh Shufiyun dari Naqshabandiyah dan
Alawiyun dari eropa), dan Abu Riya’ ini melakukan kesalahan yang parah di
dalam penterjemahan hadits. Contohnya dia menterjemahkan ahlul awtsan (para
penyembah berhala) dengan ar ti ‘Amerika dan Inggris’. Kemudian anehnya lagi,
bagaimana bisa dia menyebutkan hadits-hadits fitan yang bersifat khobar iyah
(aqidah) ini sedangkan HT sendiri tidak mengimaninya?!! Sungguh keanehan
yang paling aneh!!!
2. Bahwa Nejd yang disebutkan di dalam hadits-hadist ter sebut bukanlah Hijaz
tempat lahirnya Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab, namun Nejd yang
disebutkan adalah Iraq. Berikut ini penjelasannya secara ringkas. Dari Ibnu Umar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
اللهم بارك لنا في شامنا اللهم بارك لنا في يمننا. قالوا: يا رسول الله! وفي نجدنا؟! قال: اللهم بارك لنا في
شامنا اللهم بارك لنا في يمننا. قالوا: يا رسول الله! وفي نجدنا؟! –فأظنه قال في الثالثة- ((هناك الزلازل
والفتن, وا يطلع قرن الشيطان)) لفظ البخاري
“Ya Alloh berkahilah Syam kami dan Yaman kami”. Para sahabat berkata, “juga Nejd
kami?” Rasulullah berkata, “Ya Alloh berkahilah Syam kami dan Yaman kami”. Para
sahabat berkata, “juga Nejd kami?” –Saya (perawi) menduga beliau menyebutkan tiga kalikemudian
Nabi bersabda, “Dari sanalah (Nejd) keguncangan dan fitnah bermula, dan
disana pula muncul dua tanduk syaithan.” (HR Bukhar i).
Nejd dalalm hadits ini diterangkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Thobroni dalam al-
Kabir (XII/383 no. 13422) dari Ismail bin Mas’ud, mengabarkan Abdullah bin Abdullah bin
‘Aun dari ayahnya, dari Nafi’, dan sanadnya jayyid, Rasulullah bersabda :
|| 18 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
di dalamnya. Fadhilatus Syaikh DR. Sholih al-Abud haf izhahullahu
berkata :
“Nejd bukanlah termasuk bagian dari pengaruh Daulah Utsmaniyah,
kekuasaannya tidak sampai kepadanya dan penguasa Utsmaniyah tidak pernah
datang di Nejd. Tidak pernah pula pasukan Turki datang menembus negeri ini di
zaman sebelum munculnya dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab
rahimahullahu. Dan yang menunjukkan hakikat kebenaran sejarah ini adalah
ketetapan pembagian wilayah administrasi Utsmaniyah yang terdapat di dalam
اللهم بارك لنا في شامنا اللهم بارك لنا في يمننا, فقالها مرارا, فلما كان في الثالثة أو الابعة, قالوا: يا رسول
الله! وفي عراقنا؟ ((إنا ا الزلازل والفتن, وا يطلع قرن الشيطان)).
“Ya Alloh berkahilah Syam kami dan Yaman kami” beliau mengulangnya beberapa kali,
ketika beliau mengucapkan yang ketiga atau keempat kalinya, para sahabat berkata :
‘Wahai Rasulullah, dan juga Iraq kami?” Dari sanalah keguncangan dan fitnah bermula,
dan disana pula muncul tanduk syaithan.”
Hadits di atas menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Nejd pada hadits Bukhari adalah
Iraq. Kami sebutkan lagi dalilnya. Diriwayatkan dari Ibnu Umar, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam menghadap ke arah timur kemudian bersabda :
ألا إن فتنة هاهنا, ألا إن فتنة هاهنا حيث يطلع قرن الشيطان (رواه مسلم)
“Ketahuilah sesungguhnya fitnah berasal dari sini, sesungguhnya fitnah berasal dari sini,
disinilah muncul tanduk syaithan.” (HR Muslim). Padahal telah diketahui bersama, bahwa
ketika Nabi bersabda demikian, beliau berada di Madinah, dan ketika itu beliau menghadap
ke arah timur sedangkan timur Madinah adalah Iraq, padahal Nejd Hijaz ada di selatan
Madinah, lantas bagaimana bisa mereka mengambil dalil bahwa Najd yang dimaksud
adalah Hijaz?!! Hal ini juga diperkuat dengan munculnya fitnah di Iraq seperti pembunuhan
Husain, fitnah Ibnul Asy’ats, fitnah al-Mukhtar yang mendakwakan diri sebagai Nabi dan
fitnah-fitnah lainnya.
Bacalah perkara ini di dalam kitab al-Iraaq f i Ahaaditsi wa Aatsar i al-Fitan karya Syaikh Abu
Ubaidah Masyhur bin Hasan Alu Salman haf izhahullahu, beliau memaparkan seluruh
hadits-hadits fitnah dan menunjukkan jalan-jalan periwayatan hadits ser ta pemahaman
ulama ahlil hadits terhadap hadits fitan ini. Oleh karena itu apa yang didakwakan oleh Abu
Riya’ al-Buali al-Kadzdzab ini adalah suatu kebodohan dan kedustaan. Na’udzubillah min
Jahalati Ahlil Bid’ah.
|| 19 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
risalah Turki yang berjudul “Undang-undang Utsmaniyah yang mencakup daftar
perbendaharaan negeri”, yang ditulis oleh Yamin Ali Afandi, petugas yang
menjaga daftar ‘al-Khoqoni’ pada tahun 1018 H. (1609 M.). Risalah ini
menjelaskan bahwa semenjak awal abad ke-11 Hijriah, Daulah Utsmaniyah
terbagi menjadi 32 distrik diantaranya 14 distrik wilayah Arab dan Negeri Nejd
tidaklah termasuk bagiannya kecuali Ihsa’, jika kita menganggapnya sebagai
bagian dari Nejd…”20
Adapun tuduhan Zallum kepada Alu Su’ud sebagai antek
Inggris dan dikatakan bahwa Alu Su’ud memberontak kepada
Daulah Utsmaniyah, ini menunjukkan kejahilan Zallum kepada
sejarah. Abdullah bin Su’ud menulis surat yang berisi pujian
kepada Sultan Mahmud al-Ghozi sebagai berikut :
“Dengan nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.. Segala puji
hanyalah milik Alloh yang menjadikan bagi penyakit akut ada obatnya, yang
mencegah dan menangkis niat buruk musuh-musuh (agama) dengan perdamaian
dan perbaikan, yang mana kedua hal ini merupakan penghalang terjadinya
kekacauan yang membinasakan. Sholawat dan Salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada makhluk yang paling mulia dan yang paling suci, Muhammad
penutup para nabi, yang menyampaikan sebaik-baik berita. Wa ba’d, Saya thowaf
mengelilingi Ka’bah, yang merupakan cita-cita seorang hamba, yang mana
(Ka’bah ini) merupakan ambang pintu negeri kami yang merupakan poros tujuan
setiap daerah yang ada, yang merupakan ruh dari jasad alam semesta sebagai
20 Lihat : Aqidatus Syaikh Muhammad bin Abdill Wahhab wa atsaruhaa fil ‘Aalam al-Islaamiy
(I/27) karya Syaikh DR. Sholih al-‘Abud hafizhahullahu. Lihat pula pembahasan yang
serupa di dalam Muhammad bin Abdul Wahhab, Hayatuhu wa Fikruhu hal. 11 karya Syaikh
Abdullah al-‘Utsaimin.
|| 20 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
tempat berlezat-lezat orang-orang Hijaz dan Badui, yang menjadi tempat transit
bagi orang-orang yang melakukan perjalanan baik pada sore maupun pagi hari,
(wahai) orang yang memberi arahan, manusia yang menjadi pengelihatan bagi
mereka, yang mana orang yang gelisah dapat tertidur pulas di bawah
naungannya, yang mana orang yang berakal dan bijaksana kembali di bawah
pengayomannya, yang mana akhlaknya lebih halus daripada hembusan semilir
angin di pagi hari, dan karisma yang menarik para pelayar untuk datang, (wahai)
sultan dua daratan dan raja dua samudera, yang muncul pandangannya dari
tempat yang tinggi, (wahai) Sultan putera dari Sultan, Tuan kami Sultan Mahmud
al-Ghozi, Saya menghaturkan permintaan saya dengan permohonan yang amat
sangat, yaitu apabila hambamu ini dari kaum muslimin, (memohon dirimu agar)
tiada henti-hentinya memenuhi syarat-syarat Islam, yaitu meninggikan kalimat
syahadat, menegakkan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan
dan pergi haji ke Baitullah al-Haram, ser ta mencegah dari kezhaliman...”21
Lantas bagaimana bisa dikatakan bahwa Alu Su’ud
memberontak kepada khilafah, padahal mereka mengirimkan
surat kepada pembesar-pembesar daulah Utsmaniyah, memuji
mereka dan mengharapkan keadilan dari mereka, dikarenakan
mereka dirongrong dan difitnah oleh kaum pendengki dan
penfitnah.
Adapun dakwaan Abdul Qodim Zallum ghofarallahu lahu
bahwa dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
rahimahullahu merupakan penyebab runtuhnya Daulah
21 Lihat : ad-Daulatu as-Su’udiyah al’Uula karya sejarawan Syaikh Abdurrahim bin
Abdurrahim, hal. 393-393, sebagaimana di dalam kitab Fushul min Siyasat is Syar’iyyah.
|| 21 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Utsmaniyah, maka syaikh al-Allamah Mahmud Mahdi al-Istanbuli
rahimahullahu berkata menjawab tuduhannya :
“Harusnya penulis ini (i.e. Zallum) menopang pendapatnya dengan dalil yang kuat
dan kokoh, sebagaimana per kataan seorang penyair :
وإذا الدعاوى لم تقم بدليلها بالنص فهي على السفاه دليل
Jika para pendakwa t idak menopang dalilnya dengan dalil
Maka dia berada di atas selemah-lemahnya dalil
Dimana telah diketahui bersama bahwa sejarah telah menyebutkan bahwa Inggris
menghalangi dakwah ini semenjak awal mula berdirinya, mereka khawatir akan
kebangkitan Islam.” 22
Beliau rahimahullahu juga berkata :
“Sungguh keanehan yang dapat menyebabkan tertawa sekaligus menangis,
bahwa Ustadz ini (i.e. Zallum) menuduh gerakan Syaikh Muhammad bin Abdil
Wahhab termasuk penyebab runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, dimana telah
diketahui bersama bahwa gerakan ini berdiri pada sekitar tahun 1811 M.
sedangkan Khilafah Utsmaniyah runtuh pada sekitar tahun 1922 M.”23
Jika mereka mau obyektif dan adil, niscaya mereka mau
membaca kitab-kitab sejarah Utsmaniyah dan menelaah
penyebab runtuhnya Daulah Khilafah Utsmaniyah, bukannya
malah menghantam dakwah mubarokah Syaikh Muhammad bin
22 Lihat : asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab fi Mir`aati Syarq wal Ghorbi hal. 240.
23 Idem.

Abdul Wahhab, menuduh dan menfitnahnya dengan tuduhan dan
fitnah yang keji, yang tidak berlandaskan hujjah dan dalil
sedikitpun. Oleh karena itu kami menantang mereka yang
menuduh demikian ini untuk menunjukkan kepada kami kitab
sejarah Utsmaniyah yang ditulis oleh sejarawan obyektif yang
membenarkan tuduhan mereka.
Kedua, Tuduhan mereka bahwa Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahhab dan para pembelanya adalah
antek-antek Inggris.
Kami katakan kepada mereka para penuduh itu : هذا تان
عظيم (Inilah adalah suatu kedustaan yang besar). Bagaimana
tidak, ketika mereka tidak mampu membantah dakwah tauhid ini
secara ilmiah, maka mereka menghalalkan segala cara untuk
menf itnah dan membuat kedustaan terhadap syaikh Muhammad
bin Abdil Wahhab rahimahullahu. Syaikh Malik bin Husain
hafizhahullahu berkata :
“Senantiasa musuh-musuh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu
berdaya upaya dengan berbagai macam cara dan sarana untuk menjelekkan citra
dakwah perbaikan ini, dengan berbekal hasutan yang tiada lain hanyalah


kedustaan dan fitnah. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan hanya dengan
Alloh.” 24
Diantara cara mereka untuk menghantam dan
menjelekkan dakwah mubarokah ini, adalah dengan berpegang
pada mudzakkarat (catatan harian) seorang yang tidak dikenal
(majhul) di dalam sejarah, yang bernama Hampher25. Syabab
Hizbut Tahrir beserta barisan pendengki dakwah Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab bersorak sorai gembira dengan
catatan harian Mr. Hampher ini. Mereka menukil, menyebarkan
dan menuduh dengan bukti ini, bahwa Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab adalah agen Inggris. Wal’iyadzubillah.
Yang membuat aneh adalah, Hizbut Tahrir ini menolak
khobar ahad meskipun shahih dan berasal dari rawi (periwayat
hadits) yang tsiqoh (terpercaya), ‘adil (tidak pernah melakukan
dosa besar) dan dhobit (hafalannya kuat) di dalam masalah
I’tiqod (keimanan) namun mereka dengan serta merta menerima
24 Lihat : Majalah al-Asholah, no. 31, tahun ke-6, hal. 43.
25 Al-Mudzabdzab, salah seorang syabab Hizbut Tahrir yang menulis celaan terhadap
Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab juga menukil dari tulisan Hampher ini sebagaimana
dia terangkan dengan jelas. Hanya saja dia tidak menjelaskan sumber penukilannya. Saya
menduga bahwa dia menukil dari website shufiyun berbahasa Inggris. Hal ini terbukti bahwa
dia menulis judul buku ini dengan “Confessions of A British Spy” yang mana si mudzabdzab
ini mengklaim bahwa buku ini menjelaskan secara mendetail tentang pendirian Wahabi.
Padahal tidak diketahui naskah asli Hampher ini. Naskah risalah Hampher yang telah
dicetak berjudul I ’tiraafaat al-Jassuus al-Injilizi. Cetakan terbarunya dicetak dan disebarkan
secara cuma-cuma di Maktabah al-Haqiqoh, Jl. Syafaqoh, Fatih 57, Instanbul, Turki, th.
1413 (1992) yang berjumlah 103 halaman dengan tambahan ‘Adawatul Inkilizi lil Islaam (44
halaman) dan Khulashotul Kalaam (37 halaman). Hakikat Hampher dan tulisannya akan
kami sibak sebentar lagi –insya Alloh-.
|| 24 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
berita dari seorang yang kafir26, majhul (tidak dikenal)27 dan
pelaku kemaksiatan28 dalam rangka menuduh aqidah seorang
26 Allah Ta’ala ber firman :
ياَأي  ها الَّذِي  ن ءَامنوا إِ ْ ن  جاءَ ُ ك  م َفاسِ  ق بِنبأٍ َفتبينوا َأ ْ ن تصِيبوا َق  وما بِ  ج هاَلةٍ َفت  صبِ  حوا
 عَلى ما َفعْلت  م نادِمِ  ين
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,
maka periksalah dengan teliti, agar kamu t idak menimpakan suatu musibah kepada suatu
kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu” (Al-Hujurat : 6)
Syaikh Malik Husain berkata : “Pada ayat ini ada pelajaran ilmiyah bagi kelompok orangorang
mukmin, yang menjaga agamanya dan menjaga hubungan persaudaran antar
sesama muslim, dengan mencari kejelasan (tatsabut) terhadap semua berita miring yang
dilontarkan untuk memecah belah barisan kaum muslimin.” (Lihat : op.cit). Kami katakan\
kepada Hizbut Tahrir, dimana pengimplementasian aqidah al-Wala’ wal Bara’ anda?!!
Dimana letak tabayun ilmiah anda?! ! Dimana letak kejujuran dan amanah anda?? Jika
berita kaum kafir lebih anda sukai daripada berita para perawi yang tsiqoh, ‘adil dan dlobit!!!
Apakah begini ini manhaj anda?!! Aduhai, alangkah rusak dan binasanya!!!
27 Hampher ini orang yang tidak dikenal di dalam sejarah. Tidak pernah ada satupun
sejarawan baik muslim maupun orientalis yang menyebut namanya. Tidak disebutkan hal
ihwalnya sama sekali di buku-buku sejarah Utsmaniyah yang mu’tabar seperti Roudhotul
Afkar karya Ibnu Ghonam, Unwanul Majid fi Tarikhin Nejd karya Utsman an-Najdi, Aja`ibil
Atsar karya al-Jabaroti, Al-Badruth Thooli’ karya Imam Muhammad Ali asy-Syaukani, Tarikh
Nejd karya Mahmud Syukri al-Alusi, Hadlir al-‘Alam al-Islami karya Syakib Arselan dan
selainnya dari sejarawan Muslim. Bahkan Hampher di buku sejarah yang ditulis orinetalis
pun juga tidak pernah disebut namanya, seperti ‘Travels through Arabs”, “Notes the
Bedouins and the Wahabys” tulisan Bur k Hert, “A Br ief Story of Wahhabys” tulisan Gifford
Palgrave, “Imams and Sayeds of Oman” tulisan Percy Beder, “Travels in Arab Desert”
tulisan Doughty, “Notes on Mohammadanism The Wahhaby” tulisan T.P. Huges dan lainlain.
Oleh karena itu kami tantang Hizbut Tahrir ataupun selainnya untuk menunjukkan
kepada kami buku sejarah Utsmani yang menyebutkan Hampher.
28 Bagaimana bisa par tai yang mengklaim menegakkan hukum Islam mengambil kesaksian
dari seorang kafir yang gemar melakukan kemaksiatan yang kegemarannya minum khomr
dan berdusta, sebagaimana kesaksian Hampher sendiri di dalam mudzakkarat-nya
halaman 14,15,18,19,27,28,44.
|| 25 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
muslim pembela tauhid dan sunnah. Allahul Musta’an. Dimanakah
akal-akal mereka?!!
Untuk membantah syubuhat beracun namun rapuh ini,
Syaikh Malik Husain hafizhahullahu berkata :
“Setelah penelitian saya terhadap mudzakkarat ini, menjadi jelas bagi saya bahwa
mudzakkarat ini merupakan naskah yang dibuat-buat oleh individu maupun
kelompok yang memiliki tujuan untuk mencemarkan Dakwah Syaikh Muhammad
bin Abdil Wahhab rahimahullahu dengan kedustaan dan fitnah, dan dalil-dalil
yang saya katakan ini banyak…”29
Berikut ini kami nukilkan dalil-dalil yang disebutkan oleh
Syaikh Malik Husain nafa’allahu bihi atas kedustaan dan
kepalsuan mudzakkarat Mr. Hempher ini.
1. Dengan meneliti sejarah yang disebutkan di dalam
mudzakkarat, menjadi jelas bagi kita bahwa Hempher ini
tatkala bertemu dengan Syaikh rahimahullahu, umur
syaikh ketika itu kurang lebih sekitar sepuluh tahun. Hal
ini tidak sesuai, bahkan kontradiksi dengan apa yang
disebutkan di dalam mudzakkarat (hal. 30) bahwa
Hampher berkenalan dengan seorang pemuda yang sering
mondar-mandir di toko ini yang faham tiga bahasa, yaitu
bahasa Turki, Persia dan Arab. Tatkala itu dia dalam fase
menuntut ilmu agama, yang namanya adalah Muhammad
29 Lihat : Majalah Al-Asholah, no. 31, tahun ke-6, hal. 45.
|| 26 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
bin Abdil Wahhab, dan dia adalah seorang pemuda yang
sangat antusias di dalam menggapai tujuannya.
Inilah perincian dalil-dalilnya :
- Ia menyebutkan di dalam mudzakkarat hal. 13 :
“Kementrian penjajahan Inggris mendelegasikan
Hampher ke al-Asaanah, pusat Khilafah al-
Islamiyah pada tahun 1710M/1122H.
- Ia menyebutkan pada halaman 18, bahwa dia
tinggal di al-Asaanah selama dua tahun kemudian
dia kembali ke London atas perintah (Kementrian
Penjajah Inggris) dalam rangka menyerahkan
ketetapan yang terperinci tentang kondisi ibukota
pemerintahan khilafah Utsmaniyah.
- Ia menyebutkan pada halaman 22, bahwa ia
tinggal di London selama 6 bulan.
- Ia menyebutkan pada halaman 22, bahwa ia pergi
menuju ke Bashrah yang memerlukan waktu
perjalanan selama 6 bulan.
- Di tengah-tengah keberadaannya di Bashrah, ia
bertemu dengan syaikh rahimahullahu.
- Sehingga apabila dijumlahkan semua tahun
sejarah, ia bertemu dengan syaikh pada tahun
1125 H./1713 M. sedangkan syaikh dilahirkan pada
|| 27 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
tahun 1115 H.30/1703 M. Sehingga disimpulkan
bahwa Hampher bertemu syaikh Muhammad bin
Abdil Wahhab ketika berusia 10 tahun. Dan ini
merupakan dalil yang nyata atas kebatilan
mudzakkaraat ini secara global dan terperinci.
2. Dia menyebutkan di dalam mudzakkarat-nya (hal. 100)
bahwa syaikh rahimahullahu menampakkan dakwahnya
pada tahun 1143 H., dan ini adalah suatu kedustaan yang
nyata, dimana sejarah menyebutkan bahwa syaikh
menampakkan dakwahnya setelah wafatnya ayahnya,
pada tahun 1153 H. Perhatikan kerancuan sejarah yang
nyata ini.
3. Sesungguhnya sikap Inggris terhadap dakwah Syaikh
Muhammad bin Abdil Wahhab tidaklah menyokong dan
menolong, namun memusuhi dan memeranginya.
Sebagaimana akan datang penjelasannya setelah ini –
insya Alloh-.
30 Inilah yang benar mengenai tahun lahirnya syaikh sebagaimana disebutkan oleh Ibnu
Ghonam dan Ibnu Bisyr yang hidup sezaman dengan syaikh. Adapun yang ditulis oleh Zaini
Dahlan (hidup 60 tahun lebih setelah waftanya syaikh) bahwa syaikh dilahirkan tahun 1111
H dan dinukil oleh al-Mudzabzab di dalam risalalahnya adalah kesalahan yang nyata.
Syakib Ar selan juga melakukan kesalahan tatkala menyebutkan bahwa syaikh lahir tahun
1116 H. Yang lebih aneh lagi adalah yang disebutkan oleh orientalis Huges dalam
“Dictionary of Islam”, Wilfer Wilfred dalam “Pilgr image to Najd” dan Zweimer dalam “The
Cradle of Islam Arabia” ser ta selainnya yang menyebutkan bahwa syaikh lahir tahun 1291
H. Lihat : Muhammad bin Abdul Wahhab Mushlih Mazhlum wa Muftaraa ‘Alahi karya Syaikh
Mas’ud Nadwi al-Hindi.
|| 28 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
4. Tidak kita dapatkan penyebutan mudzakkarat ini oleh
orang-orang sezamannya, padahal musuh-musuh dakwah
mubarokah ini senantiasa menjelekkannya dan
menyebarkan setiap kejelekan dakwah ini, namun
anehnya mudzakkarat ini keluar/muncul akhir-akhir ini.
Hal ini menjunjukkan secara jelas kedustaan dan
kebohongan mudzakkarat ini.
5. Hampher ini adalah orang yang tidak dikenal. Dimana
ma’lumat (surat perintah) yang terperinci tentangnya?
yang menjelaskan namanya, kedudukannya, dan yang
berkaitan tentang tugasnya dan perannya dari pemerintah
Inggris.
6. Sesungguhnya siapa yang membaca mudzakkarat ini,
dapat memastikan bahwa penulisnya pastilah bukan
seorang nashrani, dikarenakan banyaknya ungkapanungkapannya
yang mencela dan merendahkan agama
nashrani termasuk juga Inggris.
7. Dua naskah terjemahan mudzakkarat yang telah dicetak,
tidak disebutkan tentang maklumat mudzakkarat ini, dari
aspek naskah aslinya, apakah berupa cetakan ataukah
tulisan tangan dan dengan menggunakan bahasa apa??
8. Penterjemah mudzakkarat ini tidak dikenal. Pada naskah
terjemahan pertama tidak disebutkan siapa
penterjemahnya sedangkan pada naskah terjemahan
|| 29 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
kedua hanya disebutkan penerjemahnya dengan inisial
.د.م.ع.خ
Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang disebutkan syaikh Malik
Husain tentang batilnya Mudzakkarat Mr. Hampher ini. Silakan
lihat lebih rincinya di majalah al-Asholah no. 31, tahun ke-6, 15
Muharam 1422 H.
Kami katakan kepada Hizbut Tahrir dan orang-orang yang
sefikrah dengan mereka, dengan menukil ucapan seorang
penyair:
و من جعل الغراب له دليلا يمر به على جيف الكلاب
“Barangsiapa yang menjadikan burung gagak sebagai dalil
Maka ia akan membawanya melewati bangkai-bangkai anjing”
Syaikh Malik Husain nafa’allahu bihi berkata :
“Sesunguhnya apa yang terdapat di dalam mudzakkarat ini adalah omong
kosong belaka dan ucapan yang tidak berlandaskan dalil sama sekali, yang tidak
keluat melainkan dari dua jenis manusia, yaitu :
1. Orang yang bodohnya sangat bodoh sekali dan dungu yang tidak
mampu membedakan mana telapak tangannya dan mana sikunya
2. Para pengekor hawa nafsu, ahlul bid’ah yang memusuhi dakwah
tauhid.
|| 30 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Maka ber takwalah! Sesungguhnya daging para ulama itu beracun dan
sunnah Allah di terhadap para pencela ulama telah diketahui, maka
barangsiapa yang berkata buruh terhadap ulama dan mencercanya, maka
niscaya Alloh akan menimpakan kematian hatinya sebelum wafatnya. Kita
memohon perlindungan dan keselamatan dari Alloh.” 31
Hakikat Sikap Pemerintah Eropa terutama Inggris
terhadap Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab
Beberapa sosok syetan berwujud manusia dari orangorang
eropa berf ikir tentang akibat yang akan menimpa mereka,
jika Dakwah Muhammad bin Abdil Wahhab yang didukung
pemerintahan Su’ud pertama memperluas pengaruhnya. Mereka
melihat bahwa apa yang dilakukan oleh pemerintah Su’ud akan
mengancam kepentingan mereka di kawasan timur secara umum.
Oleh karena itu, tidak ada jalan lain kecuali menghancurkan
pemerintahan ini. Mereka pun menempuh berbagai daya dan
upaya di dalam menghancurkan dakwah salafiyah ini, diantaranya
adalah :
Pertama, penebaran publik opini di tengah negeri Islam
melawan dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab. Maka
bangkitlah para penganut bid’ah dan khurofat memerangi dakwah
31 op.cit.
|| 31 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Syaikh. Mereka adalah golongan mayoritas di saat itu, yang mana
faham quburiyun, khurof iyun, bid’ah dan syirik telah mendarah
daging di dalam hati mereka, bahkan parahnya kesultanan
Ustmaniyah generasi akhir adalah termasuk pemerintahan yang
mendukung kesyirikan dan kebid’ahan ini. Ini semua terjadi
setelah Inggris dan Perancis menyebarkan fatwa yang mereka
ambil dari Ulama suu’ (jahat) yang menfatwakah bahwa apa yang
didakwahkan oleh Syaikh al-Imam adalah rusak.32
Kedua, Mereka menebarkan fitnah antara gerakan Syaikh
al-Imam dengan pemimpin kesultanan Utsmaniyah. Orang-orang
Inggris dan Perancis menebarkan racun ke dalam f ikiran Sultan
Mahmud II, bahwa gerakan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
bertujuan untuk memerdekakan Jazirah Arab dan memisahkan
diri dari kesultanan. Sultan pun merespon dan berupaya
memberangus gerakan Syaikh, padahal seharusnya beliau
meragukan nasehat dari kaum kuffar ini, meneliti dan melakukan
investigasi terhadap berita ini.33
Sesungguhnya para pengikut Dakwah Salafiyah tidak
pernah menuntut khilafah sama sekali dan tidak pernah
menyatakan penentangan bahwa dirinya tidak tunduk kepada
kesultanan. Namun sesungguhnya, perselisihan itu hanyalah ada
32 Lihat : ad-Daulat al-Utsmaniyah, DR. Jamal Abdul Hadi, hal. 94 sebagaimana di dalam
ad-Daulah al-Utsmaniyah awamilin Nuhudl wa Asbaabis Suquuth karya DR. Ali Muhammad
ash-Sholabi. ( terj, Bangkit dan Runtuhnya Daulah Khilafah Utsmaniyah)
33 idem: hal,. 95.
|| 32 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
dalam dua hal yang asasi, yaitu : pertama, permintaan para
pengikut gerakan salaf i tentang adanya keharusan untuk
komitmen para jama’ah haji dalam berpegang teguh dengan
manhaj Islam dan mencabut semua yang keluar dari manhaj
Islam. Kedua, adanya perasaan pemerintah Utsmaniyah yang
merasa tidak berdaya di hadapan kekuasaan gerakan Wahhabi
atas kota-kota suci yang berada di Hijaz. Sebab mereka tahu
bahwa ketidakmampuan mereka ini berarti penurunan wibawa
dan posisi mereka secara politik.34
Sesungguhnya, Inggris dan Perancis mulai dari awal telah
membenci gerakan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab, terlebih
setelah pemerintah Alu Su’ud beserta orang-orang Qowashim
mampu melakukan serangan telak terhadap Armada Inggris pada
tahun 1806 M. sehingga perairan Teluk berada di bawah
kekuasaannya.35 Sesungguhnya asas-asas Islam yang murni
menjadi pondasi dasar pemerintahan Su’ud pertama, dan tujuan
utama didirikannya negeri ini adalah untuk melawan kejahatan
orang-orang asing di kawasan itu.36
34 Lihat : Qiro’ah Jadidah fit Tarikh al-Utsmani, hal. 183, sebagaimana di dalam ad-Daulah
al-Utsmaniyah awamilin Nuhudl wa Asbaabis Suquuth karya DR. Ali Muhammad ash-
Sholabi. (terj, Bangkit dan Runtuhnya Daulah Khilafah Utsmaniyah)
35 Idem, hal. 158.
36 Idem, hal. 156
|| 33 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Bukti berikutnya yang menunjukkan bahwa tuduhan
Zallum dan HT terhadap dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab adalah tuduhan dusta belaka, adalah : Tatkala Ibrahim
bin Muhammad Ali Basya37 berhasil menghancurkan Dir’iyah dan
menghukum pancung pangeran Abdullah bin Su’ud, Inggris
mengutus Kapten George Forester Sadleer38 untuk memberikan
ucapan selamat kepada Ibrahim Pasya dan mengajukan
kerjasama antara kekuasaan darat Ibrahim Pasya dengan
kekuatan laut armada Inggris dalam rangka menghadapi
Qowasim yang merupakan pengikut dakwah Muhammad bin Abdil
Wahhab.39
Sungguh, sangat jauh panggang dari api apabila dikatakan
bahwa dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab adalah
dakwah boneka atau antek-antek Inggris. Padahal dengan
37 Muhammad Ali Pasya adalah gubernur Mesir yang sangat membenci dakwah Syaikh
Muhammad bin Abdil Wahhab. Dia adalah antek-antek kafir Inggris yang menelikung
kesultanan Utsmani setelah kekuasaannya menyebar. Dia adalah pendahulu Mustafa
Kemal Pasya, seorang pengkhianat dan serigala berbulu domba. Muhammad Ali adalah
kaki tangan gerakan yahudi Freemasonry, yang fikirannya teracuni oleh Napoleon ketika
mereka ber temu. dan melakukan hubungan baik. Muhammad Ali sangat mencintai budaya
eropa dan membenci budaya Islam, dimana ia merupakan peletak sekulerisme di negerinegeri
Islam. Sangat banyak goresan pena para sejarawan yang menjelaskan kejahatan
Muhammad Ali ini, diantaranya adalah al-Jabaroti (dalam Aja’ibil Atsaar) yang hidup
sezaman dengannya. Muhammad Ali mengutus anaknnya Thussun untuk memerangi
Dakwah Wahabiyah namun gagal, dan anaknya Ibrahim yang berhasil mengalahkan
pangeran Abdullah dan membunuh beliau. Ini menunjukkan bahwa syabab Hizbut Tahrir
bodoh terhadap sejarah dan menunjukkan bagaimana mereka membenci dakwah tauhid
yang mubarokah ini. Allahul Musta’an.
38 Lihat : Dalil al-Khalij at-Tarikhi, J.J. Lurimer (2/1009-1010).
39 Lihat : Huruub Muhammad Ali ‘ala asy-Syaam, DR. Ayidl ar-Ruqi, hal. 112.
|| 34 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
menyebarnya dakwah mubarokah ini ke pelosok dunia lain,
melahirkan para pejuang-pejuang Islam. Di India, Syaikh Ahmad
Irfaan dan para pengikutnya adalah gerakan yang pertama kali
membongkar kebobrokan Mirza Ghulam Ahmad Qadiyaniyah yang
semua orang tahu bahwa Qodiyaniyah ini adalah kepanjangan
tangan dari kolonial Inggris. Mereka juga memekikkan jihad
memerangi kolonial Inggris saat itu di negeri mereka.40 Di
Indonesia, tercatat ada Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Nan
Renceh, Tuanku Nan Gapuk dan selainnya yang memerangi
bid’ah, khurofat dan maksiat kaum adat sehingga meletus perang
Paderi, dan mereka semua ini adalah para pejuang Islam yang
memerangi kolonialisme Belanda.41 Belum lagi di Mesir, Sudan,
Afrika dan belahan negeri lainnya, yang mana mereka semua
adalah para pejuang Islam yang membenci kolonialisme kaum
kafir eropa.
Wahai Hizbut Tahrir!!! Bacalah buku-buku dan risalah
karangan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab, niscaya engkau
akan mengetahui hakikat dakwah ini, dan engkau akan faham
hakikat perjuangan dakwah ini.
40 Lihat : Al-‘Alam al-Aroobi f it Tarikh al-Hadits dan Aqidatus Syaikh Muhammad bin Abdil
Wahhab wa Atsaruha fil ‘Alam al-Islamiy karya Dr. Sholih al-‘Abud.
41 Lihat : Pusaka Indonesia Riwajat Hidup Orang-Orang Besar Tanah Air, Oleh : Tamar
Djaja, Cet. VI, 1965, Penerbit Bulan Bintang Djakar ta, hal. 339-dst.
|| 35 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Penyebab keruntuhan Daulah Utsmaniyah yang tidak
difahami oleh Hizbut Tahrir
Abdul Qodim Zallum ghofarollahu lahu di dalam buku Kaifa
Hudimatil Khilaafah, ketika menelaah sebab-sebab keruntuhan
Daulah Utsmaniyah hanyalah dari aspek eksternal yang kosong
dari tinjauan kaca mata al-Qur’an dan as-Sunnah. Dia hanya
menelaah konspirasi kaum kuffar dan upaya-upaya mereka di
dalam menghancurkan Daulah, tanpa menganalisa dengan kaca
mata wahyu, mengapa daulah Utsmaniyah bisa hancur?!!
Seharusnya dia tidak hanya menelaah كيف هدمت الخلافة (Bagaimana
Hancurnya Daulah Khilafah), Namun seharusnya dia menelaah
juga لماذا هدمت الخلافة (Mengapa daulah Utsmaniyah bisa hancur)?!!
Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman :
هو الذي أرسل رسوله بالهدى و دين الحق ليظهره على الدين كله ولو كره المشركون
“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa)
petunjuk (Al Qur 'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-
Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak
menyukai.” (At-Taubah : 33)
Bukankah ayat di atas merupakan janji Alloh Subhanahu
wa Ta’ala bahwa agama ini akan dimenangkan atas agamaagama
lainnya?!!
|| 36 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Bukankah orang-orang kafir mulai dari zaman rasul
pertama kali diutus hingga hari kiamat senantiasa membenci dan
tidak ridha dengan agama ini, mereka akan senantiasa
memerangi dan memadamkan cahaya agama Alloh, sebagaimana
dalam firman-Nya :
و لن ترضى عنك اليهود و لن النصارى حتى تتبع ملتهم
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada
kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” (Al-Baqoroh :
120)
يريد الله أن يطفئوا نور الله بأفواههم و يأبى الله إلا أن يتم نوره ولو كره الكافرون
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah
dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak
menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun
orang-orang yang kafir tidak menyukai.” (At-Taubah : 32)
Sesungguhnya sebab-sebab keruntuhan pemerintahan
Utsmani sangatlah banyak, yang kesemuanya tersimpul pada
semakin menjauhnya pemerintahan Utsmani terhadap
pemberlakuan syariah Alloh yang menyebabkan kesempitan dan
kesengsaraan bagi ummat di dunia. Dampak dari jauhnya
pemerintahan Utsmani dari Syariah Alloh ini tampak sekali dalam
|| 37 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
kehidupan yang bersifat keagamaan, sosial, politik dan
ekonomi.42
Alloh Ta’ala berfirman :
 و  ع  د اللَّه الَّذِي  ن ءَامنوا مِن ُ ك  م  و  عمُِلوا ال  صالِ  حاتِ َلي  ست  خلَِفن  ه  م فِي اْلَأ  رضِ َ ك  ما ا  ست  خَل  ف الَّذِي  ن
مِ  ن َقبلِهِ  م  وَلي  مكِّن  ن َل  ه  م دِين  ه م الَّذِي ا  رت  ضى َل  ه  م  وَليب  دَلن  ه  م مِ  ن ب  عدِ  خ  وفِهِ  م َأ  منا ي عب  دوننِي َلا
ي  شرِ ُ كو َ ن بِي  شيًئا  وم  ن َ كَفر ب  ع  د َذلِ  ك َفُأوَلئِ  ك  ه  م اْلَفاسُِقو َ ن
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di
antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia
sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum
mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia
benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka
berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap
menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun
dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji)
itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (An-Nur : 55)
Daulah Utsmaniyah di awal pemerintahannya memenuhi
semua syarat-syarat yang termaktub di dalam ayat di atas.
42 Lihat : Ad-Daulah al-Utsmaniyah Awamilin Nuhudl wa Asbaabis Suquuth, karya DR. Ali
Muhammad ash-Sholabi (terj, Bangkit dan Runtuhnya Daulah Khilafah Utsmaniyah), hal.
652.
|| 38 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Sebaliknya, di akhir pemerintahannya syarat-syarat itu sama
sekali tidak terpenuhi dan menyimpang dari pemahamannya yang
asli. Ada beberapa hal yang menyebabkan runtuhnya daulah
Utsmaniyah43 yang tidak disinggung oleh Hizbut Tahrir, yaitu :
1. Tidak adanya al-Wala’ (Loyalitas) dan Baro’ (Disloyalitas)
yang jelas pada akhir-akhir masa daulah Utsmaniyah. Para
penguasa Utsmaniyah terbius dengan budaya dan pemikiran
kaum kuffar dan menjadi sekutu mereka. Muhammad Ali
Pasya, wali Mesir yang menjadi contoh utama hal ini. Dia
adalah boneka bikinan barat dan antek-antek mereka,
keberhasilannya memegang tampuk kekuasaan di Daulah
Utsmaniyah adalah keberhasilan rencana salibis.44
2. Penyempitan makna ibadah. Ibadah menurut Daulah
Utsmaniyah akhir hanya terbatas pada ritual-ritual yang turun
temurun dan taklid yang tidak memiliki faidah dan dampak
terhadap kehidupan. Hal ini menyebabkan maraknya madzhab
sekuler dalam pemerintahan Utsmani yang semakin marak
pada akhir-akhir keruntuhannya.45
3. Menyebarnya fenomena syirik, bid’ah dan khurofat. Sisi inilah
penyebab kemunduran utama Daulah Utsmaniyah. Mereka
terjebak dalam belenggu kebodohan dan kesyirikan, dan
mereka meninggalkan tauhid murni yang dibawa oleh para
43 idem, hal. 655
44 Lihat : al-Inharafaat al-Aqodiyah wal Ilmiyyah (I/181) sebagaimana dalam idem, hal. 662.
45 idem, hal. 664-671 dengan diringkas.
|| 39 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Nabi dan Rasul. Mulai dari sultan, pembesar hingga rakyat
kecil terbelenggu oleh bid’ah, syirik dan khurofat.
Pembangunan kubah-kubah kuburan di seluruh wilayah
Utsmani mereka lakukan dengan berlomba-lomba
membangun yang paling megah. Bahkan mereka pun
bernadzar pada makam-makam dan peninggalan nene
moyang mereka. Risalah al-Qoul al-Anfa’ fir raddi ‘an
Ziyaraatil Mifdaa’ karya Al-Allamah Mahmud Syukri al-Alusi
menjadi saksi atas faham sesat mereka yang bernadzar dan
bertabaruk dengan meriam peninggalan Sultan Murad. Bid’ahbid’ah
dan khurofat menjamur dimana-mana, sehingga yang
sunnah dianggap bid’ah dan yang bid’ah dianggap sunnah.
wal’iyadzubillah.46
4. Gencarnya aktivitas kelompok-kelompok sesat dan
menyimpang seperti Syi’ah Isna Asyariyah, Druz, Nushairiyah,
Shufiyah, Qadhiyaniyah, dan selainnya. Sesungguhnya
kelompok-kelompok sesat inilah yang menjadi tanggung
jawab hancurnya kesatuan Daulah Utsmaniyah dan mereka
adalah seringala berbulu domba yang harus diperangi dan
dijelaskan kesesatannya.
5. Tidak adanya pemimpin Robbani.
6. Penolakan dibukanya pintu ijtihad.
46 Lihat : al-Inhirafaat al-Aqodiyyah wal ‘I lmiyyah yang memaparkan hal ini secara gamblang
sebagaimana dalam ibid, hal. 672-678 secara ringkas.
|| 40 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
7. Menyebarnya kezhaliman dalam pemerintahan.
8. Perselisihan dan perpecahan.
Inilah sebab-sebab yang tidak diperhatikan oleh Hizbut
Tahrir yang merupakan penyebab utama hancurnya Daulah
Utsmaniyah. Mereka hanya berkoar-koar seputar konspirasi kaum
kuffar dan munafiq, tanpa menelaah penyebab “Mengapa Daulah
Utsmaniyah bisa dikalahkan dan dihancurkan oleh konspirasi
kaum Kuffar dan Munafiq”!!!, “Mengapa kaum muslimin kalah
melawan agresi kaum kuffar?!!” dan “mengapa agama yang telah
dijanjikan oleh Alloh kemenangan ini menjadi kalah dan
terbelakang di antara agama-agama lainnya?!!”
Inilah yang tidak mampu mereka jawab, melainkan
mereka akan mencari kambing hitamnya. Hizbut Tahrir adalah
kelompok yang turut menyuburkan faham quburiyun, khurof iyun,
bid’iyun dan shuf iyun47, sehingga mereka tidak akan ridha dan
rela terhadap dakwah tauhid yang dibawa oleh Imam Muhammad
bin Abdil Wahhab. Mereka akan senantiasa memeranginya,
mencercanya, menf itnahnya, membuat kedustaan atasnya, dan
mereka akan bersekutu dengan f irqoh-firqoh sesat lainnya
semisal shufiyun dan syi’ah, dalam rangka memerangi dan
menghantam dakwah ini. Kecuali diantara mereka yang dirahmati
Alloh.
47 Sebagaimana tampak nyata dalam tulisan Abu Riya’ al-Buali dan al-Mudabdzab yang
membela faham quburiyun, shufiyun dan khurofiyun ini.
|| 41 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Pembelaan Terhadap
Muhadditsul Ashr
Muhammad Nashiruddin Nuh
Najjati al-Albani
rahimahullahu wa askanahu al-
Jannaat al-Fasih
[Bagian 1]
|| 42 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
MEMBONGKAR KEDOK KEDUSTAAN DAN
FITNAH HASAN ALI SAQQOF TERHADAP
AL-MUHADDITS AL-ALBANI
الحمد لله الذي جعل في كل زمان فترة من الرسل بقايا من أهل العلم ، يدعون من ضل إلى
الهدى ، ويبصرون منهم على الأذى ، يحيون بكتاب الله الموتى ، ويبصرون بنور الله أهل
العمى ، فكم من قتيل لإبليس قد أحيوه ، وكم من ضال تائه قد هدوه ، فما أحسن أثرهم
على الناس ، وأقبح أثر الناس عليهم ، ينفون عن كتاب الله تحريف الغالين ، وانتحال المبطلين
، وتأويل الجاهلين الذين عقدوا ألوية البدع ، وأطلقوا عقال الفتنة فهم مخالفون لكتاب
مجمعون على مفارقة الكتاب، يقولون على الله وفي الله وفي كتاب الله بغير علم ويتكلمون
بالمتشابه من الكلام ويخدعون جهال الناس بما يشبهون عليهم ، فنعوذ بالله من فتن الضالين .
Segala puji hanyalah milik Alloh yang menjadikan setiap
kekosongan masa dari diutusnya para Rasul dengan tetap
eksisnya para ulama yang senantiasa menunjuki orang yang
tersesat kepada petunjuk dan senantiasa bersabar terhadap aral
rintangan yang menghadang. Mereka menghidupkan orang-orang
yang mati (hatinya) dengan Kitabullah dan menerangi orang yang
|| 43 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
buta dengan cahaya Alloh. Betapa banyak sembelihan iblis yang
mereka hidupkan dan betapa banyak orang bingung yang
tersesat mereka beri petunjuk. Aduhai, alangkah baiknya
pengaruh mereka terhadap manusia dan betapa buruknya
balasan manusia bagi mereka. Mereka tepis penyelewengan
terhadap Kitabullah dari orang-orang yang esktrim, kedustaan
para pembela kebatilan dan penakwilan orang-orang yang dungu
yang telah mengibarkan bendera kebid’ahan dan menyebarkan
virus fitnah. Mereka berselisih dari Kitabullah namun bersatu di
dalam menyelisihi Kitabullah. Mereka berbicara tentang Alloh,
tentang ajaran Alloh dan Kitabullah tanpa ilmu, mereka berkatakata
dengan sesuatu yang samar (syubhat) untuk menipu dan
membuat kerancuan di hadapan manusia-manusia yang bodoh.
Kita memohon perlindungan kepada Alloh dari fitnah yang
menyesatkan ini.48
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala meninggikan
kedudukan ulama pengemban wahyu dengan menghormati,
memuliakan dan menempatkan mereka pada kedudukan yang
tinggi sebagaimana Allah Ta'ala telah memuliakan mereka.
Mereka adalah para pembawa agama dan pelindungnya, pelita
dalam kegelapan, pembeda antara kebenaran dan kebatilan,
48 Ini adalah cuplikan khuthbah al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullahu di dalam buku
beliau “Ar-Roddu ‘alal Jahmiyyah” (hal. 85), tahqiq ‘Abdurrahman ‘Umairah, cet. Darul Liwa’
ar-Riyadh. Buku ini tsabit (benar dan kuat) penisbatannya kepada Imam Ahmad. Lihat
“Ijtima’ al-Juyusy al-Islamiyyah” karya Ibnu Qoyyim al-Jauziyah tentang penetapannya (hal.
100).
|| 44 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
pewaris para nabi dan yang meniti jalan mereka. Jadi bagaimana
mungkin mereka tidak mendapatkan kedudukan, kecintaan serta
penghormatan di dalam hati?!!
Alloh Azza wa Jalla berf irman :
 شهِ  د اللَّه َأنه َلا إَِله إِلَّا  ه  و  واْلمَلائِ َ كُة  وُأوُلو اْلعِْلمِ َقائِ  ما بِاْلقِ  سطِ
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia
(yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. para
malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang
demikian itu).” (QS Ali Imran : 18)
Imam al-Qurthubi rahimahullahu berkata di dalam menafsirkan
ayat di atas :
هذه الآية دليل على فضل العلم وشرف العلماء, فإنه لوكان أحد أشرغ من العلماء لقرم
الله باسمه واسم الملائكة كما قرن العلماء.
“Ayat ini adalah dalil akan keutamaan dan ketinggian para ulama. Karena
sesungguhnya apabila ada orang yang lebih mulia dari para ulama, niscaya Alloh
akan menggandengkan namanya dengan nama Alloh dan Malaikat, sebagaimana
Ia gandengkan para ulama dengan nama-Nya dan Malaikat.” 49
Dari Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullahu, beliau berkata :
الملائكة حراس السماء وأصحاب الحديث حراس الأرض
49 Lihat al-Jami’ li Ahkaamil Qur’an karya Imam al-Qur thubi (IV/44).
|| 45 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
“Para malaikat adalah penjaga langit dan Ashhabul Hadits (ulama ahli hadits)
adalah penjaga bumi.”50
Dari Imam asy-Syafi’I rahimahullah, beliau berkata :
إذا رأيت رجلا من أصحاب الحديث فكأني رأيت النبي صلى الله عليه وسلم.
“Apabila aku melihat seorang dari Ashhabi Hadits, maka seakan-akan aku melihat
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam.” 51
Abu Hatim ar-Razi rahimahullahu berkata :
علامة أهل البدع الوقيعة في أهل الأثر . وعلامة الزنادقة تسميتهم أهل الأثر حشوية، يريدون
بذلك إبطال الأثر
”Salah satu cir i Ahlul Bid’ah adalah adanya cercaan mereka terhadap Ahlul Atsar
dan ciri orang yang zindiq adalah pemberian julukan kepada Ahlul Atsar dengan
Hasyawiyah, mereka menginginkan dengan penamaan ini untuk membatalkan
atsar” 52
Ahmad bin Sinan al-Qaththan rahimahullahu berkata :
ليس في الدنيا مبتدع إلا وهو يبغض أهل الحديث، فإذا ابتدع الرجل نزعت حلاوة الحديث
من قلبه
50 Lihat Syarafu Ashhabil Hadits hal. 91.
51 Ibid, hal. 94.
52 Syarh I’t iqoh Ahlus Sunnah karya Imam al-Lalika`i (I/179)
|| 46 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
”Tidak ada seorang mubtadi’ pun di dunia ini melainkan ia sangat membenci Ahlul
Hadits. Apabila ada seorang yang berbuat bid’ah akan diangkat kelezatan hadits
dari hatinya” 53
Yang dimaksud dengan Ahlul Hadits adalah mereka yang
berpegang teguh dan berkeyakinan dengan Kitabullah dan
Sunnah Rasulullah. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullahu
berkata ketika ditanya tentang siapakah golongan yang selamat
itu? Beliau menjawab :
“Jika mereka bukan Ahlul Hadits maka aku tidak tahu lagi siapa mereka!!!” Al-
Qodhi Iyadh rahimahullahu berkata : “Sesungguhnya yang dimaksudkan oleh
Ahmad adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan yang berkeyakinan dengan
keyakinan Ahlul Hadits.”54
Tidak ragu lagi, bahwa Samahatul Imam al-Muhaddits
Muhammad Nashirudin al-Albani rahimahullahu adalah Imamnya
Muhadditsin yang terkemuka saat ini yang keilmuannya tentang
ilmu hadits bagaikan samudera, dan kami tidaklah mensucikan
seorangpun di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Cukuplah
pernyataan ulama-ulama selain beliau yang menunjukkan
kedudukan dan posisi beliau.
Al-Allamah al-Imam Abdul Aziz bin Bazz rahimahullahu, Mantan
Mufti Umum Kerajaan Arab Saudi berkata:
53 Aqidah Salaf Ashhabul Hadits karya Imam Abu Utsman Ash-Shabuni.
54 Syarh Nawawi terhadap Shahih Muslim juz XIII hal. 66-67 dan Fathul Bari juz I hal. 164;
Lihat Ithaaful ‘Ibaad bi Fawa`idi Duruusi asy-Syaikh ‘Abdil Muhsin bin Hamad al-‘Abbad
karya Syaikh ‘Abdurrahman al-‘Umaisan, cet. Darul Imam Ahmad, hal. 10 (catatan kaki).
|| 47 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
”Aku tidak mengetahui seorang ’alim di bawah kolong langit ini pada abad ini yang
dalam ilmu hadits melebihi al-Allamah al-Albani.”
Al-Allamah Muhammad Hamid al-Faqi rahimahullahu, mantan
pimpinan Jama’ah Anshorus Sunnah al-Muhammadiyah sekaligus
salah seorang Muhaddits Mesir berkata :
”Asy-Syaikh Nashirudin adalah saudara kami yang bermanhaj salaf, seorang
pembahas dan peneliti (hadits) yang cermat.”
Faqiihuz Zamaan al-Allamah Muhammad bin Sholih al-’Utsaimin
rahimahullahu, salah seorang ulama besar Arab Saudi berkata :
”Ia (Albani) adalah orang yang banyak ilmunya dalam hadits baik riwayah
maupun dirayah...”
Dan masih beribu-ribu lagi untaian pujian berderai bagi
samahatul imam dari para ulama dan penuntut ilmu senior di
seluruh penjuru dunia, seperti Syaikh Abdush Shomad
Syarafuddin, Syaikh Ubaidillah ar-Rehmani, Syaikh Muhammad
Mustofa al-A’zhami (mereka semua adalah muhaddits India),
Syaikh Muhammad bin Ali Adam (muhaddits dari Ethiopia),
Syaikh Muhammad Shufut Nuruddin (muhaddits dari Mesir), dan
masih banyak lagi lainnya yang jika sekiranya dihimpun dan
dituliskan semuanya, maka akan menjadi sebuah buku yang
sangat tebal.55
55 Baca Biografi beliau di “Biografi Albani” yang disusun oleh guru kami, al-Ustadz al-
Fadhil Abu Abdillah Mubarak bin Mahfudz Bamu’allim, Pustaka Imam Syafi’i.
|| 48 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Namun, diantara sunnatullah dalam kehidupan ini adalah adanya
ujian bagi orang-orang yang berpegang teguh dengan as-Sunnah
dan atsar salaf di sepanjang masa, yang datang dan berasal dari
manusia-manusia yang benci dan dengki serta iri hati. Mereka
senantiasa berusaha menjatuhkan martabat ulama hadits dan
menjelek-jelekkan mereka. Akan tetapi Allah Subhanahu wa
Ta'ala enggan membiarkannya dan tetap menjaga dan
memelihara mereka –para ulama hadits-, Sungguh Dia pasti akan
memenangkan kebenaran dan menetapkan akhir yang baik bagi
orang-orang yang bertakwa.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
“Sesungguhnya manusia senantiasa dalam kebaikan selama
mereka menuntut ilmu dar i sahabat Rasulullah dan dari para
ulama mereka. Jika mereka menuntut ilmu dari para Ashaghir
maka di saat itulah mereka binasa.”56
Ibnul Mubarak berkata : ”Ashaghir adalah Ahlul Bid’ah”. 57
Diantara para pendengki dan pendusta dari kalangan Ashaghir
yang menampakkan permusuhan dan kebenciannya terhadap
sunnah dan ahlinya adalah Hasan Ali as-Saqqof Ghofarollahu
lahu, penulis sebuah buku gelap yang dianggap fenomenal oleh
fanatikus butanya yang berjudul : Tanaqudhaat Albany al-
Waadhihah fiima waqo’a fi Tashhihi al-Ahaadiits wa Tadh’iif iha
56 Diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam az-Zuhd (85) dan al-Lalika`i dalam Syarh I ’tiqod
Ahlus Sunnah (101).
57 Ibid.
|| 49 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
min Akhtho’ wa Gholathot (Kontradikitif Albani yang nyata
terhadap penshahihan hadits-hadits dan pendhaifannya yang
salah dan keliru)58 yang jika ditelaah di dalamnya dipenuhi
dengan tadlis, kedustaan, pengkhianatan ilmiah dan kebodohan
penulisnya terhadap ilmu hadits. Akan datang penjelasan hal ini –
insya Allah- dan para pembaca sekalian akan mengetahui
kebobrokan dan kejahatan as-Saqqof ini di dalam bukunya
tersebut.
وإذ أراد الله نشر فضيلة طويت أتاح لها لسان حسود
لولا اشتعال النار فيما جاورت ما كان يعرف طيب عرف العود
58 Buku ini disambut dengan gegap gempita oleh musuh-musuh dakwah Salaf iyah dan
dijadikan pegangan oleh mereka di dalam menghantam Syaikh al-Albani dan dakwah
Salafiyah. Isi buku ini sarat dengan kedustaan dan kebohongan, namun disebarluaskan
oleh musuh-musuh dakwah. Di antara mereka yang turut menyebarkan tulisan gelap as-
Saqqof ini adalah Muhammad Lazuardi al-Jawi, syabab HT dari Malang. Demikian pula
dengan Prof. Ali Musthofa Ya’qub turut menyebut nama as-Saqqof di dalam bukunya
“Hadits-Hadits Palsu Seputar Ramadhan” untuk membantah Syaikh al-Albani
rahimahullahu, dan alhamdulillah buku Prof Ali Mustofa Ya’qub ini telah dibantah oleh
saudara kami yang mulia, al-Ustadz Abu ‘Ubaidah as-Sidawi. Buku Tanaqudhaat ini juga
sangat laris di forum-forum internet komunitas kaum Syi’ah, Shufi dan Hizbut Tahrir. Allohul
Musta’an.
Beberapa ulama telah membantah buku Tanaqudhaat ini, diantaranya adalah :
- Syaikh Ali Hasan al-Halabi dalam al-Anwarul Kasyifah li Tanaqudhaat al-Khassaaf az-
Zaa`ifah wa Kasyfu maa fiihaa minaz Zaigh wal Mujaazafah. (Risalah ini banyak
mengambil faidah dari buku ini).
- Syaikh DR. Khalid al-Anbari dalam Iftiraa`at as-Saqqof al-Atsim ‘alal Albani Syaikh
Muhadditsin.
- Syaikh ‘Abdul Basith bin Yusuf al-Gharib dalam at-Tanbiihaatul Maliihah [ telah
diterjemahkan dengan judul “Koreksi Ulang Syaikh Albani” diterbitkan oleh Pustaka
Azzam] .
|| 50 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Bila Alloh berkehendak menyebarkan keutamaan yang rahasia
Maka Ia member ikan kesempatan kepada lidah pendengki untuk
menyebarkannya
Seandainya bukan karena nyala api yang merayap
Niscaya tidak akan diketahui wanginya kayu gaharu
Di dalam risalah ini saya insya Alloh akan menurunkan bantahan
ringkas terhadap buku Tanaqudhaat as-Saqqof ini sekaligus
membongkar kedok hakikat dirinya. Di antara kesesatan dan
penyimpangan as-Saqqof adalah :
1. Menghina dan mengkafirkan sebagian Sahabat Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Salam terutama sahabat yang mulia,
Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu.
2. Melecehkan dan menjelekkan ulama-ulama ahlus sunnah
semisal Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, al-Imam Ibnul
Qoyyim, Ibnu Abil Izz al-Hanaf i dan lainnya
rahimahumullahu.
3. Gemar memuji dan membela Ahli bid’ah semisal al-
Kautsari yang juga gurunya, bahkan as-Saqqof adalah
orang yang sangat fanatik terhadap gurunya ini.
4. Beraqidah Jahmiyah tulen dan mencampuradukkan
dengan aqidah-aqidah sesat lainnya semisal Asy’ariyah
dan Maturidiyah.
|| 51 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
5. Gemar berdusta dan berbohong, perkataannya busuk dan
jelek, sering menfitnah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
6. Meremehkan dan melecehkan hadits-hadits shahih juga
tidak faham dan jahil terhadap ilmu hadits dan
perangkatnya.
Dengan mengharap taufiq dan berkah dari Alloh Azza wa Jalla,
mari kita masuki pembahasan ini :
AS-SAQQOF ADALAH PENCELA SAHABAT
Ketahuilah wahai orang yang berakal, bahwa Hasan as-Saqqof
yang didengang-dengungkan oleh fanatikusnya sebagai
muhaddits ini adalah tidak lebih dari seorang pencela sahabat dan
melemparkan tuduhan kafir terhadap Mu’awiyah bin Abi Sufyan
radhiyallahu ’anhu.
As-Saqqof menuduh Sahabat yang mulia, Mu’awiyah bin Abi
Sufyan radhiyallahu ’anhu dengan nifaaq dan menganggapnya
murtad. Sebagaimana diutarakan oleh Syaikh Ali Hasan al-Halabi
hafizhahullahu di dalam al-Anwaarul Kaasyifah (hal. 11), ”Dan
termasuk puncak kesesatan orang yang zhalim lagi hina ini
adalah sebagaimana yang dikabarkan oleh dua orang yang
mendengarkan ucapannya, bahwa dia menuduh di beberapa
majlisnya, bahwa sahabat yang mulia Mu’awiyah bin Abi Sufyan
radhiallahu 'anhu dengan tuduhan nifaq, dan mengisyaratkan
|| 52 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
bahwa Mu’awiyah telah murtad dan termasuk penghuni
neraka...!!! Semoga Allah merahmati Imam Abu Zur’ah ar-Razi
yang berkata :
إذا رأيت الرجل ينتقص أحدا من صحاب الرسول صلى الله عليه وسلم فاعلم أنه زنديق!!!
’Jika engkau melihat ada orang yang mencela sahabat Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa Sallam maka ketahuilah bahwa dia adalah zindiq!!!..” 59
احذر لسانك أن يقول فتبتلى إن البلاء موكل بالمنطق
Jaga lidahmu untuk berujar dari petaka
Sebab petaka itu bergantung pada ucapan
Sungguh benar ucapan Syaikh Ali Hasan hafizhahullahu, dan ta’liq
as-Saqqof terhadap buku Daf’u Syubahit Tasbiih karya Ibnu Jauzi
menjadi saksi atas kelancangannya dan keberaniannya menuduh
sahabat Mu’awiyah radhiallahu 'anhu. Ia berkata di catatan kaki
Daf’us Syubah (hal. 237) :
”Aku (as-Saqqof) berkata : Mu’awiyah membunuh sekelompok kaum yang shalih
dari kalangan sahabat dan selainnya hanya untuk mencapai kekayaan duniawi.
Dan di antara mereka adalah Abdurrahman bin Khalid bin Walid. Ibnu Jar ir
menukilnya di dalam Tarikh-nya (III/202) dan Ibnul Atsir di dalam al-Kamil (III/453)
dan lafazh ini darinya. Alasan kematiannya adalah pasalnya ia menjadi orang
yang mulia/ terkemuka di mata penduduk Syam, mereka lebih condong kepada
beliau karena ia memiliki karakteristik yang mirip ayahnya (Khalid bin Walid
59 Al-Kifaayah karya al-Imam al-Khathib al-Baghdadi hal. 97. Lihat al-Anwaarul Kaasyifah
karya Syaikh Ali Hasan al-Halabi, Darul Ashalah, cet. I, 1411 H/1991 M, halaman 11.
|| 53 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
radhiyallahu ’anhu pent.), dan karena kemanfaatan pada dirinya bagi kaum
muslimin di tanah Romawi dan juga karena keberaniannya.
Jadi, Mu’awiyah menjadi takut dan khawatir terhadapnya, lantas ia
memerintahkan Ibnu ’Uthaal seorang nashrani untuk merencanakan
pembunuhannya. Mu’awiyah memberikan jaminan padanya (Ibnu ’Uthal)
pembebasan pajak seumur hidupnya... jadi ketika Abdurrahman kembali dari
Romawi, Ibnu Uthaal memasukkan racun ke dalam minumannya melalui
pelayannya. Lantas beliapun meninggal di Hums (sebuah tempat di pusat Siria),
dan Mu’awiyah memenuhi janji yang dia berikan kepada Ibnu ’Uthaal.
Aku (as-Saqqof) berkata : Apakah diperbolehkan membunuh seorang muslim?
Sedangkan Allah ber firman :
 وم  ن يْ قت ْ ل م  ؤمِنا متعم  دا َف  ج زا  ؤه  ج هن  م  خالِ  دا فِي  ها  و َ غضِ  ب اللَّه  عَليهِ  وَلعنه  وَأ  عد َله  ع َ ذابا
 عظِي  ما
”Barangsiapa yang membunuh seorang muslim dengan sengaja, maka tempatnya
adalah neraka dan ia kekal di dalamnya selama-lamanya. Murka Allah dan laknat-
Nya atasnya, dan adzab yang pedih dipersiapkan baginya.” (QS 4 : 93)?!...
Ada empat karakteristik Mu’awiyah, dan setiap dari karakteristiknya akan diadzab
di kubur, yaitu gegabah menghunus pedangnya secara zhalim kepada ummat ini
sampai ia berhasil meraih kekhilafahan tanpa musyawarah, baik terhadap
sahabat yang masih hidup saat itu dan orang-orang shalih lainnya. Ia mewariskan
kekuasannya kepada puteranya yang seorang pemabuk60, pemakai pakaian
60 Yang dimaksud oleh as-Saqqof dengan putera Mu’awiyah adalah Yazid bin Mu’awiyah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata di dalam Majmu’ Fatawa (III/413-414) tentang orang
|| 54 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
sutera dan pemain alat musik... ia membunuh Hujr dan sahabat-sahabat Hujr,
maka celakalah dirinya dan apa yang ia lakukan kepada Hujr...” [selesai ucapan
as-Saqqof]
Tanggapan : Lihatlah, bagaimana as-Saqqof menukil riwayat ini
dari al-Kamil padahal kisah tersebut tidak memiliki isnad. 61 Kisah
ini memang memiliki isnad di dalam Tarikh ath-Thabari namun
sanadnya palsu menurut kaidah ilmu hadits. Syaikh Nashir al-
’Ulwan wafaqohullahu telah membahas kedustaan riwayat ini di
dalam Ittihaaf Ahlil Fadhl juz I dan lihat pula pembahasan
sistematik tentang studi kritis terhadap Tarikh ath-Thabari yang
ditulis oleh DR. Muhammad Amhazun dalam disertasinya yang
yang berbicara mengenai Yazid bin Mu’awiyah : “Yang benar menurut para Imam adalah,
sesungguhnya ia (Yazid) tidaklah dikhususkan dengan pujian dan tidak pula dengan laknat.
Kendati demikian, walaupun ia seorang yang fasik atau zhalim, namun Allah-lah yang akan
mengampuni orang yang fasik dan zhalim, terlebih lagi jika dirinya memiliki kebaikan yang
berlimpah. Bukhari telah meriwayatkan di dalam Shohihnya dari Ibnu Umar Radhiyallahu
‘anhuma, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Tentara pertama yang
memerangi Konstant inopel diampuni dosa-dosanya.” Dan tentara yang per tama memerangi
Konstantinopel adalah Amirul Mu’minin Yazid bin Mu’awiyah, dan beser ta beliau ada Abu
Ayyub al-Anshari Radhiyallahu ‘anhu… Maka wajib bersikap per tengahan di dalam
mensikapinya. Berlebih- lebihan di dalam menyebut Yazid bin Mu’awiyah dan menguji kaum
muslimin dengan keadaan dirinya, maka ini termasuk bid’ah yang menyelisihi Ahlus Sunnah
wal Jama’ah…” [Lihat al-Hatstsu ‘ala-ttiba`is Sunnah wat Tahdziir minal Bida’ wa Bayaanu
Khathariha, oleh Syaikh al-Allamah Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr haf izhahullahu wa
nafa’allahu bihi, dalam bab Bid’atu Imtihaanin Naasi, hal. 58-59.]
61 Imam Ibnul Mubarak rahimahullahu berkata : “Sanad merupakan bagian dari agama,
sekiranya tidak ada sanad niscaya setiap orang akan berkata apa yang dia kehendaki.”
Imam Ibnu Sirin rahimahullahu berkata : “Sanad termasuk agama, maka lihatlah dari
siapakah kalian mengambil ilmu.” (lihat. Muqoddimah Shahih Muslim). Aduhai, bagaimana
bisa seseorang yang dipuja puji sebagai muhadditsin namun menukil berita yang tidak
bersanad, bahkan ada yang palsu lagi…
|| 55 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
berjudul Tahqiq Mauqif ash-Shohabah fil Fitnah min Riwayaati al-
Imaam ath-Thobari wal Muhadditsin.
Hal ini menunjukkan bagaimana as-Saqqof menukil secara
serampangan tanpa meneliti sanad berita yang seharusnya tidak
dilakukan oleh seorang muhaddits atau peneliti hadits, bahkan ia
menukil berita yang tidak memiliki sanad!! Apakah yang
mendorong dirinya melakukan demikian?? Wallahu a’lam bish
Showab.
Padahal Nabi yang mulia 'alaihi Sholaatu wa Salaam telah
memilih Mu’awiyah radhiyallahu ’anhu sebagai penulis wahyu
Allah, dan beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah mendo’akan
Mua’wiyah : ”Ya Allah, ajarkan Mu’awiyah al-Kitab dan
selamatkan dir inya dari siksa api neraka.”62 Juga sabdanya 'alaihi
Sholaatu wa Salaam : ”Ya Allah, jadikanlah dirinya orang yang
mendapat petunjuk lagi menunjuki”63.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam memperingatkan umatnya dari
mencerca sahabat dalam sabdanya : ”Janganlah kalian sekali-kali
mencerca sahabatku, jika seandainya ada diantara kalian
menginfakkan emas sebesar gunung uhud, tidak akan mampu
mencapai satu mud yang mereka infakkan, bahkan tidak pula
setengahnya.” (HR. Muslim).
62 HR. Ahmad (IV/127) dan Ibnu Hibban (566)
63 Lihat Silsilah al-Ahadits Ash-Shahihah no. 1969
|| 56 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Terlebih lagi, bukankah Mu’awiyah itu pamannya kaum
muslimin?? Mengapa dirimu begitu lancang mencela dan
mencercanya dengan membawa berita tak bersanad apalagi
dengan sanad palsu??
Imam Al-Lalika`i rahimahullahu meriwayatkan di dalam as-
Sunnah (no. 2359) bahwa Imam Abu Abdillah Ahmad bin
Muhammad al-Hanbal rahimahullahu berkata :
”Jika kau melihat seorang berbicara buruk tentang sahabat, maka ragukanlah
keislamannya.”
Beliau juga berkata di dalam as-Sunnah (hal. 78) :
”Barangsiapa yang mencela para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam atau
salah seorang dari mereka, ataupun meremehkan mereka, mencela dan
membuka aib-aib mereka ataupun menjelekkan salah seorang dari mereka, maka
ia adalah seorang Mubtadi’, Rofidhi, Khabits (busuk), Mukhalif (orang yang
menyempal), ...”
Imam Abu Zur’ah ar-Razi berkata :
”Jika engkau melihat ada seseorang yang merendahkan salah seorang dari
sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, maka ketahuilah sesungguhnya
ia adalah Zindiq! Karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam adalah haq di
sisi kami, dan al-Qur’an itu haq, dan yang menyampaikan al-Qur’an dan as-
Sunnah ini adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam.
Sesungguhnya mereka menghendaki mencela persaksian kita dengan tujuan
|| 57 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
membatalkan al-Kitab dan as-Sunah” (Dikeluarkan oleh al-Khathib di dalam al-
Kifaayah fi ’ilmir Riwaayah hal. 67)64
Imam Barbahari berkata di dalam Syarhus Sunnah :
”Jika kau melihat ada seseorang mengkritik sahabat nabi Shallallahu 'alaihi wa
Sallam maka ketahuilah bahwa dia adalah orang yang jahat ucapannya dan
pengikut hawa nafsu, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
Jika kau mendengar sahabat-sahabatku disebut maka tahanlah lisanmu.”
(Diriwayatkan oleh Thabrani dari Ibnu Mas’ud dan haditsnya shahih) 65
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata di dalam
Minhajus Sunnah (V/146) :
”Oleh karena itu dilarang (memperbincangkan) perselisihan yang terjadi diantara
mereka, baik para sahabat maupun generasi setelahnya. Jika dua golongan kaum
muslimin berselisih tentang suatu perkara dan telah berlalu, maka janganlah
menyebarkannya kepada manusia, karena mereka tidak mengetahui realita
sebenarnya, dan perkataan mereka tentangnya adalah perkataan yang tanpa ilmu
dan keadilan. Sekiranya pun mereka mengetahui bahwa kedua golongan tersebut
berdosa atau bersalah, kendati demikian menyebutkannya tidaklah
mendatangkan maslahat yang rajih (kuat) dan bahkan termasuk ghibah yang
tercela. Para sahabat Ridlawanullahu ’alaihim ’ajmain adalah orang yang paling
agung kehormatannya, paling mulia kedudukannya dan paling suci jiwanya. Telah
tetap keutamaan mereka baik secara khusus maupun umum yang tidak dimiliki
oleh selain mereka. Oleh karena itu, memperbincangkan perselisihan mereka
64 Lihat ucapan para Imam Ahlus Sunnah tentang larangan mencela para sahabat di dalam
Iiqozhul Himmah littiba’in Nabiyyil Ummah, Khalid bin Su’ud al-Ajmi, Darul Wathan lin
Nasyr, cet. I, 1420 H/ 1999 M, Riyadh, hal. 76-79
65 Lihat Silsilah al-Ahaadits ash-Shahihah no. 34
|| 58 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
dengan celaan adalah termasuk dosa yang paling besar daripada
memperbincangkan selain mereka.” 66
Ingatlah pula ucapan al-Hafizh Ibnu Katsiir rahimahullahu yang
berkata di dalam al-Ba’its al-Hatsits (hal. 182) :
”Adapun perselisihan mereka pasca wafatnya Nabi ’alaihi Salam, yang di antara
perselisihan tersebut ada yang terjadi tanpa didasari oleh kesengajaan seper ti
peristiwa Jamal, ada diantaranya yang ter jadi karena faktor ijtihad seper ti
peristiwa Shiffin. Ijtihad itu bisa salah dan bisa benar. Namun, pelakunya
dimaafkan jika ia salah, bahkan ia diganjar satu pahala. Adapun ijtihad yang
benar maka ia mendapat dua pahala.” 67
Wahai para fanatikus as-Saqqof dan siapa saja pembelanya…
bacalah kitab-kitab karya ulama hadits berikut ini :
1. Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari al-Ju’f i (w.
256) di dalam Shahih-nya, kitab Fadlail Ashhabin Nabi
Shallallahu 'alaihi wa Sallam, Bab : Qowlun Nabi Shallallahu
'alaihi wa Sallam Law Kuntu Muttakhidzan Khaliilan (Sabda
Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam sekiranya aku menjadikan
kekasih).
2. Abul Husain Muslim bin Hajjaj al-Quysairi an-Naisaburi (w.
261) di dalam Shahih-nya, kitab Fadlailus Shahabah, Bab :
66 Lihat I ’laamul Ajyaal bi’tiqoodi ’Adaalati Ashhabi an-Nabiy Shallallahu 'alaihi wa Sallam al-
Akhyaar, karya Syaikh Abu Abdullah Ibrahim Sa’idai, Maktabah ar-Rusyd, cet. II, 1414 H /
1993 M, Riyadh, hal. 65)
67 Ibid hal. 66.
|| 59 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Tahriimu Sabbis Shahabah Radhiallahu 'anhum (Haramnya
mencela sahabat radhiallahu 'anhum).
3. Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats as-Sijistani (w. 275) di
dalam Sunan-nya, kitab as-Sunnah, Bab : an-Nahyu ‘an Sabbi
Ashhabin Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam (Larangan
mencela sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam).
4. Abu Isa Muhammad bin Isa at-Turmudzi (w. 259) di dalam
Sunan-nya, dalam bab al-Manaqib ’an Rasulillah Shallallahu
'alaihi wa Sallam, Bab : Fiiman Sabba Ashhaba an-Nabi
Shallallahu 'alaihi wa Sallam (Bagi siapa yang mencela para
sahabat).
5. Abu Abdurrahman Ahmad bin Syuaib an-Nasa`i (w. 303) di
dalam kitabnya Fadlailus Shahabah, Bab : Manaqib Ashhabin
Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam wan Nahyu ’an Sabbihim
rahimahumullahu ajma’in wa radhiallahu 'anhum (Manakib
Para Sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan Larangan
Mencela Mereka semoga Alloh merahmati dan merihai
mereka).
6. Abu Abdillah Yazid bin Abdillah al-Qirwani (w. 273) di dalam
muqoddimah Sunan-nya, Bab : Fadlail Ashhabi Rasulillah
Shallallahu 'alaihi wa Sallam.
7. Abu Hatim Muhammad bin Hibban al-Busti (w. 354) di dalam
Manaqib ash-Shahabah, Rijaaluha wa Nisaa’uha bidzikri
|| 60 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Asmaa`ihim radhiallahu 'anhum ajma’in (Manakib Sahabat,
kaum lelaki dan wanitanya dengan menyebut namanamanya),
dalam bab : Fadlail ash-Shahabah wat Tabi’in yang
menyebutkan : al-Khabar ad-Daalu ’ala anna Ashhaba
Rasulillah Shallallahu 'alaihi wa Sallam Kulluhum Tsiqaat wa
’uduul (Berita yang menunjukkan bahwa Sahabat Rasulullah
seluruhnya kredibel dan terpercaya) dan az-Zajru ’an Sabbi
Ashhabi Rasulillah Shallallahu 'alaihi wa Sallam alladzi
Amarallahu bil Istighfar Lahum (Ancaman terhadap mencela
sahabat Rasulullah yang Allah memerintahkan untuk
memohonkan ampun bagi mereka). Demikan pula dalam
kitabnya al-Majruuhin minal Muhadditsin tentang haramnya
mencela sahabat.
Dan masih beribu-ribu lagi penjelasan para ulama ahlus sunnah
baik salaf maupun kholaf yang menjelaskan tentang haramnya
mencela sahabat... Lantas, bagaimana kita menempatkan as-
Saqqof ini dan para pembebeknya terhadap hak para sahabat
nabi yang mulia??? Yang mana para Imam Ahlus Sunnah
bersepakat bahwa pencerca Sahabat Nabi dikatakan sebagai
Zindiq, Mubtadi’ atau Rofidhoh!!! Maka bertaubatlah wahai
pencerca...!!!
Ibrahim bin Maisarah berkata :
|| 61 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
”Aku tidak pernah melihat Umar bin Abdul Aziz memukul seseorang pun kecuali
orang yang mencerca Mu’awiyah. Beliau memukulnya dengan beberapa kali
cambukan.”68
Aduhai, sekiranya Umar bin Abdul Aziz hidup saat ini untuk
mencambuki kelancangan as-Saqqof ini dan para pengikutnya...
As-Saqqof mencela para Imam Ahlus Sunnah
Semoga Alloh merahmati Imam Abu Hatim ar-Razi yang berkata :
”Salah satu ciri Ahlul Bid’ah adalah adanya cercaan mereka terhadap Ahlul
Atsar.” 69
Sungguh benar sekali apa yang dikatakan oleh Imam Abu Hatim
ar-Razi, karena Ahlul Bid’ah akan senantiasa memusuhi dan
membenci Ahlul Hadits, memerangi mereka dan memberikan
mereka dengan gelar-gelar yang buruk. As-Saqqof adalah salah
satu contoh dari sekian banyak contoh Ahlul Bid’ah yang
membenci dan memerangi Ahlul Atsar, yang terdepan di antara
mereka adalah Syaikhul Islam Ahmad bin ‘Abdil Halim bin
Taimiyah an-Numairi ad-Dimasyqi rahimahullahu. Bahkan
Syaikhul Islam tidak hanya dicela dan direndahkan, namun juga
dikafirkan!
68 Lihat ’Fitnah Kubro’ halaman 76
69 Syarh I’t iqoh Ahlus Sunnah karya Imam al-Lalika`i (I/179)
|| 62 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Syaikh Ali Hasan al-Halabi hafizhahullahu berkata di dalam al-
Anwaarul Kaasyifah (hal. 9) :
”Takfir (pengkafiran) dari orang zhalim ini terhadap imamnya dunia (yaitu Syaikhul
Islam) tidaklah datang begitu saja, namun takf ir ini datang sebagai pembelaan
terhadap pemuka-pemuka ahlul bid’ah yang jahil dan terhadap muqollid
(pembebek) yang beku akalnya dari kalangan asy’ariyah dan jahmiyah, yang
mana syaikhul Islam telah bersumpah atas dirinya untuk mengkritik mereka dan
membantah penyimpangan-penyimpangan mereka, [dan beliau menegakkan
perang terhadap mereka sepanjang hidupnya baik dengan tangan, hati maupun
lisannya. Beliau menyingkap kebatilan mereka di hadapan manusia dan
menerangkan talbis (perancuan) dan tadlis (penyamaran) mereka, beliau hadapi
mereka dengan akal yang sharih ( terang) dan nukilan (dalil) yang shahih, dan
beliau terangkan kontardiktif mereka] 70”
Syaikh Ali melanjutkan (hal 11-12) :
”Dan takfir ini pada realitanya merupakan senjata andalannya (as-Saqqof), telah
menceritakan kepadaku seorang yang bersumpah dengan jujur –insya Allahbahwa
al-Khossaf ( sebutan terhadap as-Saqqof) ini berkata kepadanya dan ia
mendengar dengan telinganya (bahwa as-Saqqof berkata) : ”Aku tidak
mengkafir kan Ibnu Taimiyah kecuali dalam rangka menerangkan kepada muridmuridnya
bahwa sesungguhnya dirinya tidaklah ma’shum”. Demikianlah
perkataannya, sebagai pengejawantahan kaidah yang tidaklah beriman kepada
Allah dan tidak pula hari akhir : ’Tujuan menghalalkan segala cara!!’ Cela mana
lagi yang lebih besar dari kehinaan ini?!!
70 Kata di dalam kurung adalah ucapan mur id beliau rahimahullahu, yaitu ucapan al-
‘Allamah Ibnu Qoyyim al-Jauziyah rahimahullahu di dalam “ash-Showaa’iqul Mursalah”
(I/151).
|| 63 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Sungguh indah apa yang diucapkan oleh al-Allamah Badruddin al- ’Aini (wafat
tahun 841 H.), seorang pensyarah Shahihul Bukhari di dalam taqrizh beliau
terhadap ar-Raddul Waaf ir (hal. 264) yang menjelaskan hukum bagi orang yang
mengkafir kan Imam dunia ini : ”... Jika demikian keadaannya, maka wajib atas ulil
amri untuk menghukum orang bodoh lagi perusak yang berkata tentang
kehormatan Ibnu Taimiyah bahwasanya diri beliau adalah kafir, dengan bentuk
hukuman pukulan yang keras dan penjara terali yang berlapis. Barang siapa
berkata kepada muslim, wahai kafir maka akan kembali ucapannya kepada
dirinya, apalagi jika lancang melemparkan ’najis’ seper ti ini dan berkata
dengannya terhadap kehormatan si ’alim ini (Ibnu Taimiyah), terlebih lagi di saat
beliau sudah meninggal. Telah datang larangan dari syariat tentang
membicarakan kehormatan kaum muslimin yang telah meninggal, dan Allahlah
yang maha mengambil kehormatan dan ditampakkannya.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu di dalam taqrizh beliau juga terhadap kitab
yang sama (hal. 263), dan as-Sakhowi juga turut mengisyaratkan pula hal ini di
dalam adl-Dhou’ul Laami’ (VIII/104) : ’Tidaklah seseorang yang berkata bahwa
Ibnu Taimiyah itu kafir melainkan hanya dua orang, entah dia orang yang
sejatinya kafir ataukah ia orang yang bodoh tentang keadaan beliau... sungguh
telah memuji akan keilmuan, agama dan kezuhudan Ibnu Taimiyah mayoritas
ulama yang hidup satu masa dengan beliau.” 71
Di dalam buku gelapnya, at-Tandid biman ’adadit-Tauhid wa
Ibthalu Muhawalatut-Tatslits fit Tauhid wal ’Aqidah Islamiyyah,
as-Saqqof mencela sejumlah besar ulama Ahlus Sunnah secara
terang-terangan. Ia menuduh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan
71 Lihat al-Anwarul Kasyifah, op.cit., hal. 9-11
|| 64 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
murid-muridnya berkeyakinan mujassamah72 dan ia menuduh
Ibnu Abil ’Izz al-Hanafy rahimahullahu sebagai pelopor madzhab
bathil pengikut golongan bid’ah (hal. 6).
Bahkan Imam ’Abdullah bin Ahmad bin Hanbal rahimahumallahu
juga tidak selamat dari celaannya, dia berkata di dalam bukunya
yang buruk ”Ihtijaaju al-Kho`ib” (hal. 11) bahwa para ulama
ahlul hadits telah berdusta terhadap Imam Ahmad bin Hanbal
dengan mengklaim bahwa ada sanad yang shahih terhadap bukubuku
yang dinisbatkan kepada Imam Ahmad, terutama dari jalan
puteranya ’Abdullah, seperti buku az-Zaigh (menyimpang), dan
yang dimaksudkan olehnya dengan buku zaigh (menyimpang)
adalah buku as-Sunnah karya Imam Abdullah bin Ahmad.73
Apabila para imam Ahlus Sunnah terdahulu saja tidak luput dari
celaannya, maka bukanlah suatu hal yang aneh apabila as-Saqqof
juga turut mencela para Imam dan Ulama Ahlus Sunnah di zaman
ini, seperti Imam Ibnu Baz dan Al-Albani rahimahumallahu. Dan
72 Keyakinan sesat yang menyatakan bahwa Alloh memiliki jism (badan/raga) sebagaimana
makhluk-Nya.
73 Lihat Laa Difa’an ‘anil Albani fasbi Bal Difa’an ‘anis Salafiyyah, bab Tho’nu as-Saqqof al-
Mubtadi’ f is Sunniy ibnu as-Sunniy Abdullah bin Imam Ahmad karya asy-Syaikh ‘Amru
‘Abdul Mun’im Salim. Bahkan tidak hanya ini, dia juga mencela buku-buku karya Imam
Ahlus Sunnah dipenuhi oleh hadits-hadits maudhu’ dan dha’if semisal : Kitabus Sunnah
karya ‘Abdullah bin Ahmad, Kitabus Sunnah karya al-Khollal, as-Sunnah dan I’t iqod Ahlis
Sunnah karya al-Lalikai, ar-Raddu ‘ala Bisyr al-Marisi karya ‘Utsman bin Sa’id ad-Darimi,
al-Ibanah karya Ibnu Baththah, dan lain lain. Dia menuduh bahwa buku mereka ini dipenuhi
oleh faham tasybih (penyerupaan Alloh dengan makhluk). Untuk mengetahui lebih lengkap
penyimpangan as-Saqqof silakan rujuk Laa Difa’an ‘anil Albani fasbi Bal Difa’an ‘anis
Salafiyyah karya Syaikh ‘Amru ‘Abdul Mun’im Salim.
|| 65 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
ini merupakan ciri khas dan karakteristik dirinya dan Ahlul Bid’ah.
Sungguh benar sekali ucapan seorang penyair :
ما يضير البحر أمسى زاخرا أن رمى فيه غلام بحجر
Lautan pasang tidak akan terganggu
Hanya karena anak kecil yang melemparinya dengan batu
لو رجم النجم جميع الورى لم يصل الرجم إلى النجم
Walau seluruh makhluk melempari bintang
Lemparan itu takkan sampai ke bintang
AQIDAH AS-SAQQOF ADALAH JAHMIYAH TULEN
Hasan Ali as-Saqqof tidak hanya berhenti menunjukkan
kekejamannya terhadap para sahabat dan ulama ummat ini.
Namun dia juga menabuh genderang perang terhadap ahlus
sunnah dengan menuduh ahlus sunnah berkeyakinan tatslits
(trinitas) di dalam buku suramnya yang berjudul at-Tandid biman
’adadit-Tauhid wa Ibthalu Muhawalatut-Tatslits fit Tauhid wal
’Aqidah Islamiyyah74 dikarenakan Ahlus Sunnah membagi Tauhid
74 Alhamdulillah, para ulama telah membantah kesesatan aqidah as-Saqqof ini, diantara
mereka adalah :
- Syaikh Sulaiman Nashir al-‘Ulwan dalam 3 bukunya, yaitu Al-Kasysyaf ‘an Dholalati
Hasan as-Saqqof, Al-Qoulul Mubin fi I tsbaat i ash-Shuuroh li Robbil ‘Alamin dan Itt ihaaf
Ahlil Fadhl wal Inshaf bi Naqdhi Kitaabi Daf ’i Syubahit Tasybih wa Ta’liqoot i as-Saqqof.
- Syaikh Ali Hasan al-Halabi dalam Al-Iqof ‘ala Abathil Qomus Syata`im as-Saqqof.
|| 66 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
menjadi tiga macam, yaitu Tauhid Rububiyah, Uluhiyah dan
Asma’ wa Sifat.
Menurutnya, pembagian Tauhid menjadi tiga adalah hal bid’ah
yang dimunculkan pada abad ke-8, dan ia mengisyaratkannya
kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sebagai pencetus istilah
bid’ah ini (lihat kitabnya hal. 10) dan ia menuduh Ibnu Abil ’Izz
al-Hanafy sebagai pelopor madzhab bathil pengikut golongan
bid’ah ini (hal. 6) dan mengisyaratkan bahwa Syaikhul Islam dan
muridnya, Imam Ibnul Qoyyim adalah penganut faham
mujassamah. Bahkan ia membela mati-matian Sayyid Quthb dan
Asy’ariyah dengan menyatakan bahwa mereka mensucikan Allah
Subhanahu wa Ta'ala dari jism dan tahayyuz sedangkan Syaikh
Abdullah ad-Duwaisy75 dikatakannya sebagai pengikut madzhab
Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qoyyim yang menetapkan sifat jism dan
tahayyuz (hal. 19-20). Bahkan konyolnya lagi, Hasan Ali Saqqof
berpendapat bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak disifati di
luar alam semesta dan juga tidak di dalamnya (hal. 58).76
- Syaikh ‘Amru ‘Abdul Mun’im Salim dalam Laa Difa’an ‘anil Albani fahasbi bal Difa’an
‘anis Salaf iyyah.
- Syaikh ‘Abdul Karim bin Sholih al-Humaid dalam al-Ithaaf bi Aqidat il Islam wat Tahdziir
min Jahmiyat is Saqqof.
[Lihat Kutubu Hadzdzaro minhal Ulama karya Syaikh Abu ‘Ubaidah Masyhur Hasan
Salman, jilid I, cet. I, 1415/1995, Darus Shami’i, hal. 301.
75 penulis buku al-Mauriduzh Zhilal f ii Tanbiih ’ala Akhtha`izh Zhilal ( telah diterjemahkan
oleh Darul Qolam).
76 Ahlus Sunnah wal Jama’ah hanya mencukupkan diri dengan apa yang diberitakan oleh
Alloh di dalam Kitab-Nya dan disampaikan oleh Rasul-Nya. Apabila Alloh dan Rasul-Nya
|| 67 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Syaikh yang mulia, Prof. DR. Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al-
Abbad al-Badr hafizhahumallahu menulis bantahan ilmiah
terhadap kesesatan dan kedunguan Hasan Ali as-Saqqof ini di
dalam buku beliau yang bermanfaat yang berjudul Al-Qoulus
Sadiid fii Raddi ’ala man ankara Taqsiim at-Tauhiid. Syaikh
Abdurrazaq berkata sebagai kesimpulan beliau setelah membaca
buku as-Saqqof yang berjudul at-Tandiid ini sebagai berikut :
1. Dia adalah seorang jahmiyah tulen, yang berpemahaman
bahwa Allah tidak disifati dengan berada di alam maupun di
luarnya dan dia juga menisbatkan pendapat ini secara dusta
dan batil kepada Ahlis Sunnah wal Jama’ah.
2. As-Saqqof ini adalah seorang muharrif (penyeleweng) kelas
atas yang gemar merubah-rubah ucapan para ulama dan
nash-nash dalil.
3. As-Saqqof ini orang yang banyak kebohongannya dan sering
melakukan tadlis dan talbis.
member itakan bahwa Alloh berada di atas langit bersemayam di atas Arsy-Nya, maka
kewajiban kita adalah sami’na wa atha’na. Bukannya malah mencari dalih penolakan
dengan logika dan akal kita yang pendek.
Pendapat bahwa Alloh tidak berada di dalam alam semesta dan tidak pula di dalamnya
merupakan aqidah Jahmiyah tulen, produk impor dari filsalaf kafir. Apabila Alloh tidak
berada di alam semesta dan tidak pula di luarnya, konsekuensi logis perkataan ini adalah,
sesuatu yang tidak disifatkan keberadaannya di dalam maupun di luar suatu dimensi maka
menunjukkan ketiadaannya. Jadi. Intinya konsekuensi dari pendapat ini adalah Alloh itu
tidak ada.
|| 68 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
4. Lisannya jelek dan perkataannya busuk, sering menf itnah dan
berbuat kedustaan kepada Ahlus Sunnah.
5. Gemar memuji Ahlul Bid’ah, apalagi gurunya yang bernama
Muhammad Zahid al-Kautsari, seorang penghulu Jahmiyah
tulen zaman ini.
6. Meremehkan dan melecehkan hadits-hadits shahih –hanya
karena menyelisihi madzhabnya-, seperti pada hadits
Jariyah.77
Ketahuilah, bahwa Jahmiyah ini adalah firqoh tersesat diantara
firqoh-firqoh yang ada. Bahkan sebagian ulama salaf tidak
memasukkan Jahmiyyah sebagai 72 kelompok yang diancam
siksa neraka, karena mereka menganggap bahwa Jahmiyah telah
kafir keluar dari Islam. Dikarenakan Jahmiyah adalah kelompok
yang meniadakan sifat-sifat bagi Allah, dan mereka adalah
atheis-nya ummat ini.
Para ulama Salaf dan Kholaf telah membantah pemahaman sesat
Jahmiyah ini. Syaikhul Islam membongkar kedok kesesatan
mereka dengan menulis kitab Bayaanu Talbiis al-Jahmiyyah :
Naqdhu Ta'sis al-Jahmiyyah, Imam Ibnu Darimi menulis kitab ar-
Raddu ’alal Jahmiyyah, demikian pula dengan Imam Ahmad dan
Imam Ibnu Khuzaimah yang juga menulis bantahan dengan judul
yang sama, yaitu ar-Raddu ’alal Jahmiyyah. Al-Allamah Ibnul
77 Lihat Al-Qoulus Sadiid f ir Raddi ‘ala man Ankara Taqsiim at-Tauhid karya Syaikh
‘Abdurrazaq al-‘Abbad, cet. II, 1422/2001, Daar Ibnu ‘Affan, hal. 13-14
|| 69 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Qoyyim, Syaikhul Islam kedua, menulis Ijtima’ al-Juyusy al-
Islaamiy yang mengupas habis kesesatan Jahmiyah, demikian
pula Imam adz-Dzahabi dalam al-’Uluw al-Aliy al-Ghoffar dan
ikhtisharnya yaitu Mukhtashor al-’Uluw. Dan masih banyak lagi
ulama-ulama ahlus sunnah yang membongkar kesesatan faham
jahmiyah ini, yang sekarang sedang dijajakan dan dibela matimatian
oleh as-Saqqof dan didukung oleh pembebeknya dari
kalangan shufiyun dan Hizbut Tahrir.78 Kepada para pembebek
dan pembela as-Saqqof, sangat tepat sekali ucapan penyair di
bawah ini menggambarkan keadaan mereka
أعمى يقود جهولا لا أبا لكم قد ضل من كان العميان ديه
Orang buta menuntun orang bodoh
Sungguh malang nasib orang yang dituntun orang buta
78 Sungguh sangat disayangkan, Hizbut Tahrir sekali lagi bersekongkol dengan para
penyesat umat di dalam menghadang dan memerangi dakwah Ahlus Sunnah. Muhammad
Lazuardi al-Jawi dan seorang yang menyembunyikan jati dirinya dengan nama “Mujaddid”
turut menyebarkan tuduhan kepada Syaikh al-Albani dengan menukil tulisan- tulisan as-
Saqqof ini di forum- forum internet dan media dakwah mereka. Aduhai alangkah benarnya
ucapan Syaikh al-Albani, “Burung-burung itu biasanya berkumpul sesama jenisnya…"
|| 70 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
MEMBONGKAR KEBODOHAN AS-SAQQOF DALAM ILMU
HADITS DAN KITAB GELAPNYA ”TANAQUDHAAT ALALBANY”
79
Diantara pujian Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap hambahamba-
Nya yang jujur dan ittiba’ terhadap sunnah Rasul-Nya
adalah dimenangkannya mereka atas sekelompok kaum
pengumbar f itnah dan kebatilan. Perputaran sejarah telah
membuktikan bahwa Ahlu Bid’ah senantiasa terkalahkan,
tertumpas dan binasa, walaupun kalimat-kalimat mereka dihiasi
dengan keindahan yang menipu atau walaupun kalimat-kalimat
mereka menyebar luas dan seolah-olah memiliki argumentasi
yang kuat, namun pada hakikatnya kalimat-kalimat mereka
rapuh dan lemah, bahkan lebih rapuh dari sarang laba-laba.
لا تخشى من كيد العدو ومكرهم فقتالهم بالزور والبهتان
Janganlah engkau takut akan tipu daya musuh
Karena senjata mereka hanyalah kedustaan
Ahlus sunnah beserta segenap penyerunya, senantiasa
menumpas dan memerangi kebid’ahan mereka. Diantara senjata
79 Pembahasan ini banyak mengambil faidah dari al-Anwarul Kaasyifah dan Tanbiihatul
Malihah.
|| 71 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
utama Ahlul Bid’ah dan Ahwa’ adalah pengkhianatan ilmiah,
kedustaan dan talbis antara haq dan bathil. Seorang penuntut
ilmu dan peneliti hadits yang adil, pastilah akan mengetahui
bahwa apa yang dimuntahkan oleh as-Saqqof di dalam
Tanaqudhaat-nya tidak lebih daripada cermin kedengkian,
kebodohan, kedustaan dan pengkhianatan ilmiah.
Syaikh Ali Hasan al-Halabi mengatakan, bahwa orang yang
mengetahui buku Tanaqudhaat Al-Albani ini, tidak lepas dari 4
jenis orang :
1. Orang bodoh yang dengki, yang hanya melihat judul bukunya
saja namun tidak mengetahui realita isinya, hanya karena
selaras dengan kedengkian dan hawa nafsunya, mereka
menggunakan buku ini untuk membantah tanpa diiringi
dengan kefahaman dan pengetahuan.
2. Orang-orang hasad yang licik, mereka membaca isi buku ini
namun mereka jahil terhadap hakikatnya dikarenakan
kedengkian mereka telah mendarah daging dan menyatu
dengan desahan nafas mereka.
3. Pelajar yang bingung yang tidak mengetahui al-Haq, yang
apabila tampak kebenaran pada mereka, mereka
menerimanya.
|| 72 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
4. Pelajar yang adil yang mengetahui kebodohan as-Saqqof dan
menyingkap hakikat dirinya.80
Syaikh Abdul Basith bin Yusuf al-Gharib dalam at-Tanbiihatul
Maliihah berkata:
“Semua hadits-hadits yg dikemukakan as-saqqof dalam kitabnya at-Tanaqudhaat
telah aku telusuri semua, dimana ia menyangka bahwa hadits-hadits yang
dikemukakan oleh Syaikh al-Albany adalah bentuk pertentangan antara satu
dengan lainnya, padahal sebenarnya bukanlah per tentangan, tetapi lebih
merupakan ralat atau koreksi atau ruju’, dan ini sesuatu yang dapat difahami oleh
para penuntut ilmu. Jika kita membaca suatu hukum atau ketetapan Syaikh al-
Albany terhadap suatu hadits dalam sebuah kitab, kemudian kita mendapati
Syaikh al-Albany menyalahi hukum tersebut di dalam kitab lain, maka itu ar tinya
beliau meralat atau ruju’ dalam hal ini, dan ini sering terjadi di kalangan para
ulama salaf sebelumnya...” 81
Syaikh Abdul Basith menelusuri kitab-kitab Syaikh Al-Albany dan
mencatat koreksi atau ruju’ beliau dan beliau bagi dalam lima
bagian, yaitu :
1. Hadits-hadits yang syaikh al-Albany sendiri menegaskan ruju’
beliau.
2. Hadits-hadits yang tertera secara tidak sengaja atau karena
lupa, bukan pada tempat yang seharusnya.
80 Lihat al-Anwarul Kasyifah hal. 18-19.
81 Lihat at-Tanbiihatul Maliihah, terj. “Koreksi Ulang Syaikh Albani”, hal. 16
|| 73 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
3. Hadits-hadits yang beliau ruju’ darinya berdasarkan
pengetahuan mana yang lebih dulu (al-Mutaqoddim) dari
yang belakangan (al-Muta`akhir) dari kitab-kitab beliau.
4. Hadits-hadits yang beliau ruju’ dari yang derajadnya hasan
kepada shahih dan yang shahih kepada yang hasan.
5. Penjelasan beberapa hadits yang beliau diamkan dalam al-
Misykah kemudian beliau jelaskan hukumnya.82
Syaikh Ali Hasan al-Halaby al-Atsary berkata dalam al-Anwaarul
Kaasyifah membantah kebodohan as-Saqqof :
”Ketahuilah, bahwasanya para muhaddits memiliki ucapan-ucapan tentang jarh wa
ta'dil terhadap perawi yang berubah-ubah, pendapat tentang tashhih (penshahihah)
dan tadh’if (pendhaifan) hadits yang berbeda-beda sebagaimana para fuqoha’ memiliki
ucapan dan hukum yang bermacam-macam...
· Berapa banyak dari permasalahan fikih yang imam Syafi’i memiliki dua
perkataan atau pendapat di dalamnya?!!
· Berapa banyak dar i hukum syar’i yang Imam Ahmad memiliki pendapat lebih
dari satu di dalamnya?!! Demikianlah, hal ini tidaklah terjadi melainkan
karena perbedaan cara pandang baik sedikit atau banyak. Lantas, apakah
mereka ini dikatakan Tanaaqudh (Kontradiktif)?!!
· Berapa banyak hadits yang disepakati oleh Imam adz-Dzahabi terhadap
penshahihan al-Hakim di dalam talkhish-nya terhadap Mustadrak namun
82 Ibid, hal. 13
|| 74 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
didha’ifkan olehnya di dalam al-Mizan atau Muhadzdzab Sunan al-Baihaqi
atau selainnya?!!
· Berapa banyak hadits yang diletakkan oleh Ibnul Jauzi di dalam al-
Maudlu’aat namun beliau letakkan pula di dalam al-Ilal al-Mutanaahiyah.
· Berapa banyak perawi yang ditsiqohkan oleh Ibnu Hibban namun anda
temukan (beliau tempatkan pula) di dalam al-Majruhin.
· Berapa banyak pula perawi yang diperselisihkan oleh al-Hafizh di dalam
Taqribut Tahdzib atau Fathul Bari` atau di at-Talkhishul Habiir.
Lantas, apakah mereka ini –para huffazh yang mendalam ilmunya- dikatakan orangorang
yang tanaaqudh (kontradiktif)?!! Sesungguhnya, orang yang kontradiktif itu
adalah orang yang mengklaim kontradiksi para ulama dan mendakwakan keplinplanan
mereka, padahal, sesungguhnya hal ini terjadi dikarenakan ijtihad yang
berubah.
Al-Allamah al-Luknawi berkata di dalam Raf ’ut Takmil (hal. 113) : ”Banyak anda jumpai
perselisihan Ibnu Ma’in dan selain beliau dari para imam ahli naqd (kritikus hadits)
terhadap seorang perawi yang mana hal ini bisa jadi dikarenakan berubahnya ijtihad
dan bisa jadi pula karena perbedaan per tanyaan.”83
Syaikh Ali Hasan haf izhahullahu kembali berkata :
”Ketahuilah bahwa banyak hadits-hadits yang diperselisihkan oleh para ulama –
diantaranya Syaikhul Albany- termasuk hadits hasan yang masih sulit membatasi
kaidah di dalamnya, karena perlunya kedalaman di dalam meneliti dan banyaknya
perbincangan dari pengkritik perawi di dalamnya...
83 Al-Anwarul Kasyifah hal. 20-21.
|| 75 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Al-Imam al-Hafizh Syamsuddin adz-Dzahabi rahimahullahu berkata di dalam al-
Muuqizhoh (hal. 28-29) :
”...Tidaklah cukup bagi hadits hasan suatu kaidah yang dapat
memasukkan seluruh hadits hasan ke dalamnya, aku benar-benar
pesimis terhadap hal ini, karena berapa banyak hadits yang para
huffazh berubah-ubah penilaiannya di dalamnya, entah tentang
hasannya, dhaifnya maupun shahihnya! Bahkan seorang haf izh dapat
berubah ijtihadnya tentang sebuah hadits, suatu hari ia menyatakan
shahih namun di hari lain menyatakan hasan dan hari lainnya lagi acap
kali menyatakan dha’if!!!”
Lantas, dimanakah ucapan yang tinggi ini di hadapan as-Safsaf (gelar yang
diberikan Syaikh Ali kepada as-Saqqof)?!!
Imam al-Albany berkata di dalam Irwa’ul Ghalil (IV/363) :
”Sesungguhnya hadits hasan lighoirihi dan hasan lidzaatihi termasuk
ilmu hadits yang paling rumit dan sulit, karena keduanya akan
senantiasa berputar di sekitar perselisihan ulama tentang perawinya
diantara yang mentsiqohkan dan mendhaifkan. Maka tidaklah dapat
mengkompromikan diantara ucapan-ucapan tersebut atau mentarjih
pendapat yang paling kuat dari pendapat lainnya, kecuali orang-orang
yang mumpuni keilmuannya tentang ushul dan kaidah ilmu hadits,
mengetahui secara kuat tentang ilmu Jarh wa Ta'dil dan terbiasa
dengannya semenjak waktu yang lama, mengambil faidah dari bukubuku
takhrij dan kritikan para kritikus hadits, juga mengetahui kritikus
yang mutasyaddid (keras) dan yang mutasaahil ( longgar) ser ta yang
pertengahan. Sehingga dengan demikian tidak terjatuh kepada Ifrath
|| 76 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
(berlebih-lebihan) dan tafrith (meremehkan). Dan perkara ini adalah
perkara yang sulit dan sangat sedikit sekali orang yang mampu
memetik buahnya. Sehingga tidaklah salah jika ilmu ini menjadi asing di
tengah- tengah ulama, dan Allahlah yang mengkhususkan
keutamaannya terhadap siapa yang dikehendaki-Nya.”84
Saya (Penyusun) berkata : Inilah diantara kebodohan-kebodohan
as-Saqqof al-Jahmi, sehingga ia bagaikan orang yang meludah ke
atas jatuh ke wajahnya sendiri. Ia tidak faham tentang kaidah
taraju’ di dalam ilmu hadits dan ia anggap hal ini sebagai
tanaaqudh.
Syaikh Ali berkata kembali :
”Ketahuilah, bahwa perkataan seorang alim tentang sanad suatu hadits : ’ini
sanadnya dha’if’, tidaklah menafikan ucapannya terhadap hadits tersebut di
tempat lain : ’sanadnya shahih’... karena terkadang suatu sanad yang dha’if dapat
dishahihkan atau dihasankan dengan adanya jalan-jalan periwayatan lain dan
syawaahid ser ta mutaabi’ (penyer ta) lainnya.” 85
Apakah kaidah ini dikatakan tanaaqudh wahai as-Saqqof?!!
Berikut ini adalah lemparan kepada as-Saqqof dan
pendukungnya...
· Hadits : ”Barangsiapa memakai celak, maka hendaknya ia
mengganjilkannya. Siapa yang memakainya maka ia
84 Ibid hal. 24-25.
85 Lihat Ulumul Hadits hal. 35 karya Ibnu Sholaah dan an-Nukat (I/473) karya al-Hafizh Ibnu
Hajar, Ibid hal. 26
|| 77 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
mendatangkan kebaikan dan siapa yang tidak maka tidak ada
dosa baginya...”
Al-Hafizh melemahkannya karena ’illat majhulnya al-Hushain
bin al-Jubrani di dalam at-Talkhisul Habiir (I/102,103), namun
beliau menghasankannya di dalam Fathul Baar i` (I/206).
· Hadits tentang turunnya firman Allah : fiihi rijaalun
yuhibbuwna an yatathohharuw terhadap Ahli Quba’.
Al-Hafizh mendha’ifkan sanadnya di dalam at-Talhiishul Habiir
(I/113) namun beliau shahihkan di dalam Fathul Bar i`
(VII/195) dan di dalam ad-Diroyah (I/97).
· Hadits : ”Dihalalkan bagi kami dua bangkai dan dua darah...”
Al-Hafizh mendha’ifkannya di dalam Bulughul Maram (no. 11)
namun beliau shahihkan di dalam at-Talkhiisul Habiir (I/261).
· Hadits : ”Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat
terhadap barisan shaf pertama”. Imam Nawawi
menshahihkannya di dalam al-Majmu’ (IV/301) namun beliau
menghasankannya di dalam Riyadlus Shaalihin (no. 1090).
· Hadits : ”Ingatlah penghancur kelezatan yaitu kematian”. Al-
Hafizh Ibnu Hajar al-Asqolani menghasankannya di dalam
Takhriijil Adzkaar sebagaimana di dalam at-Taujiihaatur
Robbaaniyyah (IV/50) namun beliau mensepakati Ibnu
Hibban, Hakim, Ibnu Thahir dan Ibnu Sakkan atas
keshahihannya di dalam at-Talkhiishul Habiir (II/101).
|| 78 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
· Idris bin Yasin al-Audi. Al-Haf izh mentsiqohkannya di dalam
at-Taqriib namun mendhaifkannya di dalam al-Fath (II/115).
· Nauf bin Fadholah. Al-Haf izh menilainya di dalam at-Taqrib
sebagai mastuur namun menghukuminya sebagai shaduq di
dalam al-Fath (VIII/413).
· Abdurrahman bin Abdil Aziz al-Ausi. Al-Haf izh menilainya di
dalam at-Taqriib sebagai perawi yang shaduq qad yukhthi’
(jujur terkadang salah), namun beliau mendhaifkannya di
dalam al-Fath (III/210).
· Al-Hafizh Ibnu Hajar menshahihkan di dalam an-Nukat ’ala
Ibni ash-Sholaah (I/355-356) hadits yg diriwayatkan dari
Muhammad bin ‘Ajlaan namun di dalam Amaalii al-Adzkaar
(I/110) beliau menjelaskan bahwa haditsnya tidaklah
terangkat dari derajat hasan.
· Al-Hafizh Ibnu Hajar menukil di dalam at-Talkhishul Habiir
(IV/176) dari Nawawi di dalam ar-Roudloh tentang
perkataannya mengenai hadits : “Tidak ada nadzar di dalam
perkara kemaksiatan”, beliau berkata : “hadits dha’if menurut
kesepakatan para muhadditsin”. Namun al-Hafizh membantah
sendiri dengan ucapannya : “Hadits ini telah dishahihkan oleh
ath-Thohawi dan Abu ‘Ali bin as-Sakkan, lantas dimanakah
kesepakatan itu?!!”
|| 79 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
· Imam Nawawi berkata di dalam al-Majmu’ (II/42) mengenai
hadits memegang kemaluan : ”Tidaklah kemaluanmu itu
hanyalah bagian dari tubuhmu!”, beliau mengomentari :
“Sesungguhnya hadits ini dha’if menurut kesepakatan
huffazh”, sedangkan hadits tersebut dishahihkan oleh Ibnu
Hibban, Ibnu Hazm, ath-Thabrani, Ibnu at-Turkumani dan
selain mereka. Demikian pula ucapan Ibnu Abdul Hadi di
dalam al-Muharrar (hal. 19) : ”telah salah orang yang
meriwayatkan kesepakatan akan kedha’ifannya.”86
Dan masih banyak lagi contoh-contoh semacam ini bertebaran.
Saya (penyusun) katakan : Apakah mereka semua ini adalah
orang-orang yang tanaaqudh?!! Jika melihat dari kaidah yang
digunakan oleh as-Saqqof, maka mereka semua ini –para imam
muhadditsin- bisa dikatakan sebagai mutaanaqidhin (orang-orang
yang kontradiktif)!!! Dan di sinilah letak kebodohan as-Saqqof
yang lemah dan dangkal pemahamannya terhadap kaidah dan
prinsip ilmu hadits. Fa’tabiru ya ulil albaab!!!
فهذا الحق ليس به خفاء فدعني من بنيات الطريق
Inilah langkah yang benar tanpa ada kesamaran
Aku tidak bakal tertipu dengan banyaknya persimpangan jalan
86 Ibid hal. 21-23.
|| 80 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
MEMBONGKAR KEDUSTAAN, TALBIS DAN TADLIS ASSAQQOF
SERTA PENGKHIANATANNYA DARI KITAB
GELAPNYA ”TANAQUDHAAT ALBANY”
Sesungguhnya, kitab Tanaqudhaat Albany yg ditulis oleh si
pendengki ini penuh dengan fitnah, kedustaan, tadlis, talbis dan
pengkhianatan ilmiah. Ia sepertinya telah termakan bujuk rayu
iblis dengan menjajakan kaidah sesatnya yang berbunyi al-
Ghooyah tubarrirul wasiilah (Tujuan membenarkan segala cara).
Demikianlah karakteristik Ahlul Bid’ah, mereka menenggelamkan
kepalanya ke dalam tanah namun ekornya siap menyengat siapa
saja yang mendekat, bagaikan kalajengking!
Berikut ini pengkhianatan, talbis dan tadlis as-Saqqof sang
pendusta…87
1. As-Saqqof berkata dalam kitabnya at-Tanaaqudhaat, hal. 97.
Hadits : ”Tabayun –dalam lafazh lain Ta`anni (sikap kehatihatian)-
adalah dari Allah dan al-’Ajalah (tergesa-gesa)
datangnya dari Syaithan. Maka bertabayunlah…”
87 Berikut ini hanya kami tampilkan beberapa contoh kecil kedustaan as-Saqqof dari buku
al-Anwaarul Kasyifah dan at-Tanbiihatul Malihah. Untuk keluasan pembahasan ini silakan
rujuk kedua buku di atas.
|| 81 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Tuduhan : As-Saqqof berkata : ”Hadits ini didhaifkan oleh
Syaikh Albani dalam Dha’if al-Jami’ wa Ziyaadatuhu (III/45
no. 2503), dimana lafazh : ”Tabayun dari Allah” dishahihkan
oleh beliau di dalam Silsilah al-Ahaadits As-Shahiihah (IV/404,
dengan nomor 1795).”
Komentar : Ketika melihat kembali kitab Syaikh Albani Dha’if
al-Jami’, beliau mengisyaratkan kedhaifannya dan
menisbatkan riwayatnya kepada Ibnu Abi Dunya dalam kitab
Dzammul Ghadlab serta al-Khairathi dalam kitab Makarimul
Akhlaq yang diriwayatkan dari al-Hasan secara mursal. (lihat
Dha’if al-Jami’ : 2504). Ketika melihat Silsilah ash-Shahihah
(IV/404), di dalamnya terdapat perkataan Syaikh Albani, yaitu
: ”at-Ta`anni datangnya dari Allah dan tergesa-gesa
datangnya dari Syaithan”. Lafazh hadits ini diriwayatkan oleh
Abu Ya’la dalam al-Musnad (III/1054) dan al-Baihaqi dalam
As-Sunan al-Kubra (X/104) dari jalur al-Laits, dari Yazid bin
Abi Habib, dari Sa’ad bin Sinan, dari Anas bin Malik
radhiallahu ’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Salam bersabda… (sama seperti redaksi hadits tadi).
Kesimpulan : As-Saqqof telah bersikap tidak fair dan tidak
menampakkan yang sebenarnya dengan menganggap bahwa
hadits di atas adalah satu, padahal yang disebutkan dalam
Dha’if al-Jami’ dan Silsilah ash-Shahihah adalah dua hadits
yang berbeda. Jadi as-Saqqof secara sembrono telah
|| 82 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
mengatakan dalam kitabnya at-Tanaqudhaat : ”-dan dalam
lafazh lain at-Ta'anni-”. Maka kami pertanyakan : dimanakah
kejujuran dan keadilanmu wahai as-Saqqof? Dimana pula
letak Tanaqudh (kontradiktif) kedua hadits di atas???
2. As-Saqqof berkata di dalam kitabnya at-Tanaqudhaat (no.
99), hadits : “Tidak boleh (menerima) dalam Islam kesaksian
seorang lelaki yang pengkhianat begitu pula seorang wanita
pengkhianat, orang yang dikenakan hukuman jilid dan yang
dengki terhadap saudaranya.”
Tuduhan : as-Saqqof berkata : ”Hadits ini disebutkan oleh al-
Albani di dalam Shahih Ibnu Majah (II/44 no. 1916), yang
dianggap bertentangan karena beliau mendhaifkannya. Oleh
karena itu beliau menyebutkannya dalam kumpulan haditshadits
dhaif pada kitab Dha’if al-Jami’ wa Ziyadatuhu (VI/62,
no. 6212).
Komentar : Ketika melihat ke dalam buku Shahih Sunan Ibnu
Majah (no. 1930) dan al-Ma’arif, disebutkan bahwa Syaikh
Albani berkata : ”Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ’anhuma,
beliau mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
Sallam bersabda : “Tidak boleh (menerima) dalam Islam
kesaksian seorang lelaki yang pengkhianat begitu pula
seorang wanita pengkhianat, orang yang dikenakan hukuman
jilid dan yang dengki terhadap saudaranya.” Sementara hadits
yang ada di dalam Dha’if al-Jami’ (no. 6199) dengan lafazh :
|| 83 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
“Tidak boleh (menerima) dalam Islam kesaksian seorang
lelaki yang pengkhianat begitu pula seorang wanita
pengkhianat, orang yang dikenakan hukuman jilid dan yang
dengki terhadap saudaranya, yang pernah melakukan sumpah
palsu, yang mengikut kepada anggota keluarga mereka, yang
dicurigai sebagai hamba sahayanya atau sanak kerabatnya.”
hadits ini dia sandarkan sebagai riwayat Tirmidzi.
Kesimpulan : As-Saqqof telah menyembunyikan hakikat
sebenarnya. Ia menduga bahwa kedua hadits ini sama,
padahal berbeda, walaupun sebagian lafazhnya sama. Yang
pertama adalah riwayat Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu
'anhu yang dikeluarkan oleh Ibnu Majah tanpa ada
penambahan, dan yang kedua adalah riwayat Aisyah yang
dikeluarkan at-Tirmidzi. Maka kami pertanyakan : Wahai
Saqqof, manakah kejujuran dan keadilanmu serta sifat
amanahmu???
3. As-Saqqof berkata di dalam at-Tanaqudhaat (no. 92) hadits :
“Jika salah seorang dari kalian mengerjakan suatu amalan,
maka sempurnakanlah…”
Tuduhan : as-Saqqof berkata : ”hadits ini dishahihkan oleh al-
Albani sehingga beliau memasukkan dalam Shahih al-Jami’
(II/144 no. 1876) dengan lafazh : ”Sesungguhnya Allah
mencintai jika salah seorang dari kalian mengerjakan suatu
amalan dan ia menyempurnakannya.” Lalu ia menyelisihinya
|| 84 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
dan memutuskan hadits ini sangat dhaif di dalam Dla’if al-
Jami’ (I/207 no 698).
Komentar : Ketika melihat ke dalam ash-Shahihul Jami’ (no.
1888) kami mendapati hadits tersebut dengan lafazh : ”
Sesungguhnya Allah mencintai jika salah seorang dari kalian
mengerjakan suatu amalan dan ia menyempurnakannya”.
Hadits ini beliau sandarkan sebagai riwayat al-Baihaqi dalam
Syua’bul Iman dari Aisyah radhiallahu 'anha, sedangkan
hadits dalam Dla’iful Jami’ wa Ziyaadatuhu berbunyi : ”Jika
salah seorang dari kalian mengerjakan suatu pekerjaan, maka
sempurnakanlah karena sesungguhnya hal itu termasuk
menghibur yang dikerjakan sendiri.” Hadits ini beliau
sandarkan sebagai riwayat Ibnu Sa’ad dari Atha’ secara
mursal dan menetapkannya sebagai hadits yang sangat dhaif.
Kesimpulan : Sunguh as-Saqqof telah menduga bahwa dia
hadits ini sama padahal keduanya berbeda baik
periwayatannya maupun tempat keduanya disebutkan. Lantas
dimanakah sikap amanah dan penghargaan terhadap ilmu
wahai as-Saqqof???
4. Pada halaman 39, as-Saqqof memaparkan hadits Abdullah bin
’Amru : ”Jum’at wajib bagi yang mendengarkan seruan
(adzan)”. As-Saqqof mengklaim bahwa syaikh al-Albani
menghasankannya di dalam al-Irwa’ dan mendhaifkan
sanadnya di dalam al-Misykaah.
|| 85 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Komentar : Keduanya tidak kontradiktif, dimana beliau juga
mendhaifkan sanadnya di al-Irwa’, namun beliau
mengisyaratkan akan adanya syawahid yang menguatkannya,
kemudian beliau berkata di akhir sanadnya : ”maka hadits ini
dengan adanya syawahid menjadi hasan insya Allah.”
Dimanakah akalmu wahai orang-orang yang berfikir??
5. Pada halaman 39-40, as-Saqqof memaparkan hadits Anas :
”Janganlah kalian bersikap keras terhadap diri kalian niscaya
Allah akan bersikap keras terhadap kalian...”. Kemudian as-
Saqqof mendakwakan bahwa Syaikh al-Albani
mendhaifkannya di Takhr ijil Misykaah. Sesungguhnya
menurut akal si orang yang kontradiktif ini dan pemahaman
orang yang bingung ini, bahwa perkataan syaikh Albani di
dalam Ghoyatul Maraam (hal. 140) merupakan sumber
penghukuman hadits bahwa hadits tersebut dhaif, akan tetapi
beliau mengisyaratkan syahid yang mursal, sehingga beliau
jadikan di akhir penelitian beliau di dalam takhrijnya dengan
perkataan : ”Semoga hadits ini hasan dengan syahidnya yang
mursal dari Abi Qilabah, wallahu a’lam”. Namun setelah itu,
beliau mendapatkan jalur hadits ketiga di sebagian referensireferensi
sunnah, maka beliau menetapkan keshahihannya
secara pasti di dalam Silsilah al-Ahaadits ash-Shahihah
(3694). Maka inilah ilmu dan keadilan itu, dan tinggalkan oleh
kalian perancuan dan kedustaan oleh as-Saqqof.
|| 86 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
6. Pada hal. 40, ia menukil hadits Aisyah : ”Barangsiapa yang
menceritakan kalian bahwa nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam
kencing sambil berdiri maka janganlah kau benarkan...”.
Kemudian si Saqqof ini mendakwakan bahwa Syaikh Albani
mendhaifkan sanadnya di dalam al-Misykah kemudian ia
shahihkan di dalam Silsilah Shahihah-nya, dan mendakwakan
bahwa Syaikh al-Albani tanaaqudh dalam hal ini.
Komentar : Bahwasanya keduanya tidak tanaaqudh dan ini
hanyalah dakwaan dusta dan kebodohan dari as-Saqqof.
Syaikh menyatakan cacat riwayat Tirmidzi di dalam al-
Misykah karena dhaifnya Syarik an-Nakha’i. Namun beliau
menemukan mutaaba’ah dan menshahihkannya di Silsilah
Shahihah sembari memberikan komentar bahwa beliau
mengakui tentang terlalu ringkasnya ta'liq (komentar) beliau
di dalam al-Misykah setelah beliau menghimpun mutaba’ah
yang akhirnya beliau shahihkan. Namun as-Saqqof
menyembunyikan hal ini dan melakukan kedustaan terhadap
umat.
Inilah sebagian hadits yang ia sebutkan dan di sini kami
menyebutkannya hanya sebagai contoh untuk menunjukkan
kejahilan, kedustaan, perancuan, pengkhianatan ilmiah,
penyembunyian al-Haq dan kedengkian as-Saqqof kepada Syaikh
al-Albani. Dan bukan artinya apa yang disebutkan di sini berarti
telah disebutkan semua kebohongannya dan kedustaannya,
|| 87 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
karena jika disebutkan niscaya risalah akan menjadi sebuah buku
tersendiri yang tebal. Bagi yang ingin mengetahui kedustaan as-
Saqqof ini, bisa merujuk ke kitab al-Anwaarul Kaasyifah karya
Syaikh Ali Hasan dan at-Tanbiihatul Maliihah karya Syaikh Abdul
Basith, maka anda akan menemukan kebobrokan as-Saqqof yang
dipenuhi dengan fitnah, kedustaan dan kejahilan ini.
Berikut ini kami ringkaskan kedustaan as-Saqqof terhadap Syaikh
al-Albani yang bisa dirujuk sendiri di dalam kitabnya at-
Tanaqudhaat dalam nomor-nomor haditsnya, yaitu Juz I : no. 46,
68, 69, 81, 93, 105, 108, 117, 131, 141, 142, dan 171. Juz II :
17, 18 dan 19. sedangkan juz III : no. 19. semuanya yang
disebutkan ini adalah ralat atau ruju’ Syaikh al-Albani yang ia
(as-Saqqof) sembunyikan.
Bahkan, syaikh Ali Hasan menghimpun nomor-nomor hadits pada
kitab gelapnya bahwa yang dijadikan patokan oleh as-Saqqof
untuk mendakwakan Tanaqudh Syaikh al-Albani adalah
kebanyakan dari al-Misykaah dan dikontradiktifkan dengan kitab
Syaikh yang lainnya. Padahal al-Misykaah ini merupakan ta'liq
atas Shahih Ibnu Khuzaimah, yang mana ta'liq ini pada
hakikatnya bukanlah merupakan tahqiq Syaikh al-Albani maupun
ta'liq beliau murni. Muhaqqiq (peneliti) sebenarnya adalah Syaikh
al-Fadhil DR. Muhammad Mustofa al-A’zhami yang meminta
kepada syaikh Albani untuk mengoreksinya dengan koreksi
secara umum.
|| 88 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Oleh karena itulah ta'liq beliau begitu ringkas dan sedikit, yang
merupakan penyempurna dari ta'liq sebelumnya yang dilakukan
oleh DR. Muhamad Mustofa al-A’zhami. Oleh karena itulah ketika
beliau melakukan penelitian dan takhrij lebih dalam terhadap
suatu hadits dengan mengumpulkan jalur-jalur periwayatannya
atau ditemukannya syawahid dan mutaba’ah, maka beliau taraju’
dengan mengambil takhrij beliau yang terakhir. Inilah seharusnya
yang diambil... Namun as-Saqqof pura-pura tidak tahu atau
benar-benar tidak tahu, sehingga ia menghimpun hadits-hadits
yang menurutnya tanaaqudh padahal dirinyalah yang
tanaaqudh...88
88 Demikianlah karakter as-Saqqof ini, yang telah dibakar oleh sikap hasad dan kebencian
terhadap Syaikh al-Albani rahimahullahu.
Faidah : Di antara bentuk tuduhan As-Saqqof kepada Syaikh al-Albani adalah Syaikh al-
Albani adalah orang ‘ajam yang tidak fasih dan mampu berbahasa Arab secara baik. As-
Saqqof berkata di dalam Tanaqudhaat-nya (hal. 6) :
”Albani berkata di dalam Shohih al-Kalim ath-Thoyyib :
أنصح لكل من وقف على هذا الكتاب...
“Aku nasehatkan kepada siapa saja yang menelaah kitab ini...”
Padahal yang benar adalah mengatakan :
وأنصح ك ّ ل...
”Aku nasehatkan setiap...”,
Dia (al-Albani) telah keliru di dalam mengucapkannya karena lemahnya dirinya terhadap
bahasa arab.”
Tanggapan : Menurut as-Saqqof kata Nashoha li adalah keliru. Namun, apabila kita melihat
Mu’jam al-Lughoh maka niscaya anda akan melihat benarnya ucapan Syaikh Albani dan
sekaligus menunjukkan kebodohan as-Saqqof sendiri terhadap bahasa arab. Di dalam
Mukhtarus Shihah (hal. 662) dikatakan : Nashohahu, Nashoha lahu..., di dalam Mishbahul
Munir (hal. 607) dikatakan : nashohtu lizaid, anshohu nushhan wa nashiihatan. Bahkan kata
|| 89 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Berikut inilah nomor-nomor hadits yang disebutkan oleh as-
Saqqof sebagai suatu bentuk tanaaqudh padahal sebenarnya
adalah suatu taraaju’ yang as-Saqqof menyembunyikan
hakikatnya, yaitu : no. 1, 2, 3, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,
16, 19, 20, 21, 26, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43,
44, 45, 45, 47, 48, 49, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61,
62, 63, 64, 65,66,67, 69, 72, 73, 75, 76, 78, 81, 82, 83, 84, 85,
87, 88, 89, 90, 95, 103, 143, 144, 147, 153, 158, 164, 185, 186,
187, 188, 189, 198, 199, 240, 241, 242, 243, 244, 245, 246,
247, 248, 249, 250.
Yang aneh lagi, supaya terkesan lebih banyak tanaqudhaat yang
dituduhkan oleh dirinya kepada Syaikh al-Albani, maka ia
mengulang-ulang hal yang sama di dalam kitab gelapnya
tersebut. Seperti : yang dipaparkannya di hal 7 diulanginya lagi
pada hal 70 dan 161. Yang dipaparkannya pada hal 9,
diulanginya lagi pada hal 114, 136 dan 140. Yang dipaparkannya
pada hal 10 diulanginya lagi pada hal 98. yang dipaparkannya
pada hal 10, diulanginya lagi pada hal 11 dan 140. Yang
nashohah li adalah bahasa yang fasih, karena itu Allah menggunakannya di dalam firman-
Nya :
إن اردت أن أنصح لكم
Inilah kebodohan as-Saqqof yang bodoh terhadap ilmu hadits, bahasa arab dan terhadap
agama ini. Hati mereka telah kotor oleh kedengkian dan jiwa mereka telah menyatu dengan
kebathilan. Nas’alullaha salaamah wal ’aaf iyah.
Lihat masalah tuduhan as-Saqqof tentang kesalahan bahasa kepada Syaikh al-Albani,
padahal sesungguhnya as-Saqqof sendiri yang banyak jatuh kepada kesalahan hal ini,
dalam al-Anwarul Kasyifah hal. 32-36.
|| 90 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
dipaparkannya pada hal 64 diulanginya lagi pada hal 105. Yang
dipaparkannya pada hal 96 diulanginya lagi pada hal 145.
Sungguh benar firman Alloh Ta’ala :
َفَق  د  جاءُوا ُ ظْل  ما  و زو را
”Maka Sesungguhnya mereka Telah berbuat suatu kezaliman dan
dusta yang besar.” (QS Al-Furqon : 4)
Dan firman-Nya :
 وَق  د  خا  ب منِ اْفت  رى
”Dan Sesungguhnya Telah merugi orang yang mengada-adakan
kedustaan.” (QS Thoha : 61)
Demikianlah hakikat as-Saqqof ini, yang tulisannya tidaklah
keluar melainkan dari kedengkian, kebencian, kedustaan, fitnah
dan segala bentuk keburukan dan kejelekan lainnya. Sungguh
alangkah malangnya orang yang tertipu dengan dirinya dan
menjadikannya sebagai hujjah untuk memerangi ahlus sunnah.
Kepada mereka tiada kata yang bisa diucapkan melainkan إ ّ ن لله
وإن إليه راجعون
و من جعل الغراب له دليلا يمر به على جيف الكلاب
Barangsiapa yang menjadikan burung gagak sebagai dalil
Maka ia akan membawanya melewati bangkai-bangkai anjing
|| 91 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Sungguh benar Alloh yang berf irman :
ب ْ ل نْ قذِ  ف بِاْل  حق  عَلى اْلباطِلِ َفي  دمغه َفإَِ ذا  ه و  زاهِق  وَل ُ ك  م اْل  وي ُ ل مِما تصُِفو َ ن
“Sebenarnya kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu
yang hak itu menghancurkannya, Maka dengan serta merta yang
batil itu lenyap.” (QS al-Anbiyaa’ : 18)
 وُق ْ ل  جاءَ اْل  حق  و ز  ه  ق اْلباطِ ُ ل إِنَّ اْلباطِ َ ل َ كا َ ن  ز  هوًقا
“Dan Katakanlah: ”Yang benar Telah datang dan yang batil Telah
lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti
lenyap.” (QS al-Israa’ : 81)
َفإَِ ذا  جاءَ َأ  م ر اللَّهِ ُقضِ  ي بِاْل  حق  و  خسِ  ر  هنالِ  ك اْل  مبطُِلو َ ن
“Maka apabila Telah datang perintah Allah, diputuskan (semua
perkara) dengan adil. Dan ketika itu Rugilah orang-orang yang
berpegang kepada yang batil.” (QS al-Mu’min : 78).
|| 92 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Pembelaan Terhadap
Muhadditsul Ashr
Muhammad Nashiruddin Nuh
Najjati al-Albani
rahimahullahu wa askanahu al-
Jannaat al-Fasih
[Bagian 2]
|| 93 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
الحصن المنيع
للدفاع عن الإمام الألباني من مشاغبة المذبذب التحريري
PERISAI PENANGKIS DI DALAM MEMBELA
AL-IMAM AL-ALBANI DARI KEJAHATAN
”AL-MUDZABDZAB” AT-TAHRIRI

ا

ا  ا 
الحمد لله رب العالمين ، وصلى الله وسلم على النبي الأمين ، وسيد الأنبياء والمرسلين ، وعلى
آله وصحبه أجمعين . أما بعد :
Maha Suci Alloh yang berf irman :
 وم  ن يكْسِ  ب  خطِيَئًة َأ  و إِْثمًا ُث  م ي رمِ بِهِ برِيئًا َفَقدِ ا  حت  م َ ل ب  هتانًا  وإِْثمًا مبِينًا
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa,
Kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah,
Maka Sesungguhnya ia Telah berbuat suatu kebohongan dan
dosa yang nyata.” (QS an-Nisa : 112)
Maha benar Alloh yang berf irman :
 والَّذِي  ن ي  ؤُذو َ ن الْ  م  ؤمِنِ  ين  واْل  م  ؤمِناتِ بِغيرِ ما ا ْ كت  سبوا َفَقدِ ا  حت  مُلوا ب  هتانًا  وإِْثمًا مبِينًا
|| 94 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan
mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, Maka
Sesungguhnya mereka Telah memikul kebohongan dan dosa
yang nyata.” (QS al-Ahzab : 58)
Maha mengetahui Alloh berfirman :
 ولا ت ْ ق  ف ما َلي  س َل  ك بِهِ عِْل  م إِنَّ ال  س  م  ع  واْلبصر  واْلُف  ؤاد ُ كلُّ ُأوَلئِ  ك َ كا َ ن  عنه م  س ؤو ً لا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.” (QS al-Israa` : 36)
Maha Agung Alloh yang berfirman :
إِ ْ ذ تَلقَّ  ونه بَِأْلسِنتِ ُ ك  م  وتُقوُلو َ ن بَِأْف  واهِ ُ ك  م ما َلي  س َل ُ ك  م بِهِ عِْل  م  وت  ح  سبونه  هينًا  و  ه و عِن  د اللَّهِ
 عظِي  م
“(Ingatlah) di waktu kamu menerima ber ita bohong itu dari mulut
ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak
kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang
ringan saja. padahal dia pada sisi Allah adalah besar.” (QS an-
Nuur : 15)
Diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullahu, bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda :
|| 95 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
أتدرون ما الغيبة ؟
“Apakah kalian tahu apakah ghibah (menggunjing) itu?” Para
Sahabat menjawab :
الله ورسوله أعلم
“Alloh dan Rasul-Nya yang lebih tahu” Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Salam melanjutkan ucapan beliau :
ذكرك أخاك بما يكره
“Ghibah itu adalah engkau menyebutkan sesuatu tentang
saudaramu yang dibencinya.” Seorang sahabat bertanya :
أفرأيت إن كان في أخي ما أقول ؟!
“Bagaimana menurut anda apabila yang aku sebutkan ada pada
saudaraku itu?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam
menjawab:
إن كان فيه ما تقول فقد اغتبته، وإن لم يكن فيه فقد ته
“Apabila yang kau katakan ada padanya maka inilah ghibah dan
apabila tidak ada padanya maka kau telah berdusta atasnya
(menf itnahnya).”
|| 96 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud rahimahullahu dari Sa’ib bin
Zaid radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alahi wa Salam
bahwa beliau bersabda :
إن من أربى الربا الاستطالة في عرض المسلم بغير حق
“Sesungguhnya sebesar-besarnya riba adalah menyebut-nyebut
kehormatan seorang muslim tanpa hak.”
Sahabat yang mulia, ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu
berkata :
لا ترم أحدا بما ليس لك به علم
“Janganlah kamu menuduh seseorang yang kamu tidak memiliki
ilmunya.”
Di dalam Nawadirul Hakim, dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu beliau
berkata :
البهتان على البريء أثقل من السموات
“Menfitnah seorang yang tidak bersalah (terbebas darinya) lebih
berat dari langit seluruhnya.”
Diriku, ketika menukilkan sebagian ayat, hadits dan atsar di atas,
sesungguhnya aku menghendaki supaya hal ini bisa menjadi
cambuk dan peringatan atas kita, dari menuduh dan menfitnah
orang lain tanpa hujjah dan bayyinah yang jelas, tanpa burhan
|| 97 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
yang terang, yang berangkat dari kejahilan, kedengkian dan
kezhaliman semata. Dan barangsiapa yang memiliki hujjah,
bayyinah dan burhan maka katakanlah dengan adil dan benar,
tanpa diiringi dengan dusta dan fitnah.
Adapun seorang yang berkedok dengan nama ’Mujaddid’ (baca :
Mudzabdzab), yang menulis sebuah risalah bantahan terhadap
salafiyin dan ulamanya yang penuh dengan kebodohan,
kegelapan di atas kegelapan dan kedustaan, yang mana ia di
dalam menulis bantahan tersebut, tidak lepas dari tulisan seorang
syabab HT yang bernama Muhammad Lazuardi al-Jawi[89], yang
mana Lazuardi ini menukil dari tulisan Umar Bakri Muhammad[90]
dan Hasan Ali as-Saqqof[91]. Selain itu, tampaknya si Mudzabdzab
89 Dugaan saya, “Al-Mujaddid” dan Lazuardi al-Jawi ini adalah orang yang satu. “Al-
Mujaddid” hanyalah kedoknya saja, dan Lazuardi sendiri bukanlah nama asli juga. Seorang
yang terpercaya telah mengabarkan kepada saya, bahwa Lazuardi dan Mujaddid ini adalah
orang yang satu, dan dia adalah alumni UNIBRAW angkatan 97/98 yang nama aslinya
adalah Irawan. Dan Alloh-lah yang lebih mengetahui kebenarnya.
90 Umar Bakri Muhammad adalah seorang kelahiran Suriah Lebanon, mantan mufti HT di
Inggris, yang pada tahun 1996 keluar dari HT membentuk jama’ah baru yang bernama “Al-
Muhajiroon”, lalu ia membubarkannya lagi dan membentuk jama’ah baru lagi yang bernama
“Ghurobaa”. Ia mengklaim pasca keluar dari HT telah rujuk kepada aqidah dan manhaj ahlis
sunnah, namun sayangnya, klaimnya hanyalah sekedar klaim belaka, karena ia keluar dari
kelompok yang terpengaruh oleh Mu’tazilah (bahkan Umar Bakri sendiri menyebut HT
sebagai “Neo Rationalist”) menuju kepada kelompok yang lebih ekstrim lagi, yaitu Khowarij
takfiri. Umar Bakri ini sangat mudah mengkafirkan secara sporadis, ia tidak segan
mengkafir kan siapa saja yang tidak sefaham dengannya. Ia telah mengkafirkan Imam Ibnu
Baz rahimahullahu dan para ulama ahlis sunnah. Bahkan ia juga mengkafirkan DR. al-
Qorodhowi dan mayoritas ulama al-Azhar Mesir.
91 Hasan Ali as-Saqqof ini adalah seorang Jahmiyah tuleh dari Yordania. Silakan baca
bantahan terhadapnya pada artikel yang berjudul “Pembelaan terhadap Imam al-Albani” di
|| 98 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
ini juga banyak menukil dari website seorang shufi di Eropa
Mas’ud Ahmad Khan (http://www.masud.co.uk/) yang
mengagung-agungkan seorang shufi besar penghulu kesesatan
dan kebid’ahan, Hamim Nuh Keller ad-Dajjal dan Abdul Hakim
Murad al-Kadzdzab.
Di sini saya tidak akan membantah seluruhnya, namun hanya
sebagiannya saja yang berkenaan dengan pembahasan. Di sini
saya akan berusaha menelanjangi dan menyingkap kebodohan si
Mudzabdzab ini dan Lazuardi al-Jawi al-Hizbi yang penuh dengan
pemalsuan, kedustaan dan pengkhianatan ilmiah. Para pembaca
budiman akan melihat bagaimana lihainya si mudzabdzab dan
Lazuardi al-Jawi ini di dalam berbuat dusta dan makar terhadap
ahlus sunnah.
AL-IMAM AL-MUHADDITS AL-ALBANI DIZHALIMI
Ternyata kebencian mereka terhadap Syaikh al-Muhaddits al-
Imam al-Albani rahimahullahu tidak hanya berhenti sampai pada
nukilan kegelapan as-Saqqof yang telah di’muntah’kan oleh
Mudzabdzab pada tulisan sebelumnya yang telah saya bantah.
Namun mereka juga menghimpun secara gegabah dan
serampangan kritikan para ulama fanatikus madzhabi dan
pembela kesesatan asy’ariyah, jahmiyah dan sufiyah. Akan
dalam blog ini. Niscaya anda ketahui akan keadaan dirinya yang serupa dengan
pengagumnya semisal “Mudzabdzab” ini.
|| 99 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
terbuka kedok mereka sebentar lagi –insya Allah Ta'ala-. Hal ini
menunjukkan bagaimana sayab Hizbut Tahrir ini berserikat dan
berkoalisi dengan kesesatan mereka, dan para pembaca budiman
akan mengetahui sebentar lagi dan dapat menarik benang merah
alasan kebencian mereka terhadap Syaikh al-Albani dan ulama
salafi lainnya.
Al-Mudzabdzab ini berkata :
”...Bahkan kemudian bangkitlah para ulama dari berbagai belahan dunia islam yang
menulis kitab berjilid-jilid hanya untuk menunjukkan berbagai kesalahan dan
penyimpangan Albani, kita dapat lihat sebagai berikut..”
Lalu dia menyebutkan beberapa kitab dan penulisnya yang
membantah Syaikh al-Albani. Sebelum menyebutkan kitab-kitab
tersebut beserta penulisnya dan bantahannya, perlu saya
sampaikan beberapa hal simpul-simpul benang kusut agar para
pembaca dapat menariknya sehingga menjadi lurus dan tidak
kusut lagi. Saya akan nukilkan dulu muntahan si mudzabdzab ini
di dalam artikelnya yang berjudul ”Pandangan Salaf Terhadap
Daulah dan Siyasah” (bagian II) point E, ia berkata setelah
mencela Syaikh al-Albani dan menukil tulisan gelap as-Saqqof
dari Tanaqudlaat-nya :
Setelah kita menyimak berbagai contoh kesalahan dan penyimpangan yang
dilakukan dengan sengaja atau tidak oleh ‘Yang Terhormat Al-Muhaddis Syeikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani’ oleh ‘Al-Alamah Syeikh Muhammad Ibn Ali
Hasan As-Saqqof’ dimana dalam kitab-nya tersebut beliau (Rahimahullah)
|| 100 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
menunjukkan ± 1200 kesalahan dan penyimpangan dari Syeikh Al-Albani dalam
kitab-kitab yang beliau tulis seper ti contoh diatas. Maka kita bisa menarik
kesimpulan bahwa bidang ini tidak dapat digeluti oleh sembarang orang, apalagi
yang tidak memenuhi kualifikasi sebagai seorang yang layak untuk menyadang
gelar ‘Al-Muhaddis’ (Ahli Hadis) dan tidak memperoleh pendidikan formal dalam
bidang ilmu hadis dari Universitas-universitas Islam yang terkemuka dan ‘Para
Masyaik’h yang memang ahli dalam bidang ini. (Silahkan lihat kitab Syeikh As-
Saqqof, Kitab ‘Tanaqadat Al-Albani A-Wadihat’ (Kontradiksi yang sangat jelas pada
Al-Albani) ) !!!!!.
Maka cukuplah perkataan - Syeikh Abdul Ghofar seorang ahli hadis yang
bermadzab Hanafi menukil pendapat Ibn Asy-Syihhah ditambah syarat dari Ibn
Abidin Dalam Hasyiyah-nya, yang dirangkum dalam bukunya ‘Daf’ Al-Auham An-
Masalah Al-Qira’af Khalf Al-Imam’, hal. 15 : ‘’Kita melihat pada masa kita, banyak
orang yang mengaku berilmu padahal dirinya tertipu. Ia merasa dirinya diatas awan
,padahal ia berada dilembah yang dalam. Boleh jadi ia telah mengkaji salah satu
kitab dari enam kitab hadis (kutub As-Sittah), dan ia menemukan satu hadis yang
bertentangan dengan madzab Abu Hanifah, lalu berkata buanglah madzab Abu
Hanifah ke dinding dan ambil hadis Rasul SAW. Padahal hadis ini telah mansukh
atau bertentangan dengan hadis yang sanadnya lebih kuat dan sebab lainnya
sehingga hilanglah kewajiban mengamalkannya. Dan dia tidak mengetahui. Bila
pengamalan hadis seperti ini diserahkan secara mut lak kepadanya maka ia akan
tersesat dalam banyak masalah dan tentunya akan menyesatkan banyak orang ‘’.
Sekarang saya akan mengajak para pembaca budiman untuk
mengobservasi dan menganalisa nukilan dan uraian si
Mudzabdzab di atas. Pertama, saya akan menunjukkan beberapa
|| 101 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
nukilan dari para ulama fanatikus madzhabi, sehingga simpul
pertama akan dapat kita tarik.
MEREKA ADALAH FANATIKUS MADZHABIYAH!
Muhammad Ala`udiin al-Hashfaki al-Hanafi berkata,
”Apabila kami ditanya tentang madzhab kami dan madzhab yang menyelisihi
kami, maka kami wajib mengatakan bahwa : ’Madzhab kami benar walaupun
mengandung kemungkinan salah dan madzhab yang menyelisihi kami salah
walaupun kemunginan benar.” [92]
Al-Hashfaki al-Hanaf i juga menyusun sebuah syair pujian
terhadap Abu Hanifah sebagai berikut :
Laknat Rabb kami sebanyak debu
Bagi orang yang menolak pendapat Abu Hanifah [93]
Abu Hasan al-Kharqi al-Hanafi berkata :
”Setiap ayat yang menyelisihi madzhab kami maka harus ditakwil atau dianggap
mansukh, demikian pula setiap hadits yang menyelisihi madzhab kami harus
ditakwil atau dianggap mansukh.” [94]
92 Ad-Durrul Mukhtar ma’a Raddil Mukhtar I/48-49, dinukil dari Majalah al-Furqon
(Universitas Ibnu Taimiyah India), no. 5, Jumadil Ula-Jumadil Akhirah, 1422 H, hal. 47,
artikel berjudul Ta’ashub al-Madzhabi wa Ta’riiful Ahaadits an-Nabawiyah wa
Mukholatatuha al-Qobiihah oleh Syaikh Zhillurrahman at-Taimi.
93 Lihat Zawabi’ fi Wajhi Sunnah Qadiman wa Haditsan karya Syaikh Sholahudin Maqbul
Ahmad, (terj.) “Bahaya Mengingkari Sunnah”, Pustaka Azzam hal. 242.
|| 102 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqolani di dalam Fathul Baari` (IV/361-
367) menjelaskan bahwa sebagian pengikut madzhab Hanafi
mencela Abu Hurairoh berkenaan dengan hadits al-Mushorroh
karena bertentangan dengan madzhab mereka. Bahkan mereka
membuat hadits palsu tentang keutamaan Abu Hanifah
sebagaimana dipaparkan oleh Muhammad bin Hibban al-Busthi
(w. 354 H.) yang berkata :
”Ma’mun bin Ahmad as-Sulami meriwayatkan dari Ahmad bin Abdullah bin
Ma’dan al-Azadi dar i Anas dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, beliau
bersabda : ”Akan ada di tengah ummatku seorang lelaki yang disebut dengan
Muhammad bin Idris yang lebih berbahaya dari umatku daripada Iblis. Akan ada
seorang lelaki di tengah umatku seorang lelaki yang bernama Abu Hanifah, dia
adalah pelita bagi ummatku.” [95]
Ibnu Hibban berkomentar di dalam al-Majruhin (III/4546) :
”Ma’mun bin Ahmad as-Sulami adalah seorang yang zhahirnya bermadzhab
Karamiyah namun tidak diketahui secara pasti bathinnya.”
Al-Hakim berkata di dalam ash-Shahih ilal Madkhol (III/45-46A) :
94 Bid’atut Ta’ashshub al-Madzhabi hal. 327 oleh Muhammad Ied Abbasi dan Tarikh at-
Tasyri’ al-Islami hal. 337 oleh al-Khudari. Dinukil dari Majalah al-Furqon (Universitas Ibnu
Taimiyah India), no. 5, Jumadil Ula-Jumadil Akhirah, 1422 H, hal. 47, ar tikel ber judul
Ta’ashub al-Madzhabi wa Ta’riiful Ahaadits an-Nabawiyah wa Mukholatatuha al-Qobiihah
oleh Syaikh Zhillurrahman at-Taimi.
95 Al-Majruuhin, Ibnu Hibban (III/46), al-Madkhol ila ash-Shahih, al-Hakim (hal. 216), Tarikh
al-Baghdad (XIII/335), al-Maudhu’at (II/48-49), Mizanul I ’tidal (III/430) dan Lisanul Mizan
(V/8). Lihat Zawabi’ fi Wajhi Sunnah Qadiman wa Haditsan karya Syaikh Sholahudin
Maqbul Ahmad, (terj.) “Bahaya Mengingkari Sunnah”, Pustaka Azzam hal. 277-278
|| 103 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
”Ma’mun adalah seorang pendusta. Ia meriwayatkan hadits-hadits maudhu’ dari
ulama tsiqot kemudian ia menyebutkan hadits ini.”
Dan seluruh ulama muhaddits bersepakat akan kepalsuan hadits
ini, namun orang-orang ajam (non Arab) menerima kebohongankebohongan
ini dan merekayasa jalur riwayatnya. Al-Allamah
Abdurrahman al-Mu’allimi al-Yamani berkata :
”Orang-orang ajam menerima kebohongan ini dan merekayasa jalur riwayat
untuknya. Kemudian para ulama Hanafiyah menerimanya dan menjadikannya
sebagai Hujah.”
Namun anehnya, diantara orang yang diklaim sebagai ahli hadits
yang menerima riwayat ini adalah Muhammad Zahid al-Kautsari
al-Jahmi (w. 1371 H), seorang yang mengumpulkan segala
bentuk kebid’ahan di dalam dirinya. Telah lewat penjelasan
tentangnya di artikel bantahan saya ”Pembelaan Terhadap Al-
Imam Al-Albani”. Sebagai tambahan dan perlu diketahui, bahwa
al-Kautsari ini juga menuduh al-Imam Bukhari sebagai Murji’ah
(dalam kitabnya yang berjudul at-Ta'nib hal. 48), dia juga
mencela habis-habisan hanya untuk membela Abu Hanifah para
ulama ummat seperti Sufyan ats-Tsauri, Abu Ishaq al-Fazari, al-
Humaidi, Ahmad bin Hanbal dan selainnya. [96]
96 Lihat penjelasan lengkap kesesatan al-Kaustari di dalam Zawabi’ f i Wajhi Sunnah
Qadiman wa Haditsan karya Syaikh Sholahudin Maqbul Ahmad, ( terj.) “Bahaya Mengingkari
Sunnah”, Pustaka Azzam hal. 283-286
|| 104 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Sungguh al-Imam al-Humam Nu’man bin Tasbit Abu Hanifah
rahimahullahu sendiri berlepas diri darinya, beliau berkata :
”Ini adalah pendapat an-Nu’man bin Tsabit dari dirinya sendiri. Pendapat ini lebih
baik dari yang bisa aku tetapkan. Barangsiapa yang datang dengan pendapat
lebih baik, maka pendapatnya lebih utama untuk dibenarkan.” [97]
Imam Abu Hanifah, Abu Yusuf dan Za’far berkata :
”Tidak halal bagi seorangpun berpendapat dengan pendapat kami sampai ia
mengetahui dari mana kami mengambil pendapat kami.” [98]
Sungguh, Muhammad Zahid al-Kautsari ini menghimpun
kesesatan ahli bid’ah dan ahli ahwa’ dengan mendahulukan
fanatik madzhabinya ketimbang hadits-hadits nabi yang mulia.
Syaikh al-Allamah Mu’allimi al-Yamani telah membantah dirinya
secara ilmiah di dalam kitab at-Tankil bima fi Ta'nibil Kautsari
minal Abathil dan Thali’ah at-Tankil, demikian pula Syaikh
Muhammad Abdurrazaq Hamzah[99] dalam Risalah fir Raddi ’ala
97 I’lamul Muwaqqi’in (I/75) oleh Ibnul Qoyyim, Hujjatul Balighoh (I/157) dan al-Inshaf (hal.
104) oleh ad-Dihlawi. dinukil dari Majalah al-Furqon (Universitas Ibnu Taimiyah India), no. 5,
Jumadil Ula-Jumadil Akhirah, 1422 H, hal. 47, ar tikel berjudul Ta’ashub al-Madzhabi wa
Ta’riiful Ahaadits an-Nabawiyah wa Mukholatatuha al-Qobiihah oleh Syaikh Zhillurrahman
at-Taimi.
98 I’lamul Muwaqqi’in (II/210-211) oleh Ibnul Qoyyim, Hujjatul Balighoh (I/185). dinukil dari
Majalah al-Furqon (Universitas Ibnu Taimiyah India), no. 5, Jumadil Ula-Jumadil Akhirah,
1422 H, hal. 47, ar tikel berjudul Ta’ashub al-Madzhabi wa Ta’riiful Ahaadits an-Nabawiyah
wa Mukholatatuha al-Qobiihah oleh Syaikh Zhillurrahman at-Taimi.
99 Syaikh Muhammad bin Abdirrahman bin Abdirrazaq Hamzah adalah seorang imam
Haram al-Madini, pembela Sunnah dan penghancur bid’ah, orang yang membenci taklid
buta dan mencintai ittiba’ kepada sunnah nabi. Beliau pernah menimba ilmu dar i Sayyid
Rasyid Ridha dan Syaikhul Azhar asy-Syaikh Salim al-Bisyri rahimahumallahu. Beliau
|| 105 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Kautsari dan al-Muqobalah bainal Huda wadh Dhalal, Muhaddits
al-Ashr Muhammad Nashirudin al-Albani dalam Muqoddimah
Syarh ath-Thahawiyah, Syaikh Zuhair asy-Syawisy dalam Hasyiah
(catatan kaki)-nya terhadap Syarh Aqidah ath-Thahawiyah dan
Syaikh Ahmad bin Muhammad Shiddiq al-Ghumari dalam
Bayaanu Talbiis al-Muftari Muhammad Zahid al-Kautsari.
Asy-Syaikh asy-Syamsu as-Salafi al-Afghoni menulis sebuah
artikel yang berjudul al-Kautsari wal Kautsariyah yang dimuat di
majalah al-Asholah (no 25-26/Dzulqo’dah/1415/th.III/hal.102-
118) yang berisi aqidah sesat al-Kautsari dan para pembebeknya
yang beliau nukil dari kitab al-Kautsari sendiri, terutama dari
kitab Maqoolat al-Kautsari yang masyhur. Berikut ini saya
adalah sahabat akrab dari Imam al-Haram al-Makki, Syaikh Abduzh Zhahir Abul Samhi
rahimahullahu. Beliau pernah mengajar di Ma’hadil ‘Ilmi as-Su’udi yang saat itu merupakan
lembaga terbesar di Saudi. Diantara pengajar ma’had itu saat itu adalah Syaikh Abdurrazaq
Afifi, Syaikh Abdurrahman al-Wakil, Syaikh Muhammad Ali Abdurrahim dan selain mereka
dari para ulama Ansharus Sunnah al-Muhammadiyah rahimahumullahu. Beliau
direkomendasikan untuk mengajar di Ma’hadil ‘Ilmi oleh Samahatu Mufti asy-Syaikh
Muhammad bin Ibrohim Alu Syaikh rahimahullahu. Beliau adalah seorang alim jalil yang
senantiasa mengkhidmatkan waktunya untuk menyebarkan ilmu dan sunnah. Karangannya
menjadi saksi atas kedalaman ilmunya dan kesungguhannya di dalam membela sunnah
dan menumpas kesesatan. Selain dua karangan yang telah disebutkan di atas, beliau juga
memiliki karangan sebagai berikut : As-Syawahid wan Nushush Raddu fiihi ’ala Aro’ii
Abdullah al-Qoshimi, Zhulumaati Abu Royyah, ’Unwaanun Najdi fi Taarikhin Najdi,
Risaalatut Tauhid lil Imam Ja’far ash-Shadiq, Mawariduzh Zham’aan ila Zawa’id Ibni
Hibban, al-Baa’itsul Hatsiits ila Fannil Hadits, Ta'liqot ’ala Hamawiyyatil Kubra, Ta'liqoot ’ala
Risaalatith Tholaq lisyaikhil Islam, Ta'liqot ’alal Kaba`ir lidz Dzahabi, dll. Beliau wafat pada
tahun 1392 H. Atau 1972 M. setelah menderita sakit keras semenjak tahun 1965. Semoga
Allah merahmati beliau dan membalas segala khidmatnya dengan surga-Nya kelak dan
menerangi kuburnya ser ta menjauhkan dirinya dari siksa kubur dan siksa neraka. (Lihat
Majalah at-Tauhid (Ansharus Sunnah al-Muhammadiyah Mesir), tahun ke-25, no. 6)
|| 106 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
nukilkan sebagian isi artikel tersebut yang menghimpun
kesesatan dan kesyirikan ajaran al-Kautsari kepada ummat,
diantaranya adalah :
1. Memperbolehkan membangun kubah dan masjid di atas kubur
karena hal ini merupakan perkara yang telah diwariskan.
(Maqoolat al-Kautsari hal. 156-157).
2. Tidak memperbolehkan menghancurkan kubah atau masjid
yang dibangun di atas kuburan yang mana hal ini merupakan
hal yang telah diwariskan kepada ummat. (idem)
3. Bolehnya sholat di pekuburan dan dia memperbolehkan sholat
di Masjid yang dibangun padanya kuburan orang yang sholih
dengan maksud bertabaruk dengan peninggalanpeninggalannya
(atsar), dan menganggap do’a menjadi ijabah
di sana... (hal. 157)
4. Menganggap Nabi memberikan syafa’at di alam barzakh dan
mengetahui permintaan orang yang meminta, dan dia juga
berdalil dengan mimpi-mimpi (hal. 389)
5. Menganggap Nabi mengetahu ilmu al-Lauh dan al-Qolam (hal.
373).
6. Meniadakan kebanyakan sifat-sifat bagi Allah dan merubah
nash shifat menjadi sifat yang dianggap kurang menyerupai
manusia, hewan, benda mati dan sebagainya. (tersebar dalam
hampir semua karangannya).
|| 107 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
7. Memperbolehkan ziarah ke kuburan untuk bertabaruk dan
berdo’a di sampingnya dan menyakini keijabahannya
sebagaimana juga boleh siarah ke kuburan untuk meminta
tolong kepada mayat dalam rangka memperoleh kebaikan dan
menjauhkan dari bencana. (hal. 385)
8. Berkeyakinan bahwa arwah para wali turut memberi andil
dalam mempengaruhi alam semesta dan bahkan turut serta di
dalam pengaturannya (hal. 382).
9. Bolehnya menyeru Rasulullah setelah meninggalnya beliau
dalam rangka menjauhkan dari kesukaran dan ia mengaku hal
ini merupakan warisan dari para sahabat radhiallahu 'anhum
(hal. 391).
10. Memperbolehkan bertawasul dengan dzat wali baik hadir
maupun ghaib ataupun pasca wafatnya. (hal. 378-380 dan
386)
11. Bertawasul dengan do’anya orang yang masih hidup bukan
dianggapnya sebagai tawasul baik ditinjau dari sisi bahasa
maupun syar’i.
12. Boleh mempergunakan lafazh isti’anah dan istighotsah ketika
bertawasul.
|| 108 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
13. Mencela hadits-hadits Bukhari-Muslim yang menyelisihi
madzhabnya [100]
14. Banyak menukil ucapan-ucapan penghulu kesesatan filsafat
semacam ar-Razi, at-Taftazani, al-Jurjani dan selainnya.
Inilah dia guru Hasan Ali as-Saqqof penulis Tanaqudhaat al-Albani
al-Wadhihah yang dinukil oleh si mudzabdzab al-Hizbi ini. Selain
itu, al-Kautsari juga guru dari Habiburrahman al-A’zhami yang
bersembunyi di balik nama Arsyad as-Salafi, Abdul Fattah Abu
Ghuddah al-Asy’ari al-Maturidi[101], Ahmad Khoiri al-Hanafi al-
Maturidi al-Quburi al-Khurof i[102], Ridwan Muhammad al-Mishri al-
Khurofi dan selainnya.
Syaikh Sholahudin Maqbul Ahmad, seorang muhaddits India
memberi peringatan sebagai berikut :
”Sesungguhnya murid-murid al-Kautsari ini –secara Aqidah dan manhajmenghembuskan
pemikiran-pemikiran yang beracun. Maka merupakan kewajiban
para ulama pembela sunnah dan para penuntut ilmu yang mumpuni untuk
menyingkap hakikat dan syubuhat mereka, membedah makar-makar busuk
100 Hal ini disingkap habis pengkhianatan pendhaifannya oleh penulis (Syaikh asy-Syamsu
al-Afghoni) di dalam kitabnya al-Maturidiyah III/244-245
101 Seorang yang didaulat oleh Ikhwanul Muslimin sebagai ahli hadits dan syaikh asy-
Syamsu al-Afghoni memiliki kitab yang membantah penyimpangannya di dalam kitab al-
’Umdah likasyf il Astaar ’an Asroori Abi Ghuddah dan Fadhilatus Syaikh Bakr Abu Zaed juga
menulis Baro’atu Ahlus Sunnah minal waqii’ati f i Ulama`il Ummah yang juga menyingkap
hakikat Abu Ghuddah
102 pemahamannya dekat dengan Rofidli dan Bathiniy, pencela dan pembenci Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah dan penulis biografi al-Kautsari dalam kitabnya al-Imam al-Kautsari,
Muhammad Yusuf al-Banuri ad-Deobandi ash-Shufi
|| 109 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
mereka dan membongkar maksud-maksud jelek mereka, agar ummat tidak
terjerat ke dalam perangkap-perangkap mereka yang penuh tipu daya dengan
nama-nama dan gelar-gelar yang mentereng.” [103]
Saya katakan : Sungguh benar apa yang dikatakan oleh Syaikh
Sholah Maqbul, bahwa bahaya yang ditularkan oleh murid-murid
al-Kautsari ini sangat virulen dan infeksius, terbukti bahwa ”al-
Mudzabdzab” sendiri telah terinfeksi oleh virus Kautsariyah ini
dan menjadikannya sebagai argumentasi dan hujjah di dalam
memerangi ahlus sunnah. Sungguh tepat kiranya syair di bawah
ini menggambarkan keadaan dirinya :
و من جعل الغراب له دليلا يمر به على جيف الكلاب
Barangsiapa yang menjadikan burung gagak sebagai dalil
Maka ia akan membawanya melewati bangkai-bangkai anjing
BENARKAH MEREKA PARA ULAMA PEMBELA ISLAM?!
Saya lanjutkan menukil penyebutan al-Mudzabdzab terhadap
kitab-kitab dan ulama yang berlawanan dengan Syaikh al-Albani,
dia menyebutkan diantara ulama yang membantah Syaikh al-
Albani rahimahullahu :
1. Ulama Ahli Hadits India, Habiburrahman al-Azhami yang menulis kitab Al-Albani
Syudzudzuhu wa Akhtha’uhu (Keganjilan dan kekeliruan Albani) dalam 4 jilid.
103 Lihat Zawabi’ f i Wajhi Sunnah Qadiman wa Haditsan karya Syaikh Sholahudin Maqbul
Ahmad, (terj.) “Bahaya Mengingkari Sunnah”, Pustaka Azzam hal. 290.
|| 110 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
2. Ulama Siria yaitu DR. Muhammad Said Ramadhani al-Buthi yang mengarang al-
Laamadzhabiyyah Akhtaru Bid’at in Tuhaddidu asy-Syari’atal Islamiyyah (Tidak
bermadzhab bid’ah terbahaya yang menentang Syariat Islam) dan kitab As-
Salafiyyatu Marhalatun Zamaniyyatun Mubarakatun La Madzhabun Islamiyyi
(Salafiyah adalah tahapan zaman yang penuh ber kah bukan madzhab Islami)
3. Ulama Ahli Hadits Maroko yaitu Abdullah bin Shiddiq al-Ghumari yang menulis
Irghamul Mubtadi’ al-Ghabi bi Jawazit Tawassul bin Nabiy fir Raddi ’ala al-Albani
al-Wabi (Pukulan Terhadap Pelaku Bid’ah yang Dungu Tentang Bolehnya
Bertawasul Dengan Nabi Sebagai Bantahan Terhadap Albani Yang Jahat), al-
Qoulul Muqni’ fir Raddi ’ala al-Albani al-Mubtadi’ (Perkataan Yang Terang Di
Dalam Membantah Albani Si Pelaku Bid’ah) dan Itqaan as-Sun’ah fi Tahqiqi
Ma’nal Bid’ah (Aktivitas Yang Mulia di dalam Penelitian Makna Bid’ah)
4. Abdul Aziz bin Muhammad bin Shiddiq al-Ghumari yang menulis Bayaanu Naqdul
Naaqish al-Mu’tadi (Penjelasan Tentang Kritikan Terhadap Penentang Yang
Lemah).
5. Ulama Siria yaitu Abdul Fattah Abu Ghuddah yang menulis ar-Radd ’alal Abaathil
wa iftiraa`at Nashir Albani wa Shahibihi Zuhair asy-Syawisy wa Mu’azirihima
(Bantahan Terhadap Kebatilan dan Kedustaan Nashir Albani dan Sahabat
Lamanya Zuhair Syawisy dan Para Pengikut Keduanya).
6. Ulama Mesir yaitu Muhammad Awwama yang menulis Adabul Ikht ilaaf (Etika
Bertikai).
7. Ulama Mesir yaitu Mamduh Sa’id Mamduh yang menulis Wushul at-Tahani bi
Itsbaati Sunniyat as-Subhah war Radd ’alal Albani (Meraih Cahaya Manfaat dan
Ketetapan Sunnahnya Tasbih dan Bantahan Terhadap Albani) dan Tanbiihul
Muslim ila Ta'addil Albani ’ala Shahih Muslim (Peringatan Terhadap Muslim
Tentang Kelancangan Albani Terhadap Shahih Muslim).
|| 111 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
8. Ahli Hadits Saudi yaitu Ismail Muhammad al-Anshari yang menulis Ta'aqqubaat
’ala Silsilat il Ahaadits adl-Dlaaifah wal Maudlu’ lil Albani (Kerancuan Silsilah
Hadits-Hadits Lemah dan Palsu Karya Albani), Tashhih Sholaat it Taraawih
Isyriina Rak’atan war Raddu ’alal Albani fi Tadl’ifihi (Pensahihahan Sholat Tarawih
20 Raka’at dan Bantahan Terhadap Albani Atas Pendhaifannya) dan Ibaahatut
Tahalli bidz Dzahab al-Muhallaq lin Nisaa’ war Raddu ’alal Albani f i Tahriimihi
(Bolehnya Memakai Emas Melingkar Bagi Wanita dan Bantahan Terhadap Albani
Atas Pengharamannya).
9. Ulama Siria yaitu Badruddin Hasan Diab yang menulis Anwaarul Mashaabih ’ala
Zhulumaatil Albani fi Shalat it Tarawih (Pelita Penerang Terhadap Kegelapan
Albani Di Dalam Masalah Shalat Tarawih).
10. Direktur Urusan Keagamaan di Dubai, yaitu Isa bin Abdullah bin Mani’ al-Himyari
yang menulis al-I’lam bil Istihbaabi Syaddur Rihaal li Ziyaarati Qobri Khayral
Anaam Shallallahu 'alaihi wa Sallam (Penjelasan Tentang Bolehnya Bepergian
Jauh Dalam Rangka Berziarah ke Kubur Manusia Terbaik Shallallahu 'alaihi wa
Sallam) dan al-Bi’datul Hasanah Ashlun Min Ushulut it Tasyri’ (Bid’ah Hasanah
adalah Pokok dari Pokok-Pokok Dasar Pensyariatan).
11. Menteri Urusan Islam dan Keagamaan di Uni Emirat Arab yaitu Muhammad bin
Ahmad al-Khazraji yang menulis sebuah ar tikel berjudul al-Albani : Tatharuffatuhu
(Al-Albani : keekstrimannya)
12. Ulama Siria yaitu Firad Muhammad Walid Ways dalam kitabnya Ibnul Mulaqqin
yang berjudul Sunniyatul Jum’ah al-Qobliyah (Sunnahnya Sholat Qabliyah
Jum’at).
13. Ulama Siria yaitu Samir al-Istanbuli yang menulis al-Ahad, al-Ijma’ wan Naskhu
14. Ulama Yordania yaitu Hasan Ali as-Saqqof yang menulis 2 jilid buku ber judul
Tanaqudlaat al-Albani al-Wadlihah fima waqo’a fi tashiihil Ahaadits wa tadl’ifiha
minal Akhtho’ wal Gholath (Kontradiksi Nyata Albani Di Dalam Kekeliruan dan
|| 112 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Kesalahan Pensahihan dan Pendhaifan Hadits-Hadits), Ihtijaajul Kha’ib bi Ibaarat i
Man-idda’al Ijma’ fahuwa Kaadzib (Pendalilan Yang Lemah Terhadap Ungkapan
Barangsiapa Yang Mengaku Adanya Ijma’ Maka Dia Telah Berdusta), al-Qoulu
ats-Tsabt f i Shiyaami Yawmis Sabti (Ucapan Yang Mantap Tentang Berpuasa
Pada Hari Sabtu), al-Lajif adh-Dhu’af al-Mutala’ib bi Ahkamil I’t ikaaf (Pukulan
Yang Mematikan Bagi Orang-Orang Yang Bermain-Main Dengan Hukum I ’tikaf),
Shahih Shifatus Sholatin Nabi, I’lamul Kha’id bi Tahrimil Qur’an ’alal Junub wal
Ha’idl (Penjelasan Yang Terang Tentang Haramnya al-Qur’an Bagi Orang Yang
Junub dan Haidh), Shahih Syarh Aqidah ath-Thohawiyah.
Setelah mencomot nukilan-nukilan di atas, si Mudzabdzab ini
berkomentar :
Alhamdulilah, telah bangkit para ulama pembela Islam untuk meluruskan
penyimpangan-penyimpangan yang disebarkan oleh ’orang yang tidak ber tanggung
jawab’, sehingga ummat ini tetap dalam jalan yang sesuai dengan al-Haq yaitu al-
Kitab dan as-Sunnah
Saya Jawab : Wahai Mudzabdzab... perhatikanlah sebentar lagi
hakikat orang-orang yang kau sebut sebagai ”para ulama
pembela islam”. Wahai mudzabdzab!!! Sungguh akan kembali
ucapanmu di atas kepadamu sendiri dan kelompokmu yang kau
puja dan kau puji, dan sesungguhnya perkataanmu ’orang yang
tidak bertanggung jawab’ yang engkau beri tanda petik di
atasnya itu hakikatnya adalah mereka yang kau nukil ucapannya.
Orang-orang yang kau katakan sebagai pembela Islam akan
tampak hakikatnya sebentar lagi –insya Allah-. Dan jalan yang
|| 113 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
kau katakan dengan al-Haq adalah jalan yang kau klaim dengan
kebodohanmu belaka tanpa ada buktinya...!!!
Pembaca budiman, sesungguhnya Mudzabdzab ini hanya menukil
dan mencomot begitu saja dari website pembenci dakwah
salafiyah dan ulamanya. Saya katakan demikian, karena tulisan
yang ia nukil dalam format transliterasi Arab ke Inggris dan
dalam terjemahan dari versi Inggris, dan itupun dia banyak sekali
melakukan kengawuran di dalam menterjemahnya. Berikut ini,
akan kita kupas tuduhan-tuduhan si mudzadzab yang jahil ini -
dan pembaca insya Allah akan menemukan kejahilannya yang
amat sangat sebentar lagi, yang hal ini menunjukkan kejahilan
syabab Hizbut Tahrir terhadap dien ini, kepandaian orang ini
hanyalah bermain kata-kata dan pengkhianatan ilmiah.-
Berikut ini hakikat orang-orang yang dia katakan sebagai ulama
pembela Islam dan dia gelari dengan Imam dan ulama hadits[104]:
Habiburrahman al-A’zhami al-Hindi (Arsyad as-Salafi)
Syaikh Sholahudin Maqbul Ahmad berkata di dalam kitab beliau
yang bermutu yang berjudul Zawabi’ fi Wajhi Sunnah Qadiman
wa Haditsan (terj. Bahaya Mengingkari Sunnah, pent. Pustaka
104 Telah hadir sebuah buku yang bermanfaat dari al-Akh al-Ustadz Abu ‘Ubaidah Yusuf as-
Sidawi, yang berjudul “Syaikh Al-Albani Dihujat”, diterbitkan oleh Pustaka Abdullah Jakar ta.
Buku ini ditulis untuk membantah tuduhan Prof. Ali Mustofa Ya’qub yang juga turut
menuduh Syaikh al-Albani. Bacalah buku ini karena besar faidah dan manfaatnya.
|| 114 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Azzam) di dalam bab “Kesewenang-wenangan Orang-Orang Yang
Bertaklid Atas Hadits-Hadits Nabi” yang menjelaskan tentang
bahaya orang-orang yang fanatik madzhab terhadap hadits nabi,
yang kebanyakan mereka jika menemui hadits yang sesuai
dengan madzhab imam yang mereka ikuti maka mereka gembira
bercampur bangga. Namun jika hadits tersebut bertentangan
dengan madzhab imam mereka dan sesuai dengan madzhab
lainnya, maka mereka marah. Syaikh Sholahudin di dalam
hasyiah (catatan kaki)nya mengomentari dan menjelaskan
perkataan tersebut sebagai berikut :
”Sikap ini terlihat pada diri tokoh- tokoh di kalangan mereka apalagi di kalangan
umum (awam). Contoh yang paling dekat adalah sikap Syaikh Habiburrahman al-
A’zhami al-Hanafi al-Hindi. Ia tumbuh dalam pengabdian kepada sunnah nabi
sampai usia 60 tahun lebih. Ia juga mentakhrij buku-buku hadits lebih dari 40 jilid.
Akan tetapi sikap fanatiknya tidak berubah, sehingga usahanya itu tidak berguna,
kecuali ia hanya menegakkan hujjah atas dirinya sendir i. Kami memohon
keselamatan kepada Allah!”
Berikut ini akan kami sampaikan satu contoh dari masalah tersebut :
Seseorang yang menelaah tahqiiqot (penelitian-penelitian) Syaikh al-A’zhami,
dapat melihat dengan jelas bahwa di banyak kesempatan al-A’zhami tidak lebih
mengatakan, ”Demikianlah yang terdapat di dalam manuskrip”. ”Demikianlah
yang terdapat di dalam al-Majma”. Akan tetapi, ketika disebutkan kepadanya
riwayat Barra’ bin ’Azib mengenai tidak mengangkat kedua tangan di dalam sholat
kecuali satu kali dalam Mushanaaf Abdirrazaq (III/71), ia memberikan komentar
tidak seper ti biasanya hingga mencapai 11 baris kalimat sebagai berikut :
|| 115 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
”Semoga Allah merahmati. Di antara mereka adalah Imam Turmudzi.
Fanatismenya terhadap gurunya, Imam Bukhari, tidak membawanya
kepada penyimpangan dari kebenaran. Sungguh ia menyatakan hasan
hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud, kemudian ia mengumumkan
bahwa ia berpedoman pada hadits tersebut. Hadits ini juga menjadi
pedoman banyak ulama...”
Padahal sebelum riwayat itu sudah ada sekitar 10 riwayat tentang mengangkat
kedua tangan di dalam sholat. Tetapi al-A’zhami tidak lapang dada terhadap
riwayat-riwayat tersebut, seper ti ketika ia bersikap lapang dada terhadap riwayat
ini dengan memberikan komentar. Ia mengisyaratkan penyimpangan Bukhari dari
kebenaran.
Di samping itu, ketika disebutkan riwayat al-Humaidi dengan jalur riwayat Salim
bin Abdullah, dar i bapaknya, ia berkata,
”Aku melihat Rasul Shallallahu 'alaihi wa Sallam apabila beliau memulai
sholat beliau mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua
bahunya. Apabila beliau ingin ruku’ dan setelah bangun dari ruku’, maka
beliau tidak mengangkat kedua tangannya dan tidak juga ketika bangkit
di antara dua sujud.” (Musnad al-Humaidi II/227).
Al-A’zhami mengomentari riwayat ini sebagai ber ikut :
”Dalam riwayat al-Humaidi, Nabi tidak mengangkat kedua tangannya
ketika hendak ruku dan bangkit dari ruku, dan tidak pula ketika bangkit
dari duduk antara dua sujud semuanya. Semua ahli hadits tidak ada
yang menentang riwayat Humaidi ini!”
Bagaimana ahli hadits menentang sedangkan riwayatnya telah dirubah dalam
naskah yang menjadi pegangan al-A’zhami dalam komentarnya terhadap riwayat
|| 116 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
tersebut. Adapun dalam naskah azh-Zhahiriyah –yang ia sendiri mengakui telah
membandingkannya- berbeda dengan musnad yang telah dicetak, yaitu dengan
lafazh
”Apabila beliau memulai sholat beliau mengangkat kedua tangannya
sejajar dengan kedua bahunya, apabila beliau ingin ruku’ dan setelah
bangun dari ruku’, dan beliau tidak mengangkat kedua tangannya ketika
bangkit di antara dua sujud.”
Begitulah perilaku orang fanatik. Herannya, bagaimana mereka bisa bersikap
lapang dada terhadap riwayat yang diputarbalikkan tapi mendukung pendapatnya
ini, sebaliknya mereka tidak suka riwayat yang ber tentangan dengan
pendapatnya. Kita ber lindung kepada Allah dari perubahan ini dan dari sikap ridha
terhadap perubahan dalam hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam. [105]
Jika para pembaca mau, silakan membaca secara lengkap sejarah
perubahan hadits baik yang terjadi pada Mustadrak al-Hakim,
Sunan Abu Dawud, Mushonnaf Ibnu Abi Saibah dan selainnya di
dalam kitab Syaikh Sholahudin Maqbul Ahmad ini (Bahaya
Pengingkaran Sunnah) hal. 253-272. Di dalam bab ini, para
pembaca akan diajak ber’tamasya’ oleh Syaikh Sholahudin di
dalam melihat pengkhinatan para fanatikus madzhabi di dalam
merubah sunnah nabawiyah agar sesuai dengan madzhabnya.
Nas’alullaha salaamah wal ’aafiyah.
105 Lihat Zawabi’ f i Wajhi Sunnah Qadiman wa Haditsan karya Syaikh Sholahudin Maqbul
Ahmad, (terj.) “Bahaya Mengingkari Sunnah”, Pustaka Azzam hal. 250-251.
|| 117 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Perlu para pembaca budiman ketahui, bahwa Habiburrahman al-
A’zhami al-Hanafi ini di kalangan muhadditisin India dikenal
sebagai orang fanatik terhadap madzhab Hanafiyah dan mudallis
(gemar menyembunyikan kebenaran). Muhadditsin India dari
Jum’iyyah Ahlil Hadits semacam Syaikh Ubaidillah ar-Rehmani,
Syaikh Abdul Hamid ar-Rehmani, Syaikh Shaf iyurrahman al-
Mubarakfuri (baca : al-Mabarkapuri), Syaikh Abul Qasim al-
Benaresi, Syaikh Muhammad Isma’il as-Salafi, Syaikh Abul Kalam
Azad, Syaikh Muhammad Sulaiman al-Mansurpuri, Syaikh
Badi’udin Syah ar-Rasyidi, Syaikh Muhammad Mustofa al-A’zhami
dan lain-lain tidak mentazkiyah Habiburrahman bahkan sebagian
mereka membantah syudzudz (keganjilan)-nya karena lebih
mendahulukan madzhab daripada hadits Nabi yang mulia.
Bahkan Syaikh Albani mengomentari Habiburrahman sebagai
berikut :
”...Salah seorang musuh Sunnah dan musuh penyeru Tauhid, Syaikh
Habiburrahman al-A’zhami yang bersembunyi di balik nama samarannya Arsyad
as-Salafi, karena dia tidak punya keberanian dan takut berpolemik secara ilmiah
dan beradab. Ini dia lakukan di dalam karyanya yang berjudul Al-Albani
Syudzudzuhu wa Akhtha’uhu.”[106]
Syaikhuna al-Fadhil, Salim bin Ied al-Hilali dan Ali Hasan al-
Halabi haf izhahumallahu telah membantah Habiburrahman al-
106 Lihat Muqoddimah Adabuz Zifaf f is Sunnatil Muthohharoh, ter j. “Panduan Pernikahan
Cara Nabi”, penerbit Media Hidayah, hal. 13.
|| 118 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
A’zhami ini di dalam dua jilid karya mereka yang berjudul ar-
Raddul ’Ilmiy ’ala Habibirrahman al-A’zhami –dan Insya Allah
akan dicetak jilid ketiganya-. Demikianlah keadaan
Habiburrahman al-A’zhami yang menulis Al-Albani Syudzdzuhu
wa Akhtha’uhu, yang dicomot oleh Mudzabdzab al-Hizbi.
Kemudian muncul di benak saya, apakah gerangan yang
melandasi si Mudzabdzab ini menghimpun bantahan
Habiburrahman ini?? Kenapa dia tidak menukilnya dengan
mencukupkan dari tokoh atau ulama Hizbut Tahrir saja?!
Ternyata, jawabannya sangat jelas ketika kita telah melihat
simpul benang merah yang tinggal ditarik saja, yaitu :
1. Hizbut Tahrir tidak memiliki satupun ulama hadits. Dan ini
adalah realita! karena Hizbut Tahrir tidak memiliki tahqiqot,
ta'liqot maupun takhrijat terhadap kitab ulama hadits. Bahkan
menurut mereka, kodif ikasi ilmu hadits saat ini bukanlah cara
untuk menuju kebangkitan Islam sebagaimana dikatakan oleh
an-Nabhani rahimahullahu di dalam kitabnya yang berjudul
Nizhamul Islam. Adapun klaim Mudzabdzab yang menyebut
sebagian tokoh hizb semisal Fathi Salim, Samih ’Athifuzzain
dan selainnya sebagai muhaddits hanyalah isapan jempol
belaka. Akan datang keterangannya pada pembahasannya
insya Allah Ta'ala.
2. An-Nabhani dan mayoritas tokoh Hizb adalah Asy’ariyah
Maturidiyah, maka tidaklah heran jika mereka getol
|| 119 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
mengambil pendapat al-Kautsari, al-Hamid, Abu Ghuddah, al-
A’zhami dan semisal mereka[107]. Bahkan, Yusuf an-Nabhani
ash-Shufi, kakek Taqiyudin an-Nabhani al-Hanafi termasuk
pembesar hanafiyah berakidah shufiyah quburiyah. Yusuf an-
Nabhani ini memiliki karangan yang berjudul Syawahidul Haqq
yang dikomentari oleh Ustadz Tengku Hasbi ash-Shiddiqui
sebagai kitab suf iyah yang penuh dengan cercaan terhadap
ulama Ahlus Sunnah terutama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Al-Muhaddits Iraq, al-Allamah Mahmud Syukri al-Alusi telah
membantah Yusuf an-Nabhani ini. Dua simpul telah kita tarik
di sini, dan inilah mengapa mereka berserikat dengan as-
Saqqof murid al-Kautsari yang kedua-duanya pembenci
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Usut punya usut, ternyata
pendahulu Fanatikus Hanaf iyin yang bernama Ala`uddin
Muhammad bin Muhammad al-Bukhari al-Hanaf i (w. 841 H)
menuduh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dengan kekafiran.
Oleh karena itu, al-Allamah Muhammad bin Nashirudin ad-
107 Termasuk ad-Dajjal Hamim Nuh Keller ash-Shufi asy-Syaadzili al-Bid’i, pembesar
kesesatan dari Amerika yang pernah belajar di Yordania, yang mengklaim menimba ilmu
dari Syaikh Syuaib al-Arnauth dan mengaku mendapat tazkiyah dari pembesar sufi zaman
ini, Muhammad Alwi al-Maliki ghofarollahu lahu. Sikap permusuhan dan kebenciannya
terhadap ahlus sunnah sangat nyata, termasuk kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Saya
mendapatkan cercaannya di dalam forum situs sesat http://www.masud.co.uk/. Pemilik situs
ini bernama Mas’ud Ahmad Khan, keturunan India, penggila sufi dan kebid’ahan.
Waspadailah membaca dan apalagi mengambil ilmu dari pencinta kesesatan seper ti
mereka ini!!! Namun si ”Futtan Mudzabdzab” ini tampaknya menyukai website ini dan
merasa bahagia dengan isinya yang mencela dan mencerca Ahlus Sunnah, sebab dia dan
hizb-nya sendiri melangkah keluar dari barisan ahlis sunnah dan mengumpulkan semua
kesesatan di dalam bar isan dan pemikiran mereka. Wal Iyyadzubillah
|| 120 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Dimasyqi asy-Syafi’i membantah tuduhan Ala`uddin tersebut
di dalam kitab beliau yang masyhur yang berjudul ar-Raddul
Waf ir ’ala Man Za’ama Anna Man Summiya Ibn Taimiyah
Syaikhal Islam Kaaf ir (buku ini diterbitkan dengan tahqiq
Syaikh Zuhair asy-Syawisy diterbitkan oleh al-Maktab al-
Islamiy, Beirut). Bahkan syaikh Badruddin al-’Aini al-Hanafi
memuji kitab ini, karena beliau bukanlah termasuk fanatikus
madzhab Hanaf i dan beliau lebih mencintai sunnah nabi dan
al-Haq daripada taqlid dan ashobiyah.
3. si Mudzabdzab yang syabab Hizbut Tahrir ini dan kaum
shufiyah, jahmiyah, asy’ariyah dan firqoh sesat lainnya
berserikat di dalam membenci ahlus sunnah, ahlul hadits dan
ahlul atsar. Hal ini tampak sebentar lagi dengan dasar
referensi al-Mudzdzab al-Hizbi ini yang mencomot dari kitabkitab
sesat yang mengajarkan kesyirikan dan kebid’ahan
untuk mengantam dakwah tauhid yang dijuluki dakwah
Wahabiyah. Allahul Musta’an.
DR. Said Ramadhan al-Buthi
Satu lagi pembesar asy’ari sufi dikemukakan sebagai hujjah
untuk menghantam manhaj salaf dan ahlinya. Al-Buthi ini dikenal
dengan sikap permusuhannya terhadap Manhaj Salaf dan ahlinya.
Beliau menyatakan bahwa bermadzhab secara mu’ayan (spesifik)
adalah wajib dan menyatakan bahwa tidak bermadzhab adalah
|| 121 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
suatu kebid’ahan yang membahayakan agama, sebagaimana
tertuang di dalam kitabnya yang berjudul al-Laamadzhabiyyah
Akhtharu Bid’ah. Beliau juga menyatakan bahwa salaf iy bukanlah
manhaj, namun merupakan zaman penuh berkah belaka,
sebagaimana termaktub di dalam kitabnya as-Salaf iyatu
Marhalah Zamaniyah Mubarakah La Madzhab Islamiy, yang isinya
mencela penisbatan salaf iy dan membatalkan manhaj salaf dari
pokoknya. Tampaknya, al-Mudzabdzab al-Hizbi sepertinya
menukil pendapat al-Buthi ini ketika menyangkal tentang
eksistensi manhaj salaf di dalam risalah bantahannya yang ’gelap
gulita’. Insya Allah akan datang penjelasan dan bantahannya
pada pembahasannya.
Al-Buthi ini adalah seorang Asy’ariyah tulen dan pembela
madzhab Asy’ariyah. Hal ini tampak di dalam kitabnya yang
berjudul Kubro al-Yaqqiniyaat al-Kauniyah[108] namun beliau
melakukan kontradiksi dengan kitabnya terdahulu yang berjudul
al-Aqidah al-Islamiyah wal Fikru al-Mu’ashir yang menetapkan
manhaj salaf dengan menukil dari buku al-Ibanah ’an Ushulid
Diyaanah karya Imam al-Jalil Abul Hasan al-Asy’ari.
Berikut ini saya nukilkan kontradiksi al-Buthi dari kedua kitabnya
yang saya nukil dari Majalah al-Asholah (no. 12/15 Shofar
108 Baca perincian aqidah al-Buthi ghofarollahu lahu dari kitabnya Kubro al-Yaqiiniyaat ini
dan bantahannya di dalam Majalah al-Asholah, no. 11, 15 Dzulhijjah 1414, Tahun II, hal.
59-66. Para pembaca akan mengetahui hakikat aqidah beliau yang kontradiktif dengan
tulisan per tamanya, yaitu al-Aqidah al-Islamiyyah wal Fikrul Mu’aashir.
|| 122 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
1415/Tahun II/Yordania) di dalam artikel yang berjudul DR. al-
Buthi min Khilaali Kutubihi yang disusun oleh Syaikh Abu Abdillah
asy-Syaami.
Kubro al-Yaqqiiniyat al-Kauniyyah Al-Aqiidah wal Fikru al-Mu’ashir
Tentang Hadits Ahad
Hadits Ahad tidak dapat diperhitungkan
sebagai dalil membangun masalah aqidah
Beliau menukil dari dari Abul Hasan al-
Asy’ari bahwasanya tidak ada perbedaan
antara Mutawatir dan Ahad yang shahih
dari segi hujjah dan istidlal. Keduanya
membuahkan keyakinan dan Amal. Beliau
menganggap baik aqidah asy’ariyah dan
memujinya karena aqidah ini merupakan
aqidah mayoritas kaum muslimin dari para
ulama hadits dan fikih serta seluruh
sahabat dan tabi’in.
Tentang Kalamullah
Beliau berkata dengan khalqul Qur’an
(Pernyataan al-Qur’an makhluk) namun
dengan uslub filosofi dan pemahaman yang
rumit, yang beliau namai dengan kalam
nafsi atau majazi, dengan tetap
menetapkan sifat kalam bagi Allah, namun
Beliau menukil dari Abul Hasan bahwa al-
Qur’an adalah Kalamullah dan Abul Hasan
sendiri berpendapat dengan pendapatnya
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullahu
(yaitu mengkafirkan orang yang
menyatakan al-Qur’an makhluk dan
|| 123 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
hanya berupa lafazh belaka tanpa suara
dan huruf.
menetapkan suara dan huruf, pent.)
Menganggap syadz (ganjil) Imam Ahmad
bin Hanbal rahimahullahu dari Ahlis Sunnah
dalam masalah i’tiqod beliau tentang sifat
Kalam bagi Allah, bahwasanya kalam-Nya
dengan huruf dan suara.
Al-Buthi menetapkan keimaman Abul
Hasan dan memujinya. Beliau mengakui
keutamannya, kebenaran aqidahnya tanpa
perkecualian. Sedangkan kita
mendapatkan bahwa Imam Asy’ari sendiri
memuji, menghormati, memuliakan dan
menyanjung Imam Ahmad bin Hanbal,
sampai-sampai beliau mensifatinya sebagai
ar-Ra`is al-Kamil (Pemimpin yang
sempurna) dan al-‘Alim al-Fadhil, beliau
juga berpegang dengan ucapan dan
aqidahnya Imam Ahmad tentang sifat
Kalam bagi Allah, yaitu dengan huruf dan
suara.
Ketinggian Allah
Beliau mengingkari Allah berada di atas
makhluk-Nya, beristiwa di atas Arsy-Nya.
Menetapkan aqidah al-Imam Abul Hasan
al-Asy’ari bahwa Allah berada di atas
makhluk-Nya beristiwa di atas Arsy.
Sifat Allah
Meniadakan dan menakwilkan sifat Allah
yang Agung seperti Tangan, Wajah, Mata,
Menetapkan aqidah Imam al-Asy’ari dan
menyetujuinya yaitu menetapkan sifat
|| 124 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
dan lain sebagainya. sesuai dengan yang ditetapkan Allah pada
diri-Nya, yang tiada satupun yang serupa
dengan-Nya baik dari dzat-Nya maupun
sifat-Nya ser ta tidak pula perbuatan-Nya
yang Maha Suci lagi Maha Tinggi.
Mengingkari kebolehan isyarat bagi Allah
atau sifat al-Maji’ (kehadiran) dan al-Ityaan
(kedatangan) atau yang serupa dengannya.
Menetapkan aqidah Asy’ari yaitu
mengimani Allah di atas langit dengan
kebolehan isyarat kepada-Nya subhanahu.
Beliau juga menetapkan sifat al-Ityan dan
al-Maji’ sebagaimana Allah sendiri
mensifatkan-Nya di dalam firman-Nya :
”Dan datang (ja’a) Rabbmu dan malaikat
bershaf- shaf”.
Pencampuradukan olehnya antara
madzhab salaf dengan madzhab
mufawwidloh (menyerahkan makna sifat
tanpa menetapkannya sebagaimana
aqidahnya Hasan al-Banna, pent.)
Dirinya mengetahui madzhab salaf di selasela
nukilannya tentang aqidah asy’ariyah,
sedangkan perbedaan antara madzhab
salaf dengan mufawwidloh adalah sangat
terang seterang matahari di siang bolong.
Menganggap bahwa Mu’tazilah dan Ahlus
Sunnah bersepakat di dalam kemakhlukan
al-Qur’an, dan perbedaan diantara
keduanya hanyalah permasalahan
perbedaan lafazh belaka.
Beliau mengetahui bahwa aqidah Asy’ari
mengikut kepada Imam Ahmad
rahimahullahu, dan terdapat perbedaan
nyata dan mendasar antara ahlus sunnah
dengan mu’tazilah. Masalah ini seorang
penuntut ilmu pemula pun mengetahuinya.
|| 125 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
DR. Said Ramadhan al-Buthi pernah berdialog dengan Syaikh
Muhammad Nashirudin al-Albani dan muridnya, Syaikh
Muhammad Ied Abbasi[109] seputar masalah madzhabiyah. Al-
Buthi menulis sebuah buku yang mengharamkan bagi seorang
muslim untuk tidak bermadzhab yang tertuang di dalam kitabnya
yang berjudul al-Laamadzhabiyah Akhtaru Bid’ah Tuhaddidu asy-
Syarii’atal Islamiyyah. Syaikh Muhammad Ied Abbasi membantah
syubuhat dan argumentasi al-Buthi di dalam kitab beliau yang
berjudul Bid’atut Ta’ashshubil Madzhabi wa Atsaruha al-Khathirah
fi Jumudil Fikri wa Inhithaatil Muslimiin (Bid’ahnya fanatik
terhadap madzhab dan pengaruhnya yang berbahaya bagi
kebekuan pemikiran dan pembodohan kaum muslimin).
Di dalam kitab setebal lebih dari 350 halaman ini, syaikh
Muhammad Ied Abbasi memangkas kerancuan dan
kesalahkaprahan al-Buthi di dalam memandang wajibnya
bermadzhab secara spesifik/tertentu. Faham ini berangkat dari
pemahaman tentang tertutupnya pintu ijtihad pasca generasi
Imam yang empat dan pemilahan manusia di dalam agama ini
hanya menjadi dua, yakni imma seorang mujtahid atau imma
109 Hamim Nuh Keller ad-Dajjal menterjemahkan ke dalam bahasa Inggris secara tidak fair
dan penuh dengan pengkhiatan tentang dialog antara DR. al-Buthi dengan Syaikh
Muhammad Ied Abbasi, ia memalingkan dan memotong-motong dialog seenak hawa
nafsunya sendiri agar terkesan bahwa ulama salafi tampak bodoh dibandingkan al-Buthi.
Al-Ustadz Abu Rumaishah, seorang da’i dari Inggris membantah terjemahannya dan
mengungkapkan makar kedustaan Keller ini, para pembaca bisa membacanya di
http://www.allaahuakbar.net/ bagian Deviant People dan bantahan yang disusun oleh
Ustadz Abu Rumaishah, Jazzahullahu khoyr anil Islam wal Muslimin.
|| 126 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
seorang muqollid. Padahal pemilahan yang demikian ini adalah
pemilahan yang kurang dan tidak mencukupi. Berikut inilah
penjelasan yang dipaparkan oleh Syaikh al-Allamah al-Muhaddits
Muhammad Nashirudin al-Albani rahimahullahu :
”Termasuk hal yang disepakati oleh para ulama bahwa taklid adalah ”Mengambil
suatu pendapat tanpa diketahui dalilnya.” Artinya taklid bukanlah berdasarkan
ilmu pengetahuan. Maka atas dasar ini, para ulama menetapkan bahwa orang
yang melakukan taklid tidak dinamakan orang yang alim.[110] Bahkan Ibnu Abdil
Barr telah menukil kesepakatan tentang hal ini di dalam Jami’ Bayanil I lmi (II/37
dan 117), Ibnul Qoyyim dalam I’lamul Muwaqqi’in (III/293) dan Suyuthi ser ta para
peneliti lainnya, hingga sebagian mereka secara berlebihan mengatakan, ”Tidak
ada perbedaan antara taklid terhadap hewan dengan taklid terhadap manusia.”
Penulis kitab al-Hidayah ber kata berkaitan dengan seorang ahli taklid yang
memegang jabatan hakim, ”Adapun taklid yang dilakukan oleh orang awam
menurut kami adalah boleh, berbeda dengan pendapat imam Syafi’i.[111] Oleh
karena itu, para ulama berkata bahwa orang yang taklid tidak diperkenankan
untuk memberikan fatwa.
Dengan mengetahui hal itu, maka jelaslah bagi kita sebab yang mendorong kaum
salaf mencela dan mengharamkan taklid,[112] karena perbuatan taklid dapat
menyeret seseorang untuk berpaling dari al-Kitab dan as-Sunnah dalam rangka
berpegang teguh dengan pendapat para imam dan taklid terhadap mereka
110 Lihat al-Muwafaqot oleh Imam Syathibi (IV/293) dan kitab ar-Raudhul Basim f i Dazbb ‘an
Sunnati Abil Qosim oleh Muhaqqiq (peneliti) Muhammad bin Ibrahim al-Wazir al-Yamani
(I/36-38).
111 Dalam pandangan ini, Imam Syafi’i didukung oleh mayoritas ulama seper ti Imam Malik
dan Imam Ahmad.
112 Lihat Jami’ul Bayan wal ‘Ilmi (II/109-120).
|| 127 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
sebagaimana yang sering terjadi di kalangan ahli taklid.[113] Bahkan larangan
melakukan taklid seper ti ini telah dinyatakan secara transparan oleh para imam
generasi baru dalam kalangan madzhab Abu Hanifah.[114]
Al-Buthi disusupi pemahaman bahwa ia menjadikan ijtihad
sebagai sisi yang berhadapan dengan taklid, jika seseorang tidak
bertaklid maka tentulah berijtihad. Sehingga ia menuduh para
du’at sunnah atau salaf iyin mewajibkan pengikutnya untuk
berijtihad baik ia seorang yang alim maupun jahil, dan ia
menyatakan bahwa taklid adalah haram baik terhadap seorang
alim maupun jahil. Tentu saja ini adalah kesalahan dan
kedangkalan dalam berfikir serta kesalahfahaman yang sangat
nyata.
Al-Buthi tidak menyadari bahwa selain ijtihad dan taklid, ada sisi
ketiga, yaitu ittiba’, dan para imam telah memahami bahwa yang
dimaksud dengan ittiba’ adalah mengikut pendapat seorang imam
karena kuatnya dalil, yaitu dalil menjadi acuan pertama bukannya
ucapan imam itu sendiri. Maka dari sini, jelas bahwa sisi yang
berhadapan langsung dengan taklid adalah ittiba’ bukan ijtihad.
113 Seper ti yang dilakukan oleh al-Kautsari, Abu Ghuddah, as-Saqqof, Habiburrahman
al’A’zhami dan orang-orang semisal mereka, termasuk juga Hizbut Tahrir yang fanatik
terhadap madzhab pendahulu mereka dan fanataik terhadap hizb mereka, sehingga
mereka senantiasa membela pemahaman Hizb salah maupun benar. Wallahul Musta’an.
114 Lihat ’Audatu ilas Sunnah (Majalah al-Muslimun V/465-466) dicantumkan di dalam
Bid’atu Ta’ashshub al-Madzhabi, Maktabah Islamiyah, 1948/1970, Amman Yordan, hal.
33,34 dan Maqoolat Albani oleh Syaikh Nurudin Thalib, terj. ‘Risalah I lmiah Albani’, Pustaka
Azzam, hal. 43-44.
|| 128 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Sebagai kesimpulan adalah bahwa para du’at sunnah atau
salafiyun tidaklah mewajibkan ijtihad kepada para pengikutnya,
tuduhan salafiyin mewajibkan ijtihad kepada pengikutnya ini jelas
adalah suatu kedustaan terhadap salafiyin, karena ijtihad adalah
hak para ulama yang memiliki kapasitas memadai untuk
berijtihad. Namun salaf iyun mewajibkan pengikutnya untuk ittiba’
kepada setiap muslim yang memiliki dalil terkuat, baik dari
pendapat Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah, Hanbaliyah, Tsauriyah
ataupun Zhahiriyah maupun selainnya yang ditopang oleh dalil
yang kuat. Oleh karena itu salaf iyun mengharamkan taklid
kecuali dalam keadaan darurat, seperti orang yang tidak mampu
meneliti dalil, maka tiada kewajiban baginya melainkan hanyalah
taklid, dan inipun dalam keadaan darurat.[115]
Adapun karyanya yang berjudul as-Salaf iyyatu Marhalatun
Zamaniyyatun Mubarokatun La Madzhabun Islamiyah merupakan
buku yang penuh dengan kegelapan dan celaan terhadap salaf.
Syaikh Salim al-Hilali menyebutkan bahaya buku ini sebagai
berikut :
1. Al-Buthi berusaha mencela as-Salaf dan Manhaj Ilmiah
mereka dalam talaqqi, istidlal dan itstinbath. Dengan
demikian, ia telah menjadikan mereka seperti orang-orang
115 Disarikan dari Bid’atu Ta’ashshub al-Madzhabi oleh Muhammad Ied Abbasri, sub-bab
Itsbatu Martabatil Itt iba’, Maktabah Islamiyah, 1948/1970, Amman Yordan
|| 129 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
yang ummi yang tidak memahami al-Kitab melainkan hanya
angan-angan.
2. Dia telah menjadikan manhaj salaf dan salafiyyah hanyalah
sejarah masa lalu yang telah sirna dan takkan kembali lagi
kecuali hanya dalam angan-angan.
3. Mengklaim bid’ahnya berintisab kepada salaf, sehingga ia
telah mengingkari satu perkara yang sudah dikenal dan
tersebar sepanjang zaman secara turun temurun.
4. dia berputar seputar manhaj salaf dalam rangka
membenarkan madzhab kholaf dimana akhirnya ia
menetapkan bahwa manhaj kholaf adalah penjaga dari
kesesatan hawa nafsu dan menyembunyikan kenyataankenyataan
sejarah bahwa manhaj kholaf telah menghantarkan
kepada kerusakan pribadi muslim dan pelecehan terhadap
manhaj Islam.[116]
Di sinilah kesekian kali, simpatisan Hizbut Tahrir ini membawakan
bantahan terhadap salafiyin dengan ucapan-ucapan atau tulisan
para fanatikus madzhabi yang melazimkan seorang muslim untuk
bermadzhab dengan madzhab tertentu, bahkan mengharamkan
dan membid’ahkan madzhab salaf yang hakikatnya madzhab
salaf ini tidak fanatik terhadap seorangpun selain Rasulullah dan
tidak menganjurkan kaum muslimin untuk bermadzhab secara
116 Lihat Limadza Ikhtartu al-Manhaj as-salafi oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali, terj.
“Mengapa Memilih Manhaj Salaf”, Pustaka Imam Bukhari, catatan kaki, hal. 40.
|| 130 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
mu’ayan (spesif ik), hal ini menunjukkan bagaimana HT dan para
ulama fanatikus madzhabi yang mereka jadikan acuan berupaya
melanggengkan ta’ashshub madzhabi dan mengajak kaum
muslimin untuk taklid kepada para imam madzhab, tidak kepada
dalil yang rajih dari madzhab mereka.
Sebenarnya saya ingin sekali menambahkan penjelasan secara
mendetail tentang penyimpangan dan kesalahan al-Buthi yang
ditulis oleh para ulama sunnah[117], namun saya rasa apa yang
saya nukil cukup adanya. Namun jika sekiranya al-Mudzdabdzab
al-Hizbi dan Lazuardi al-Haqid menghendaki untuk melanjutkan
mengupas kejelekan al-Buthi ini, maka insya Allah peperangan
antara pembelaan yang haq dan penghancuran yang bathil ini
akan terus berjalan. Apalagi, si mudzbdzab al-jahil ini hanyalah
menukil dan main comot belaka dari situs-situs sufiyah, jahmiyah
dan ahlul bid’ah lainnya, tanpa mau tahu apa isi dari nukilannukilannya.
Sungguh tidak aneh lagi...!!!
Abdullah bin Muhammad ash-Shiddiq al-Ghumari
Satu lagi dari Maroko, pembenci Syaikh al-Muhaddits al-Albani
rahimahullahu. Abdullah al-Ghumari ini terkenal akan
kesuf iyahannya. Dia seorang pembela madzhab suf i tulen dan ia
mengklaim bahwa dia adalah Syaf i’iyah. Syaikh Abdullah ini
117 Diantaranya yang ditulis oleh Syaikh al-Allamah Abdul Muhsin al-Abbad dalam kitabnya
yang berjudul Ar-Raddu ‘ala ar-Rifa’iy wal Buthy
|| 131 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
walaupun tidak bersepakat dengan al-Kautsari, bahkan beliau
membantah dan menghabisi al-Kautsari dalam kitabnya Bida’ut
Tafasir, namun mereka berdua berserikat di dalam menghantam
ahlus sunnah dan dakwah Tauhid. Abdullah al-Ghumari ini tidak
menyukai Albani karena sikap keras Albani di dalam memerangi
sufi dan kebid’ahan.
Kebenciannya terhadap Albani tampak dari judul-judul
karangannya. Ia bahkan tidak segan-segan menggelari Albani
dengan gelar jahat, mubtadi’, ekstrim dan semacamnya.
Karyanya yang berjudul Irghamul Mubtadi’ al-Ghabi bi Jawazit
Tawassul bin Nabiy fir Raddi ’ala al-Albani al-Wabi (Pukulan
Terhadap Pelaku Bid’ah yang Dungu Tentang Bolehnya
Bertawasul Dengan Nabi Sebagai Bantahan Terhadap Albani Yang
Jahat) menjadi saksi atas kedengkiannya terhadap al-Albani dan
saksi atas aqidahnya yang menyimpang.
Dia memperbolehkan bertawasul kepada Nabi, ziarah ke kuburan
Nabi dan bertabaruk dengannya, menganjurkan membangun
kubah di atas kuburan dan semacamnya. Walaupun dikatakan dia
adalah termasuk orang yang mengetahui seluk beluk hadits,
namun ilmunya tidaklah menjadikan dirinya selamat dari fanatik
terhadap suf iyah. Ia mengumpulkan zallatul ulama (kesalahankesalahan
ulama) dan dijadikannya sebagai dalil untuk menolak
serta menakwil hadits-hadits nabi.
|| 132 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Bahkan untuk memperkuat argumennya, ia menyatakan bahwa
ada bid’ah hasanah di dalam agama ini sebagaimana tertuang di
dalam kitabnya Itqaan as-Sun’ah fi Tahqiqi Ma’nal Bid’ah
(Aktivitas Yang Mulia di dalam Penelitian Makna Bid’ah). Syaikh
Ali Hasan al-Halabi membantah bukunya ini secara sekilas di
dalam kitab beliau yang berjudul Ilmu Ushulil Bida’.
Sesungguhnya, hal yang saya sebutkan ini telah mencukupi
untuk mengetahui hakikat al-Ghumari ini. Penjelasan lebih rinci
tentang hakikat al-Ghumari ini telah dipaparkan oleh Syaikh Ali
Hasan di dalam bantahannya terhadap dirinya dan telah disibak
pula kesesatannya di dalam Majalah al-Asholah (15 Rabi’ul Akhir
1420/ no. 11/th. IV/Yordania) di dalam artikel yang berjudul Min
Dlolalaati al-Ghumari f i Ta’liiqihi ’ala at-Tamhid[118] (Diantara
Kesesatan al-Ghumari di dalam Komentarnya Terhadap at-
Tamhid) yang ditulis oleh Syaikh Umar al-Ahmadi.
Abdul Aziz bin Muhammad ash-Shiddiq al-Ghumari
Saya tidak begitu tahu tentang Abdul Aziz al-Ghumari
dikarenakan minimnya referensi yang saya miliki. Karena yang
saya tahu adalah Syaikh Ahmad bin Muhammad ash-Shidiq al-
Ghumari, saudara dari Syaikh Abdullah al-Ghumari. Dan saya
menahan diri dari dirinya, karena sesungguhnya kewajiban
118 Kitab at-Tamhid ini karya Ibnu Abdil Barr.
|| 133 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
seorang muslim adalah tidak berbicara melainkan berlandaskan
ilmu. Wallahul Muwaafiq.
Abdul Fattah Abu Ghuddah
Dia termasuk diantara barisan murid al-Kautsari yang fanatik
dengan gurunya. Dan telah berlalu penjelasan tentang al-Kautsari
dengan turut menyinggung Abu Ghuddah ini. Beberapa ulama
telah membantah penyelewengan Abu Ghuddah ini. Syaikh Rabi’
bin Hadi memiliki kitab yang membantah Abu Ghuddah dan
Muhammad ’Awwamah di dalam taqsim (pemilahan) hadits
menjadi shahih dan dha’if. Telah jelas hakikat Abu Ghuddah ini,
sehingga tidak perlu diulangi lagi.
Muhammad ’Awwamah al-Halabi
Dia adalah seorang dari Mesir, guru dari Mamduh Sa’id bin
Muhammad Mamduh. Muhammad Awwamah ini adalah teman
dekat al-Ghumari yang terkenal kedengkian dan permusuhannya
terhadap Ahlus Sunnah dan Ahlut Tauhid. Syaikh Albani
mengatakan bahwa Muhammad Awwamah inilah diantara orang
yang mendorong Mamduh Sa’id menulis buku Tanbihul Muslim ila
Ta’addi al-Albani ’ala Shaihil Muslim. Syaikh Rabi’ bin Hadi dan
Syaikh Ali Hasan telah membantah Muhammad ’Awwamah ini,
walhamdulillah.
|| 134 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Mamduh Sa’id bin Muhammad Mamduh al-Qahirah
Dia menulis Wushul at-Tahanni bi Itsbaati Sunniyat as-Subhah
war Radd ’alal Albani (Meraih Cahaya Manfaat dan Ketetapan
Sunnahnya Tasbih dan Bantahan Terhadap Albani) dan Tanbiihul
Muslim ila Ta'addil Albani ’ala Shahih Muslim (Peringatan
Terhadap Muslim Tentang Kelancangan Albani Terhadap Shahih
Muslim).
Sebelumnya, Mamduh Sa’id Mamduh ini memiliki sikap yang jauh
berbeda dengan sikapnya yang terakhir. Dia pernah menulis surat
kepada Syaikh al-Albani yang menyebut Syaikh al-Albani sebagai
al-Ustadz asy-Syaikh al-Allamah al-Muhaddits atau al-Allamah
Ustadz kami, berikut ini saya nukilkan suratnya :
Ustadz Kami, al-Allamah. Alhamdulillah kami memuji kepada Allah yang telah
menciptakan seseorang yang mau berkhidmat kepada as-Sunnah, meneliti mana
hadits yang shahih dan mana hadits yang dha’if, ser ta memilah-milah mana yang
baik dan mana yang buruk. Alhamdulillah, saya bisa mendapatkan kitab-kitab hasil
penelitian hadits yang anda tulis yang amat bermutu dan berharga. Saya ikut
menjaga kitab-kitab anda tersebut dari masuknya tangan- tangan yang tidak
bertanggung jawab, karena saya telah menisbatkan diri masuk ke dalam kelompok
anda!
Alhamdulillah, saya telah mengikuti semua kitab-kitab anda. Yang terakhir adalah
kitab Irwa’ al-Ghalil fi Takhrij Manaris Sabil. Kami juga telah menelaah tulisan- tulisan
tangan anda yang belum sempat tercetak seperti Tamamul Minnah bi Ta’liq ’ala
Fiqhis Sunnah. Tatkala anda berkunjung ke Kairo, kami selalu mengikuti ceramah||
 135 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
ceramah anda, di Markaz Anshorus Sunnah Abidin, di Jami’ Anshorus Sunnah
Zaitun, Jami’ah ’Ainusy Syamsi dan tempat- tempat lainnya.
Kemudian tatkala anda kembali lagi (ke Kairo) tidak selang berapa lama kami pun
menjadi pendengar pertama terhadap pelajaran-pelajaran anda. Dengan sebab
itulah, meskipun tentu ada sebab-sebab lainnya, Allah telah membuat saya cinta
dengan dengan ilmu hadits dan suka mempelajari hadits-hadits, bahkan hingga
dimanapun kami berada sellau menyandang kitab- kitab hadits.
Penulis
Abu Sulaiman Mahmud Sa’id bin Muhammad Mamduh al-Qahirah
Nazil ar-Riyadh 22/2/1401 H.[119]
Apakah yang menyebabkan Mamduh Sa’id berubah seratus
delapan puluh derajat?? Setelah menyanjung-nyanjung kemudian
menghina dan melecehkan?? Tidak lain dan tidak bukan adalah
karena jeratan para pendengki yang menjejalinya dengan pikiranpikiran
buruk dari segala penjuru. Akhirnya dia pun terjerat oleh
hawa nafsunya sendiri sehingga berani tampil bagaikan orang
yang mumpuni ilmunya dan mulai berani membantah orang yang
dulu disanjung-sanjungnya.
Mamduh Sa’id ini tidak fair sebagaimana as-Saqqof, dia
menyembunyikan hakikat dan mengungkap kejahilannya di
depan khayalak. Dia membantah secara kasar Syaikh Al-Albani
dan dipoles agar tampak ilmiah di dalam kitabnya Tanbihul
119 Dinukil dari Adabuz Zifaf fi Sunnat il Muthohharoh oleh Syaikh Muhammad Nashirudin al-
Albani, terj. “Panduan Pernikahan Cara Nabi”, Media Hidayah, Catatan Kaki, hal. 49
|| 136 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Muslim ila Ta’addi Albani ’ala Shahihil Muslim. Di dalam bukunya
ia menyanjung-nyanjung Abdullah al-Ghumari sebagai al-Allamah
al-Alim al-Jihbidz al-Hibr al-Mudaqqiq al-Muhaqqiq, padahal
gurunya tersebut berani mendhaifkan hadits Bukhari Muslim.
Abdullah Al-Ghumari mendhaifkan hadits yang diriwayatkan dari
Urwah dari Aisyah tentang rakaat sholat safar yang diriwayatkan
oleh Bukhari Muslim di dalam risalahnya yang berjudul ash-
Shubhu was Safir (hal. 16) bukan karena cacat sanadnya, namun
katena menurut anggapannya hadits tersebut bertentangan
dengan al-Qur’an padahal pemahamannyalah yang salah.
Mamduh Sa’id juga menyanjung saudara Abdullah al-Ghumari
yaitu Ahmad bin Muhammad al-Ghumari dengan sebutan al-
Imam al-Hafizh al-Muhaddits an-Naaqid Nadiratul Ashri, bahkan
di dalam bukunya, at-Tanbih (hal. 78) ia menyanjungnya secara
berlebih-lebihan dengan mengatakan, ”Tidak ada orang
sepertinya setelah al-Hafizh as-Sakhowi dan as-Suyuthi yang ahli
di dalam bidang hadits...”
Padahal Ahmad al-Ghumari ini mendhaifkan hadits di dalam
shahihain yang diriwayatkan dari Jabir dan Ibnu Abbas tentang
sholat gerhana matahari di dalam kitabnya yang berjudul al-
Hidayah fi Takhrij Ahadits al-Bidayah (IV/197-201) dengan
perkataannya : ”Hadits ini dusta dan bathil menurut akal sehat,
meskipun terdapat dalam shahih Muslim, karena gerhana
matahari hanya terjadi sekali pada hari meninggalnya Ibrahim,
|| 137 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
anak Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam. Ini juga
merupakan pendapat para imam ahli hadits.” Pendhaifan yang
dilakukan oleh al-Ghumari ini sebelumnya telah dinyatakan oleh
Albani di dalam kitab beliau Irwa’ul Ghalil yang oleh Mamduh
Sa’id dimasukkannya sebagai tindakan kelancangan Albani
terhadap shahih Muslim. Lantas mengapa Mamduh ini hanya
menganggap Albani saja yang lancang?? Mengapa tidak
disebutkan juga orang yang digelarinya dengan al-Imam al-
Hafizh al-Muhaddits an-Naaqid Nadiratul Ashri Ahmad al-Ghumari
dengan tuduhan lancang terhadap shahih Muslim?? Lantas
dimanakah keadilan dan amanah itu?!!
Ternyata usut punya usut, Mamduh Sa’id yang disebut oleh al-
Mudzabdzab ini sebagai Imam hadits ternyata lemah dan dangkal
dalam ilmu hadits, karena dia tidak memahami tentang tadh’if
beberapa hadits yang terdapat di dalam Shahihain dan dia
anggap sebagai kelancangan dan kezhaliman. Padahal dirinya
sendiri yang telah melakukan kezhaliman.
Mamduh telah mengatakan bahwa al-Albani telah melakukan
kezhaliman terhadap Shahih Muslim karena beliau rahimahullahu
telah menyatakan di dalam Muqoddimah Syarh Aqidah Ath-
Thahawiyah bahwa tidak semua hadits yang terdapat di dalam
Shahih Bukhari atau Shahih Muslim itu semuanya dengan serta
merta adalah shahih sebelum penelitian kembali secara
mendalam... lantas bagaimana dia mensikapi ucapan gurunya, al||
 138 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Imam al-Hafizh al-Muhaddits an-Naaqid Nadiratul Ashri Ahmad
al-Ghumari yang berkata di dalam al-Hidayah fi Takhriji Ahadits
al-Bidayah (IV/201) yang berkata :
”Beberapa hadits palsu terdapat juga di dalam kitab ash-Shahihain. Dinamakan
palsu karena di dalam hadits-hadits tersebut terdapat sesuatu yang terbukti batil.
Oleh karena itu janganlah anda ter tipu. Janganlah anda takut meninggalkan
hadits tersebut walaupun para ulama telah ber sepakat menilai shahih isi yang
dikandungnya, karena sesungguhnya itu hanyalah klaim kosong yang tidak bisa
dipertanggungjawabkan ketika dibahas dan diteliti secara mendalam. Adanya
kesepakatan shahihnya seluruh hadits yang ada di dalam kitab ash-shahihain pun
tidak bisa diterima secara akal dan tidak realistis. Akan tetapi, bukan berar ti
hadits-hadits yang ada di dalam kitab ash- shahihain adalah dhaif ataupun bathil
atau di dalamnya banyak hadits-hadits yang serupa dengan itu. Yang dimaksud
adalah bahwa di dalam kitab tersebut ada beberapa hadits yang tergolong tidak
shahih karena ber tentangan dengan kenyataan.”
Apakah yang akan dia katakan mengenai ucapan ini??
Amboi, apakah dia juga akan mengatakan bahwa Syaikhul Islam Ahmad bin
Abdul Halim Ibnu Taimiyah al-Harrani rahimahullah juga melakukan kezhaliman
terhadap Shahihain karena melakukan hal yang sama dengan al-Albani -dan al-
Ghumari- di dalam menolak hadits dhaif di dalam shahih Muslim sebagaimana di
dalam al-Fatawa (XIII/352-353), juga Ibnul Qoyyim di dalam Zadul Ma’ad (V/112-
113), atau juga bahkan Imam Ahmad yang mengikuti penghulu tabi’in, Sa’id bin
Musayyab sebagaimana termaktub di dalam al-Fath (IX/165-166). Sesungguhnya
tepatlah kiranya perumpaan : menepuk air di dulang terpecik di muka sendiri!!!
|| 139 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Lantas bagaimana pula dia menempatkan al-Kautsari yang disanjung-sanjungnya
sebagai al-Allamah al-Muarikh an-Naqid, bahkan dia katakan sebagai Syaikhul
Islam, padahal al-Kautsari ini mendhaifkan dan menolak hadits-hadits shahih
Bukhari Muslim hanya karena menyelisihi madzhabnya...!!! Haihata haihata...
dimanakah keadilan dan sikap amanah itu...[120]
Ismail Muhammad al-Anshari
Syaikh Ismail Muhammad al-Anshori adalah ulama salafi, ahlul
hadits dan aqidahnya salafiyah serta bermanhaj salaf.
Perselisihan beliau dengan Albani adalah perselisihan ilmiah
bukan perselisihan aqidah maupun manhaj. Dan merupakan
suatu hal yang biasa di kalangan ahlul ilmi berselisih dalam
rangka membela al-Haq dan mengkonfrontasikan dalil, walaupun
terkesan keras. Perselisihan ini juga terjadi antara Syaikh al-
Albani dengan Syaikh as-Salafi al-Allamah Hammud bin Abdillah
at-Tuwaijiri seputar masalah jilbab/hijab wanita muslimah.
Masalah bilangan rakaat sholat tarawih, perhiasan emas
melingkar bagi wanita, cadar, i’tikaf, jenggot yang melebihi
segenggam tangan dan selainnya adalah masalah fiqhiyah yang
sedang menjadi polemik diantara mereka. Syaikh Abdul Qadir al-
Arna’uth rahimahullahu yang berselisih pendapat dengan Albani
dalam masalah perhiasan emas melingkar mengatakan bahwa
120 Pembaca budiman dapat melihat bantahan Syaikh al-Albani terhadap Mamduh Sa’id ini
di dalam muqoddimah cetakan kedua-nya dari kitab Adabuz Zifaf, terj. “Panduan
Pernikahan Cara Nabi”, Media Hidayah, hal. 48-64.
|| 140 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Albani adalah Imam al-Hadits, namun tidak semua orang
maksum terbebas dari kesalahan, dan perselisihan antara diri
beliau dengan Albani adalah perselisihan ilmu bukan hati. Bahkan
beliau akan mengunjungi Albani –semasa hidupnya- jika beliau
berada di Yordan dan demikian pula sebaliknya.[121]
Namun, biar bagaimanapun kebenaran adalah satu tidak
berbilang. Hujjah kita adalah al-Qur’an dan as-Sunnah yang
shahih. kita tidak fanatik terhadap seorangpun dari mereka
melainkan hanya kepada Rasulullah alaihi Sholatu wa Salam.
Syaikh Albani telah membantah tuduhan-tuduhan syaikh al-
Anshori di dalam tulisan-tulisannya. Jika sekiranya al-
Mudzabdzab dan Hizbut Tahrir mau beraqidah dan bermanhaj
sebagaimana aqidah dan manhaj al-Anshori, maka niscaya Hizbut
Tahrir akan selamat dari kegoncangan dan penyelewengan
aqidah. Hizb akan memiliki aqidah yang jelas dan akan dengan
tegas menyatakan bahwa aqidah yang shahih adalah aqidah
salafiyah, bukan aqidah jahmiyah, shufiyah, asy’ariyah,
maturidiyah sebagaimana aqidahnya al-Kautsari, Abu Ghuddah,
al-Buthi, al-Ghumari, Muhammad Awwamah, dan selain mereka.
Sungguh mencampurbaurkan aqidah shahihah dengan dholalah
akan membuahkan kesesatan yang lebih jauh.
121 Lihat ucapan beliau di dalam website pribadi beliau rahimahullahu, yang berisi biografi
beliau pasca wafatnya beliau.
|| 141 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Badruddin Hasan Diab
Seorang dari Siria yang menulis Anwaarul Mashaabih ’ala
Zhulumaatil Albani fi Shalatit Tarawih (Pelita Penerang Terhadap
Kegelapan Albani Di Dalam Masalah Shalat Tarawih). Saya tidak
memiliki referensi yang menjelaskan hakikat Hasan Diab ini,
bagaimana aqidah dan manhajnya. Maka saya bertawaqquf
(mendiamkan) terlebih dahulu sampai jelas hakikat Badrudin
Hasan Diab ini.
Isa bin Abdullah bin Mani’ al-Himyari
Dia menulis al-I’lam bil Istihbaabi Syaddur Rihaal li Ziyaarati
Qobri Khayral Anaam Shallallahu 'alaihi wa Sallam (Penjelasan
Tentang Bolehnya Bepergian Jauh Dalam Rangka Berziarah ke
Kubur Manusia Terbaik Shallallahu 'alaihi wa Sallam) dan al-
Bi’datul Hasanah Ashlun Min Ushulutit Tasyri’ (Bid’ah Hasanah
adalah Pokok dari Pokok-Pokok Dasar Pensyariatan), dari kedua
tulisan ini tampak bahwa al-Himyari ini adalah seorang suf i yang
menganjurkan untuk safar jauh dengan niat ziarah ke kubur nabi
dan mengatakan bahwa bid’ah hasanah adalah bagian dari
syariat islam.
Abdul Qadim Zallum rahimahullahu, mantan pimpinan Hizbut
Tahrir di Yordania pasca an-Nabhani rahimahullahu, di dalam
kitabnya yang berjudul Kaifa Hudimatil Khilafah memiliki
|| 142 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
pandangan yang sama dengan al-Himyari di dalam kebolehannya
bepergian jauh dengan maksud ziarah ke makam nabi. Hal ini
menyelisihi hadits shahih yang berbunyi : ”Janganlah melakukan
perjalanan jauh melainkan hanya ke tiga masjid, yaitu Masjidil
Haram, Masjidil Aqsha dan Masjid Nabawi.”
Mengenai bid’ah hasanah, jelas ini adalah pendapat bid’ah yang
akan merusak islam, Syaikh al-Allamah asy-Syathibi
rahimahullahu telah membantah klaim bid’ah hasanah ini di
dalam al-I’tisham, demikian pula syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
dan muridnya Ibnul Qoyyim al-Jauziyah, dan seluruh ulama salaf.
Hasan Ali as-Saqqof
Telah berlalu penjelasannya di silsilah bantahan pertama. Sebagai
tambahan, syaikh Ali Hasan al-Halabi di dalam website
http://www.alhalaby.com/ membantah as-Saqqof di dalam artikel
diskusinya yang berjudul Munazhorot Ma’a as-Saqqof.
Menteri Urusan Islam dan Keagamaan di Uni Emirat Arab
yaitu Muhammad bin Ahmad al-Khazraji
Ulama Siria yaitu Firad Muhammad Walid Ways dalam
kitabnya Ibnul Mulaqqin yang berjudul Sunniyatul Jum’ah
al-Qobliyah
|| 143 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Samir al-Istanbuli yang menulis al-Ahad, al-Ijma’ wan
Naskhu
Saya tidak mengetahui aqidah, pemikiran dan hakikat mereka,
wallahu a’lam.
Tambahan (Mulhaq) Bantahan Terhadap Tuduhan
Keji al-Mudzabdzab
Al-Mudzabdzab al-Jahil berkata :
Bukankan Albani juga punya kitab yang menurut dia, ia telah memisahkan hadis
yang shohih dg yang dhoif dalam kitab Ashab As-Sunnan, spt Shohih Sunan Abi
Dawud – Dhoif Abi Dawud; Shohih Sunan At-tirmidzi – Dhoifnya, Shohih Sunan At-
Tirmidzi – Dhoifnya dll. Lalu apakah ada Ulama yang meragukan bahwa Imam Abi
Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’I dll adalah ahli hadis, sekalipun telah ada kitab yg
ditulis oleh albani (yg ia klaim telah ia pisahkan antara yg shohih dg yg dhoif dr
kitab hadis2 tsb) ??! Apakah ada yg berani mengatakan stlh terbitnya kitab2 ini
bahwa Albani jauh lebih menguasai ilmu hadis dibandingkan Imam Abi Dawud, At-
Tirmidzi, An-Nasa’I dll ??? Tidak ada satupun dari ulama dari dulu sampai saat ini
yg berani mengatakan seper ti itu. Kecuali ‘Ghulatus Salafii’ (orang2 salafi yg
melampaui batas) yg tidak menghormati para Ulama dan dg mudah melontarkan
kata2 keji kpd para Ulama ini ‘hatta’ para ulama ahli hadis (waliyadzu billah) !!!?
Haihata haihata ya Mudzabdzab...!!! Siapakah yang mengklaim
demikian?? Siapakah yang mengatakan bahwa Syaikh al-Albani
|| 144 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
lebih alim hadits ketimbang Imam Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-
Nasa’i dan selainnya?? Dan siapakah yang kau maksudkan
sebagai Ghullatus salafiy yang mencela mereka para
muhadditsin?? Tunjukkan buktimu wahai jahil... jangan hanya
mengklaim tanpa dalil...!!!
Sesungguhnya ad-Da’awa man lam tuqiimu ’alaiha bayyinatun
abna’uha ad’iyaa’ (pengklaim yang tidak disertai keterangan
hanyalah pengklaim kosong belaka). Berikan bayanmu dan
buktimu bahwa salaf iyin mencela Abu Dawud, at-Turmudzi dan
selainnya dari para ulama ahli hadits??
Bahkan sesungguhnya salafiyin lah yang paling menghormati
mereka dan memuliakan mereka, karena mereka adalah ahlul
hadits. Salaf iyunlah yang senantiasa menyibukkan diri dengan
kitab-kitab sunan, musnad, manakib dan selainnya. Dan
salafiyunlah yang paling mencintai dan menyibukkan diri dengan
ilmu hadits. Salafiyun lah yang paling respek terhadap ilmu hadits
dan pirantinya, paling respek terhadap ilmu jarh wa ta’dil, ilmu
rijalil hadits, ilmu riwayah wa diroyah. Salafiyunlah yang paling
memperhatikan keshahihan dan kedhaifan sebuah hadits,
salafiyunlah yang paling membela sunnah dari makar ahlul
bid’ah, orientalis dan kaum inkarus sunnah. Salafiyunlah yang
paling mengenal para muhadditsin dan mu’arrikhin.
Salafiyin senantiasa sibuk dengan takhrijat, ta’liqot dan tahqiqot
kitab-kitab para ulama hadits mutaqoddimin. Mereka senantiasa
|| 145 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
menyibukkan diri dengan isnad dan ruwat hadits, menghafalkan
tarajum ruwat dan r ijalul hadits. Dan salafiyunlah yang paling
menjaga keilmiahan karya-karyanya dengan memilih dan
memilah antara dalil yang rajih, mukhtar dan shahih.
Ucapanmu di atas menunjukkan kebodohanmu dan kelompokmu
terhadap ilmu hadits, bahkan menunjukkan bahwa dirimu dan
kelompokmu benar-benar jahil dalam ilmu ini. Akan saya bongkar
insya Allah kebodohan kelompokmu dan tokoh-tokoh
kelompokmu dalam risalah silsilah bantahan ini.
Sunan Abu Dawud
Penulisnya adalah Sulaiman bin al-Asy’ats bin Ishaq bin Basyir
bin Syiddad bin Amar bin Azdi as-Sijistani atau lebih dikenal
dengan kunyah Abu Dawud as-Sijistani rahimahullahu[122],
seorang Imam dan tokoh ahli hadits dari Sijistan, Bashrah. Beliau
lahir pada 202 dan wafat tahun 275. beliau juga memiliki banyak
karya diantaranya adalah : al-Marasil, kitab al-Qodar, an-nasikh
wal Mansukh, Fadha’ilul ’Amal, Kitab az-Zuhd, Dalailun Nubuwah,
Ibtda’ul Wahyi dan Akhbarul Khowarij.
Al-Imam Abu Dawud di dalam menulis kitab ini tidak hanya
memuat hadits shahih saja, namun beliau juga memasukkan
122 Abu Dawud as-Sijistani shohibus Sunan berbeda dengan Abu Dawud ath-Thoyalisi
shohibul Musnad ath-Thoyalisi.
|| 146 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
hadits hasan dan dhaif yang tidak dibuang oleh ulama hadits.
Beberapa ulama mengkritik Sunan Abu Dawud karena ditengarai
memuat hadits maudhu’ diantaranya adalah Imam Ibnul Jauzi.
Beliau mengatakan bahwa ada beberapa hadits maudhu’ dalam
Sunan Abu Dawud ini, namun kritikan beliau ini dibantah oleh
Imam Jalaludin as-Suyuthi (w. 911). Biar bagaimanapun, ribuan
hadits yang shahih dalam Sunan Abu Dawud tidaklah
memperngaruhi nilai keabsahan Sunan Abu Dawud sebagai kitab
hadits ketiga setelah Shahih Bukhari dan Muslim yang dijadikan
mashdar oleh kaum muslimin dan kitab Sunan yang paling
diutamakan diantara kitab sunan lainnya.
Jumlah hadits dalam Sunan Abu Dawud adalah 4.800 hadits,
sebagian ulama menghitungnya sebanyak 5.274 hadits.
Perbedaan ini dikarenakan sebagian orang menghitung hadits
yang diulang sebagai satu hadits dan sebagian lagi
menghitungnya sebagai dua hadits. Abu Dawud membagi
Sunannya dalam beberapa kitab dan tiap kitab dibagi menjadi
beberapa bab. Jumlah kitab sebanyak 35 buah diantaranya ada 3
kitab yang tidak dibagi dalam bab-bab. Sedangkan jumlah
babnya ada 1.871 bab.
Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr hafizhahullahu dalam Kaifa
Nastafiidu minal Kutubil Haditsiyah (hal. 18) berkata : ”Kitab
Sunan karya Abu Dawud ini adalah kitab yang sangat agung,
yang diperkaya oleh penulisnya di dalamnya hadits-hadits ahkam
|| 147 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
dan mentartibnya serta memaparkannya berdasarkan urutan
bab-bab yang menunjukkan atas kefakihan dan kedalamannya
terhadap ilmu riwayah dan diroyah.”
Beberapa ulama mensyarah dan meneliti Sunan Abu Dawud ini,
diantaranya :
1. Ma’alimus Sunan yang ditulis oleh Imam Abu Sulaiman Ahmad
bin Ibrahim al-Busti al-Khaththabi (w. 388) yang merupakan
syarah sederhana dengan mengupas masalah bahasa,
penelitian terhadap riwayat, istinbath hukum dan pembahasan
adab.
2. Aunul Ma’bud ’ala Sunan Abi Dawud yang ditulis oleh Imam
Syamsul Haq Muhammad Asyraf bin Ali Haidar ash-Shiddiqi
al-Azhim Abadi as-Salafi (ulama abad ke-14) dalam 4 jilid
besar.
3. al-Manhalu Adzbu al-Maur id yang ditulis oleh Syaikh Mahmud
bin Khaththab as-Subki (w. 1352). Beliau juga meneliti dan
memilah serta menjelaskan derajat hadits-hadist yang shahih,
hasan maupun dhaif.
4. al-Mujtaba Tahdzib Sunan Abi Dawud oleh al-Imam al-Haf izh
Abdul Azhim al-Mundziri (w. 656) yang meringkas, menyusun
kembali dan menyebutkan perawi-peraei lain yang juga
meriwayatkan hadits di dalam Sunan Abu Dawud, serta beliau
menunjukkan beberapa hadits dhaif di dalamnya.
|| 148 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
5. Ta’liq al-Mujtaba oleh Syaikhul Islam kedua, Imam Ibnul
Qayyim (w. 751) yang memberikan Komentar tentang
kelemahan hadits yang dijelaskan oleh al-Mundziri,
menegaskan keshahihah hadits yang belum dishahihkan serta
membahas matan yang musykil.
Demikianlah sekilas penjelasan seputar Sunan Abu Dawud, dan
telah jelaslah bahwa tidak semua hadits yang dimuat oleh Imam
Abu Dawud as-Sijistani di dalam Sunan-nya adalah shahih. Oleh
karena itu al-Muhaddits Muhammad Nashirudin al-Albani meneliti
kembali derajat hadits-hadits di dalam Sunan Abu Dawud dan
menuliskannya sebagai kitab Shahih Sunan Abu Dawud dan
dhaifnya.
Lantas adakah yang mengatakan bahwa al-Mundziri, al-Khattabi,
as-Subki, al-Azhim Abadi adalah lebih alim daripada Abu Dawud
karena mereka turut mengomentari hadits-hadits di dalam Sunan
Abu Dawud?! Apakah mereka juga lebih alim dari Abu Dawud as-
Sijistani karena mereka tidak menerima saja dengan penilaian
Abu Dawud terhadap Sunan-nya dimana diamnya Abu Dawud
dikatakan shahih sebagaimana penjelasan beliau sendiri di dalam
risalah kepada ahli Makkah?! Haihata haihata...!!!
|| 149 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Sunan an-Nasa’i
Penulisnya adalah Abu Abdurrahman Ahmad bin Ali bin Syu’aib
bin Ali bin Sinan al-Khurasani. Lahir tahun 215 dan wafat tahun
303 menurut pendapat Syamsudin adz-Dzahabi dan Abu Ja’far
ath-Thohawi. Beliau adalah ulama hadits terkemuka di masanya,
seorang yang sangat teliti dan memiliki persyaratan yang ketat di
dalam menerima hadits. Beliau memiliki beberapa karya
dinataranya as-Sunanul Kubra, as-Sunanus Shughra (juga
dikatakan al-Mujtaba), al-Khashaish, Fadhailus Shahabah dan al-
Manasik.
Imam Nasa’i sangat cermat di dalam menyusun Sunanus Shughra
ini yang beliau tulis setelah menyusun Sunanul Kubra. Beliau
berupaya hanya menghimpun yang shahih saja di dalam kitab
Sunan-nya ini. Namun Syaikh Abul Faraj Ibnul Jauzi mengatakan
bahwa ada sekitar sepuluh buah hadits maudhu’ di dalamnya,
walau imam Jalaludin as-Suyuthi membantahnya. Namun, biar
bagaimanapun terdapat sedikit hadits dhaif di dalam Sunan-nya
ini. Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad di dalam kaifa Nastafiidu (hal.
22) berkata : ”Kitab ini adalah kitab yang agung tingkatannya,
banyak bab-babnya, dan penjelasan akan bab-babnya
menunjukkan fakihnya penulisnya, bahkan sungguh diantaranya
menampakkan kedalaman dan kecermatan Imam Nasa’i di dalam
beritinbath.”
|| 150 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Sunan an-Nasa’i ini menghimpun sejumlah 51 kitab dan
haditsnya mencapai 5774. Adapun mengenai syarah an-Nasa’i,
sesungguhnya masih sangat sedikit sekali walaupun kitab ini
sudah berumur hampir 600 tahun. Al-Hafizh Jalaludin as-Suyuthi
memberikan syarah yang sangat singkat yang berjudul Zihar ar-
Rubba ’alal Mujtaba yang meneliti para perawi, menjelaskan
sebagian lafazh dan hadits gharib serta menerangkan mengenai
hukum dan adab yang terkandung di dalam hadits Sunan. Selain
as-Suyuthi, juga seorang muhaddits India yang bernama al-
Allamah Abul Hasan Muhammad bin Abdul Hadi al-Hanafi as-Sindi
(w. 1138)[123] memberikan syarah yang lebih sempurna
dibandingkan syarah as-Suyuthi.
Lantas apakah as-Suyuthi dan as-Sindi kau katakan bahwa
mereka merasa lebih alim dari an-Nasa’i?!! Karena mereka
meneliti kembali perawi-perawi hadits dalam Sunan Nasa’i dan
memberikan penilaian kembali sesuai dengan pengecekan
terhadap perawi-perawi hadits tersebut.
Sunan at-Turmudzi
Penulisnya adalah al-Imam Abu Isa Muhammad bin Musa bin ad-
Dhahhak as-Sulami at-Turmudzi dari Tirmidz, Iran Utara. Beliau
adalah seorang imam ahli hadits yang kuat hafalannya, amanah
123 Beliau adalah diantara guru dari Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab
rahimahullahu.
|| 151 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
dan teliti. Beliau lahir pada tahun 209 dan pada akhir hidupnya
menjadi buta dan wafat tahun 279. Beliau memiliki beberapa
karangan diantaranya adalah Kitabul Jami’ (lebih dikenal dengan
Sunan at-Turmudzi), al-’Illat, at-Tarikh, asy-Syamail an-
Nabawiyah, az-Zuhd dan al-Asma’ wal Kuna.
Al-Imam Abu Isa di dalam menyusun kitab al-Jami’ tidak hanya
meriwayatkan hadits shahih saja, namun juga beserta hadits
yang hasan, dha’if, gharib dan mu’allal dengan menerangkan
kelemahannya. Beliau memasukkan hampir 50 kitab dan
haditsnya berjumlah 3956 hadits.
Diantara kritikan utama terhadap Jami’ at-Turmidzi ini adalah dia
menerima periwayatan dari al-Maslub dan al-Kalbi, perawi yang
muttaham pemalsu hadits. Sehingga derajatnya lebih rendah
dibandingkan Sunan Abu Dawud dan Sunan an-Nasa’i. Al-Imam
Abul Faraj Ibnul Jauzi mengkritik sebanyak 30 hadits
dimasukkannya ke dalam al-Maudhu’at namun disanggah
beberapa oleh Jalaludin as-Suyuthi. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
al-Harani dan Syamsyudin adz-Dzahabi juga turut mengkritik
Sunan Turmudzi ini.
Diantara para ulama yang mensyarah Jami’ at-Turmudzi adalah
al-Hafizh Abu Bakar Muhammad bin Abdillah al-Isybili yang lebih
dikenal dengan Ibnul Arabi al-Maliki (w. 543) yang berjudul
Aridatul Ahwadzi f i Syarhi Sunanit Tirmidzi. Jalaludin as-Suyuthi
juga mensyarah dengan judul Qutul Mughtazi ’ala Jami’it Tirmidzi.
|| 152 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Kitab syarah terbaik adalah yang ditulis oleh al-Allamah al-
Abdurrahman al-Mabarkapuri (w. 1353) yang berjudul Tuhfatul
Ahwadzi.
Adakah mereka yang meneliti kembali Sunan at-Turmudzi ini kau
katakan mereka merasa lebih alim dari imam Abu Isa sendiri?!!
Sunan Ibnu Majah
Penulisnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah
ar-Rabi’i al-Qazwini dari desa Qazwin, Iran. Lahir tahun 209 dan
wafat tahun 273. Beliau adalah muhaddits ulung, mufassir dan
seorang alim. Beliau memiliki beberapa karya diantaranya adalah
Kitabus Sunan, Tafsir dan Tarikh Ibnu Majah.
Beliau menyusun kitabnya dengan sistematika fikih, yang
tersusun atas 32 kitab dan 1500 bab dan jumlah haditsnya
sekitar 4.000 hadits. Syaikh Muhammad Fuad Abdul Baqi
menghitung ada sebanyak 4241 hadits di dalamnya. Sunan Ibnu
Majah ini berisikan hadits yang shahih, hasan, dhaif bahkan
maudhu’. Imam Abul Faraj Ibnul Jauzi mengkritik ada hampir 30
hadits maudhu di dalam Sunan Ibnu Majah walaupun disanggah
oleh as-Suyuthi.
Al-Imam al-Bushiri (w. 840) menulis ziadah (tambahan) hadits di
dalam Sunan Abu Dawud yang tidak terdapat di dalam kitabul
khomsah (Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud,
|| 153 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Sunan Nasa’i dan Sunan Tirmidzi) sebanyak 1552 hadits di dalam
kitabnya Misbah az-Zujajah fi Zawaid Ibni Majah serta
menunjukkan derajat shahih, hasan, dhaif maupun maudhu’.
Oleh karena itu, penelitian terhadap hadits-hadits di dalamnya
amatlah urgen dan penting.
Recall :
Lantas ya mudzabdzab, apakah kau katakan bahwa mereka
adalah orang yang merasa lebih alim ketimbang Ibnu Majah!?? Fa
la hawla wa quwwata illa billah!!!
Maka saya katakan : Ya Mudzabdzab!!! Apakah sekarang kau
klaim bahwa salafiyun menganggap ulama hadits kontemporer
lebih alim daripada ulama hadits mutoqoddimin?!! Maka
tunjukkan bukti klaim tersebut!!! Dan siapakah yang mencela
ulama hadits mutoqodimin tersebut!! Sesungguhnya salafiyin
menganggap orang-orang yang mencela mereka adalah ahlul
bid’ah wal ahwa’!!!
Berikut inilah mereka para ulama ahlul hadits mulai dari zaman
sahabat hingga sekarang yang masyhur :
1. Khalifah ar-Rasyidin al-Mahdiyin : Abu Bakar, Umar, Utsman
dan Ali Ridlwabullahi ’alaihim ajma’in.
2. Al-Abadillah : Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Ibnu
’Amr, Ibnu Mas’ud, Aisyah dan Ummu Salamah, Anas bin
|| 154 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Malik, Zaid bin Tsabit, Abu Hurairoh, Jabir bin Abdillah, Abu
Sa’id al-Khudri, Muadz bin Jabal.
3. Tabi’in : Said al-Musayyib (w. 90), Urwah bin Zubair (w. 94),
Ali bin Husain Zainal Abidin (w. 93), Muhammad bin al-
Hanaf iyyah (w. 80), Ubidullah bin Abdillah bin Utbah bin
Mas’ud (w. 94), Salim bin Abdillah bin Umar (w. 106), al-
Qosim bin Muhammad bin Abi Bakar ash-Shiddiq (w. 106), al-
Hasan al-Bashri (w. 110), Muhammad bin Sirin (w. 110),
Umar bin Abdil Aziz (w. 101), Muhammad Syihab az-Zuhri (w.
125) dan lain lain.
4. Tabi’ut Tabi’in : Malik bin Anas (w. 179), Al-Auza’i (157),
Sufyan bin Said ats-Tsauri (w. 161), Sufyan bin Uyainah (w.
193), Ismail bin Aliyah (w. 193), al-Laits bin Sa’ad (w. 175),
Abu Hanifah Nu’man bin Tasbit (w. 150) dan lain lain.
5. Atba’ Tabi’it Tabi’in : Abdullah bin Mubarak (w. 181), Waki’
bin al-Jarrah (w. 197), Muhammad bin Idris asy-Syafi’i (w.
204), Abdurrahman bin Mahdi (w. 198), Yahya bin Sa’id al-
Qahthan (w. 198), Affan bin Muslim (w. 219), dan lain lain.
6. Murid-Murid atba’ Tabi’it Tabi’in : Ahmad bin Hanbal (w.
241)m Yahya bin Ma’in (w. 233), Ali bin Al-Madini (w. 234),
Muhammad bin Isma’il al-Bukhari (w. 265), Muslim bin Hajjaj
(w. 271), Abu Hatim ar-Razi (w. 277), Abu Zur’ah ar-Razi (w.
264), Abu Dawud as-Sijistani (w. 275), at-Turmudzi (w. 279),
an-Nasa’i (w. 303).
|| 155 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
7. Generasi berikutnya : Ibnu Jarir (w. 310), Ibnu Khuzaimah
(w. 311), ad-Daruquthni (w. 385), ath-Thohawi (w. 321), al-
Ajurri (w. 360), Ibnu Baththah (w. 387), Ibnu Abi Zamanain
(w. 399), al-Hakim an-Naisaburi (w. 399), al-Lalika’i (w. 416),
al-Baihaqi (w. 458), Ibnu Abdil Barr (w. 463), al-Khathib al-
Baghdadi (w. 463), al-Baghowi (w. 516), Ibnu Qudamah (w.
620), dan lain lain.
8. Murid-Murid Mereka : Ibnu Abi Syamah (w. 665), Majududin
Ibnu Taimiyah (w. 652), Ibnu Daqiqil Ied (w. 702), Ibnu
Sholah (w. 643), Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (w. 728), al-
Mizzi (w. 724), Ibnu Abdil Hadi (w. 744), adz-Dzahabi (w.
748), Ibnul Qoyyim (w. 751), Ibnul Katsir (w. 774), asy-
Syathibi (w. 790), Ibnu Rajab (w. 795) dan lain lain
9. Ulama Generasi Akhir : ash-Shon’ani (w. 1182), Muhammad
bin Abdil Wahhab (w. 1206), al-Luknawi (w. 1304), Shidiq
Hasan Khon (w. 1307), al-Azhim Abadi (w. 1349), al-
Mubarokfuri (w. 1353), Abdurrahman as-Sa’di (w. 1367),
Ahmad Syakir (w. 1377), al-Mu’allimi al-Yamani (w. 1386),
Muhammad Ibrahim Alu Syaikh (w. 1389), Muhammad Amin
asy-Syinqithi (w. 1393), Badi’udin as-Sindi (w. 1416), al-
Albani (w. 1420), Abdul Aziz bin Baz (w. 1420), Hammad al-
Anshori (w. 1418), Hammud at-Tuwaijiri (w. 1413),
Muhammad Aman al-Jami (w. 1416), Muhammad Sholih al-
Utsaimin (w. 1423), Muqbil bin Hadi (w. 1423), Shalih bin
|| 156 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Fauzan al-Fauzan, Abdul Muhsin al-Abbad, Rabi bin Hadi al-
Madkholi, dan lain lain[124]
Si Mudzabdzab ini memuntahkan lagi muntahan busuknya
dengan berkata :
Lalu sekarang siapa yg akan per caya dg hasil pekerjaan si ‘Albani’, termasuk para
Ulama Salafi yg lainnya, yg mengklaim dirinya ahli hadis dan yg merasa dirinya lebih
hebat dari Imam Bukhari dan Imam Muslim dll !!! Maka sikap kita tatkala ada hadis
yg dinilai oleh Albani atau ulama Salafi yg lain adalah sebagaimana sikap sebagian
ulama dari Univ. Ummul Qurra Makkah dan sebagian ulama pakar hadis yg lain (di
berbagai negeri kaum muslimin lainnya !!!) yaitu berhati2 dan tdk langsung
menerima, kecuali ada pernyataan dari ulama hadis yang terpercaya berkaitan
dengan status hadis tersebut (ini diucapkan oleh DR. Sa’id Agil Al-Munawar ketika
(dlm acara di sebuah televisi swasta)) ditanya ttg status hadis yang dinilai oleh
Albani, beliau mengatakan : “Guru2 (para masyaikh) saya menasehati supaya
berhati2 dg penilaian Albani atas hadis, krn ia bukanlah orang yang ahli dalam
masalah ini !!?“) !!!? Alhamdulillah, terbukti apapun tuduhan si Ikhwan atas status
hadis dalam kitab2 mutabannat HT atau yg ditulis oleh para syabnya atau kitab dari
para ulama ( selain ulama Salafi) atau harokah Islam yg lain perlu ada klarifikasi dan
tidak boleh langsung diterima kecuali ada pernyataan para Ulama Ahli Hadis yg
terpercaya tentang status hadis tersebut !!!??
Sungguh busuk sekali muntahanmu wahai jahil!!! Sungguh dirimu
akan menjilat kembali muntahanmu yang busuk tersebut. Sekali
124 Dinukil dari al-Azhar al-Mantsuroh fi Tabyiin anna Ahlal Hadits Humul Firqotun Najiyah
wath Thoifah al-Manshuroh karya Syaikh Abu Abdirrahman Fauzi bin Abdillah al-Bahraini,
terj. “Siapakah Golongan Yang Selamat”, Cahaya Tauhid Press, hal. 247-251.
|| 157 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
lagi dirimu main tuduh tanpa bukti dan bayan!!! Apakah ini ciri
khasmu dan kelompokmu wahai mubaddil?!! Siapakah yang
mengklaim lebih alim dibandingkan Imam Bukhari dan Muslim?!!
Tidakkah dirimu berdusta untuk kesekian kalinya... apakah
manhajmu yang menghalalkan segala cara memperbolehkan
dirimu berdusta dan melemparkan iftira’ kepada ulama ahlul
hadits?!!
Sungguh tidak layak ucapanmu diterima, karena dirimu masih
bodoh dan dungu namun merasa sok alim. Wahai ’Mubaddil’, ayo
buktikan tuduhanmu, dan mari kita bertemu di dalam forum yang
engkau harus membuktikan tuduhanmu di atas.
Wahai pembela kesesatan, sekali lagi kau tunjukkan zhahir
kesesatan dirimu dan kelompokmu. Apakah Sa’id Aqil al-
Munawwar[125] itu ahlul hadits?! ataukah orang yang
perkataannya dianggap di dalam Islam?!! Apakah orang yang
’tunduk patuh’ kepada ahlul bid’ah terbesar, Gus Dur, engkau
ambil sebagai hujjah. Tidak cukupkah orang-orang di atas yang
kau sebutkan di awal?!! Mengapa kau juga menukil seorang
pembela bid’ah yang khurofi quburi kau jadikan hujjah ucapannya
yang tak berdasar?!!
125 Subhanalloh. Ketika tulisan ini ditulis, Sa’id al-Munawwar mantan menetri agama RI
belum ditangkap karena kasus korupsi dana haji. Setelah beliau ditangkap dan
dipenjarakan, apakah al-Mudzabdzab ini masih tetap akan menjadikannya sebagai hujjah.
Wahai Mudzabdzab, sungguh benar pepatah yang mengatakan, “Tak ada rotan akarpun
jadi.” Ketika tak ada lagi ulama yang dapat kau gunakan, maka orang seperti al-Munawwar
ini engkau jadikan pula sebagai hujjahmu. Allohu akbar!!!
|| 158 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Siapa yang kau maksudkan dengan ulama Univ. Ummul Quro’
yang meragukan kapasitas Albani dalam ilmu hadits?!!
Sebutkanlah satu saja!!! Dan siapakah yang dimaksudkan oleh
al-Munawwar ini sebagai guru-gurunya?! Apakah pembesar sufi
Muhammad Alwi al-Maliki ghofarollohu lahu?!! Yang mengajarkan
bersholawat bid’ah, bertawasul dengan makhluk, bertabaruk
dengan mayit, dan memperbolehkan kesyirikan serta kebid’ahan
lainnya?!! La hawla wa la quwwat illa billah!!!
Dimanakah kau letakkan kepalamu wahai mudzbdzab!! Apakah
kepalamu telah kau pendam di dalam tanah sehingga matamu
tak dapat melihat matahari?!! Lantas mengapa kelompokmu
mengatakan bahwa mempelajari kodifikasi ilmu hadits bukanlah
manhaj perbaikan (taghyir) yang tepat, karena manhaj yang
tepat hanyalah siyasah... kau dan kelompokmu buang kemana
ilmu kodifikasi hadits wahai mubaddil!!! Dan bagaimana kau
mensikapi bahwa Fathi Muhammad Salim di dalam bukunya al-
Istidlalu bizh zhon menolak keberadaan mutawatir lafzhi namun
Syamsudin Ramadhan di dalam ”Absahkah” mengatakan ada
mutawatir lafzhi.
Sungguh, saya seumur-umur belum pernah melihat kitab-kitab
baik mutabanat maupun hanya artikel yang bermanhaj haditsiyah
di dalam tulisan-tulisan hizb. Saya belum pernah melihat bahwa
ada kitab yang ditulis oleh hizbut tahrir lengkap ditulis dengan
takhrij dan tarjihnya. Kenapa?! Karena kelompokmu wahai
|| 159 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
mubaddil, tidak punya muhaddits, namun hanya muhandis yang
berbicara masalah agama!!! Allahul Musta’an, saya khawatir
bahwa kelompokmu ini adalah sarang ruwaibidhoh dan
ashoghir!!!
Aduhai, sungguh indah apa yang dilontarkan oleh Imam Ibnul
Qoyyim dalam Qasidah Nuniyah-nya yang berjudul al-Kafiyah
asy-Syafiyah fil Intishor lil Firqotin Najiyah yang berbunyi :
(artinya)
Sungguh aku akan menjadikan peperangan terhadap mereka ahlul ahwa’ dan bid’ah
sebagai kebiasaanku
Dan sungguh aku akan membongkar kedok mereka di hadapan orang
banyak
Memotong kulit mereka dengan lisanku
Akan kusingkap rahasia-rahasia yang selama ini tersembunyi
Bagi orang yang lemah diantara makhluk-Mu, dari mereka dengan penjelasan
Aku akan selalu membidik mereka hingga dimanapun mereka berada
Hingga dikatakan hamba yang paling jauh
Sungguh aku akan merajam mereka dengan bukti-bukt i petunjuk
Sebagai rajam terhadap pembangkang dengan bintang yang gemerlapan
Sungguh aku akan menggagalkan t ipu daya mereka
Dan aku akan mendatangi mereka di set iap tempat
Sungguh aku akan buat daging-daging mereka menjadi darah mereka
|| 160 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Pada hari datangnya pertolongan-Mu adalah pengorbanan yang sangat besar
Sungguh aku akan datangkan pada mereka pasukan tentara
Yang takkan lari ket ika dua pasukan telah saling berhadapan
Dengan membawakan pasukan tentara pengikut wahyu dan hati nurani
Memadukan logika dan nash-nash syariat dengan baik
Hingga jelaslah bagi orang yang berakal
Siapa yang lebih utama menurut logika dan petunjuk
Sungguh aku akan menasehat i mereka karena Allah kemudian Rasul-Nya
Kitab-Nya dan syariat-syariat keimanan
Jika tuhanku menghendaki dengan saya kekuatan-Nya
Jika tidak dikehendaki, maka perkara itu kembali kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih.[126]
هذا والله أعلم وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين .
126 Dinukil dari Sallus Suyuf karya Syaikh Tsaqil bin Sholfiq al-Qashimi, terj. “Membantai
Ahlul Ahwa dan Bid’ah”, Pustaka as-Sunnah, hal. 193-194.
|| 161 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Pembelaan Terhadap
Mufti al-‘Allamah
‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin
Bazz
rahimahullahu wa askanahu al-
Jannaat al-Fasih
|| 162 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
PEMBELAAN TERHADAP IMAM IBNU BAZ
DARI TUDUHAN KEJI
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا، ومن سيئآت أعمالنا،
من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك
له وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله، صلى الله عليه وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى
يوم الدين.
Telah sampai kepada saya sebuah tulisan yang sangat buruk dan
jelek, yang ditulis oleh salah seorang simpatisan Hizbut Tahrir
yang fanatik dan jahil dari Malang, yang berkedok di balik nama
‘Mujaddid’ (baca : “Mudzabdzab” = orang yang goncang), yang
tulisannya ini dipenuhi kebodohan, kezhaliman, kedengkian dan
hasad terhadap Ahlus Sunnah dan ulamanya, yang disebarkannya
melalui forum www.gemapembebasan.**.** (baca :
gemapembid’ahan)…
Membaca apa yang ditumpahkan oleh si “Mudzabdzab” ini,
semakin tampak jelaslah akan kebodohannya terhadap agama ini
dan kerusakan metodenya yang penuh dengan kedustaan dan
|| 163 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
iftiro’ (fitnah). Si “Mudzabdzab” ini sangat gemar sekali berdusta,
menf itnah dan berkhianat dalam rangka mencapai tujuannya.
Kaidah al-Ghoyah tubarrirul Wasilah (Tujuan membenarkan
segala cara) sepertinya menjadi manhaj dan pola
pemahamannya.
Sungguh apa yang ditulisnya akan menjadi bumerang bagi
dirinya, dan ia akan memercikkan air panas ke wajahnya sendiri
dan menjilat ‘muntah’nya kembali, karena kebodohannya sangat
tampak sekali dan bahkan karakter ini telah menjadi ciri khasnya.
Saya akan menunjukkan tanaaqudl (kontradiktif)
si’”Mudzabdzab”’ ini, dan sikapnya yang lancang terhadap para
ulama ahlus sunnah. Saya melihat, bahwa apa yang dimuntahkan
oleh si ‘mudzbdzab’ ini tidak berbobot ilmiah sama sekali, bahkan
argumentasinya dibangun di atas zhon al-Bathil dan konklusikonklusi
prematur tak berdasar yang berangkat dari akalnya yang
pendek.
Diantara Sunnatullah dalam kehidupan ini adalah adanya ujian
bagi orang-orang yang berpegang teguh dengan as-Sunnah dan
al-Atsar di sepanjang masa, yang datang dari musuh-musuh atau
orang-orang yang memendam kebencian (hasad). Mereka
senantiasa menjelek-jelekkan para ulama serta merendahkan
martabat mereka. Akan tetapi –walillahi hamdu- Allah Subhanahu
wa Ta’ala tetap memelihara dan menjaga mereka, dan Allah akan
|| 164 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
senantiasa menampakkan kebenaran dan menentukan akhir yang
baik bagi orang-orang yang bertakwa.
Ulama-ulama salaf dahulu pernah berkata, “Diantara ciri ahlul
bid’ah adalah mencaci maki dan mencela Ahli Atsar.”
Al-”Mudzabdzab” al-Hizbi berkata di dalam tuduhannya terhadap
Imam Ibnu Baz dan Salafiyin :
1- Tentang masalah mengikuti manhaj salaf dalam masalah Aqidah dan Syari’at
perlu dilihat dan kita kaji terlebih dahulu !? Karena pada faktanya ketika ada fatwa
seorang sahabat yang berbeda dengan “pemahaman akal” seorang Ulama Salafi,
maka ia cenderung mengambil pendapatnya sendiri dengan ‘mencampakkan’ fatwa
sahabat tersebut, seper ti pada kasus Ibn Baz :
- Seseorang pernah menyusun buku tentang memelihara janggut. Didalamnya dia
menyebutkan pendapat Ibn Hurairah, ibn Umar, maupun sahabat2 lainnya tentang
kebolehan memotong sebagian janggut jika panjangnya melebihi satu genggam.
Maka Ibn Baz berkomentar : “Walaupun ini pendapat Abu Hurairah dan
pendapat Ibn Umar, hanya saja yang didahulukan adalah firman Allah SWT
dan sabda Rasulullah SAW” !! (Majalah Hidayatullah edisi 03\XVII\Juli 2004; hal.
40-41)
Kalau demikian faktanya, lalu mana slogan memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah
menurut pemahaman Salaf Ash-Sholeh (Sahabat, tabi’in dan Tabi’ut tabi’in) ! Jika
anda dan kelompok anda dengan berani mengklaim’ bahwa ‘pemahaman Ibn
Baz, Utsaimin, Albani dll lebih baik dari pendapat dan fatwa para sahabat yang
mulia ini’ !! Dan menyatakan bahwa mereka (para ulama salafi) lebih mengetahui
hadis Rasul SAW dibandingkan para sahabat yang mulia ini, yang senatiansa
|| 165 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
menemani, melihat dan mendengar perkataan, perbuatan, ser ta taqr ir Rasul SAW
!?!
Lalu dengan beraninya, ia berkilah bahwa ‘hadis itu belum sampai kepada Sahabat
tersebut, tapi sudah sampai pada Albani, Utsaimin, Ibn Baz dll dari kalangan
Salafiyun’ !!!? Seakan2 anda menyatakan bahwa para ulama salafi ini mengklaim
diri mereka ‘lebih nyalaf’ dibandingkan para Salaf As-Sholeh itu sendiri !?!
Dan banyak kasus Ulama Salafi lebih mengunggulkan pendapatnya sendiri, ketika
pada saat yang bersamaan terdapat pendapat dari Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in
yang berbeda dengan pendapat mereka !! Sebagaimana contoh berikut : “Pada
suatu pelajaran, Abdullah Ibn Baz pernah menyatakan bahwa pernikahan dengan
ahlul kitab dengan persyaratan. Sebagian mahasiswa yang mengikuti pelajaran itu
berkata : “Wahai Syeikh, sebagaian Sahabat melarang hal itu !”. Beliau menoleh
kepada Mahasiswa itu, lalu ber kata : “Apakah perkataan Sahabat menentang Al-
Qur’an dan As-Sunnah !!. Tidak berlaku pendapat siapapun setelah firman Allah
SWT dan sabda Rasul-Nya“ (Majalah Hidayatullah edisi 03\XVII\Juli 2004; hal. 40-
41).
Lalu bagaimana bisa, anda mengklaim mengambil manhaj Salaf dalam
memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah, sementara pada saat yang bersamaan
anda dan kelompok anda menolak dan mencampakkan pendapat mereka !?!
Seraya melontarkan kata2 keji yang menodai kemulian para Sahabat ini yang
telah ditetapkan dengan nash Al-Qur’an dan Al-Hadis, dengan ucapan : “Hadis
shahih ini belum sampai pada mereka’, atau ‘apakah kamu akan memilih pendapat
sahabat atau hadis Rasul SAW’ “!!
|| 166 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Sehingga menurut orang Salafi ini, seakan2 mereka para sahabat ini adalah orang
awam yang tidak pernah mendengar apalagi mendapat hadis dari Rasul SAW !!?
Waliyadzubillah.
Tanggapan :
Ketika saya membaca ulasan si “Mudzabdzab” di atas, saya
hanya bisa tertawa sekaligus bersedih di dalam hati, melihat
begitu bodohnya syabab Hizbut Tahrir ini. Di antara syabab HT
yang pernah berdiskusi dengan saya, si “Mudzabdzab” ini adalah
syabab HT yang paling jahil, paling pendengki dan paling fanatik.
Argumentasi yang dikemukakannya di dalam membantah atau
mengkritik salafiyin sangatlah tidak relevan dan terkesan penuh
dengan iftiro’ dan ikhtiro’. Pengagungannya terhadap akal dan
pemahamannya sangat kentara, sehingga metode berf ikirnya
dipenuhi dengan kecacatan dan keganjilan yang sangat jelas,
sehingga para pembaca budiman akan melihat bagaimana
tanaqudh-nya orang jahil satu ini.
Saya katakan : dalam pernyataannya di atas, si “Mudzabdzab” ini
secara tidak malu mempertontonkan dagelannya yang rusak.
Pengambilan konklusi si “Mudzabdzab” ini sangat jauh dari nilainilai
ilmiah, bahkan saya katakan, metode pengambilan
konklusinya dibangun di atas kebodohan, ‘kegelapan’ dan
kebencian, tidak berbobot ilmiah sama sekali. Berikut ini akan
saya jawab dan tanggapi pernyataan dan tuduhan kejinya.
|| 167 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
PEMAHAMAN AKAL SALAFIYUN VERSUS HIZBUT
TAHRIR
Si “Mudzabdzab” al-Hizbi berkata :
“Karena pada faktanya ket ika ada fatwa seorang sahabat yang berbeda dengan
“pemahaman akal” seorang Ulama Salaf i, maka ia cenderung mengambil
pendapatnya sendir i dengan ‘mencampakkan’ fatwa sahabat tersebut”
Maka saya jawab : Ucapan anda tidak memiliki fakta, karena
fakta yang anda ucapkan di atas adalah bukan fakta, namun
imajinasi anda sendiri yang anda bangun dengan penuh
kedengkian dan kebodohan. Saya tidak heran ketika anda
menyebutkan kata “pemahaman akal”, karena kata-kata ini
adalah slogan hizb anda yang hizb anda membangun agama
dengannya. Sesungguhnya para masyaikh ahlus sunnah atau
salafiyun dan kaum awwamnya, dididik untuk merendahkan
akalnya di bawah syara’ dan tidak pernah mensuperioritaskan
akalnya di atas syariat. Terlebih dalam masalah aqidah, ahlus
sunnah menyatakan bahwa akal tunduk patuh terhadap syariat,
walaupun syariat itu ‘seolah-olah’ menyelisihi akal manusia yang
lemah lagi rendah.
Jika kita menelaah kitab-kitab aqidah para ulama salaf,
dinyatakan dengan gamblang bahwa aqidah adalah tauqifiyah,
tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil syar’i, tidak ada medan
|| 168 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
ijtihad dan berpendapat di dalamnya, dan tidaklah berperan akal
seorang manusia di dalamnya, karena akal tunduk dan patuh
terhadap aqidah dan sumber-sumbernya hanya terbatas di dalam
al-Qur'an dan as-Sunnah. Sebab tiada seorangpun yang
mengetahui tentang Allah, tentang apa-apa yang wajib bagi-Nya
dan apa yang harus disucikan dari-Nya melainkan Allah sendiri.
Dan tidak ada seorangpun sesudah Allah yang lebih mengetahui
diri-Nya selain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Oleh
karena itu manhaj salaf di dalam mengambil aqidah terbatas
hanya pada al-Qur'an dan as-Sunnah serta ijma’ as-salafus
sholih.(127)
Sekarang, mari kita bandingkan dengan ‘pemahaman akal’ para
pembesar HT. Perhatikanlah baik-baik :
Taqiyudin an-Nabhani rahimahullahu berkata di dalam Nizhomul
Islam(128) :
“Oleh karena itu iman kepada Allah diperoleh dari jalan akal, dan harus menjadikan
perkara keimanan ini melalui jalan akal, yang dengannya menjadi kokoh bagi kita
untuk beriman kepada perkara-perkara ghoibiyah dan segala hal yang diberitakan
Allah.”
127 Lihat Aqiidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah Mafhumuha Khosho’ishuha wa Khoshoishu
Ahliha, Syaikh Muhammad bin Ibrohim al-Hamd, cet. II, 1419/1998, Dar Ibnu Khuzaimah,
hal. 18; dan at-Tauhid lish Shoffil Awwal al-‘Aali, DR. Sholih bin Fauzan bin Abdillah al-
Fauzan, hal. 5; Lihat pula kitab-kitab aqidah ahlus sunnah lainnya.
128 Lihat Nizhomul Islam, Taqiyudin an-Nabhani, cet. VI, 1422/2001, Hizbut Tahrir, hal 11.
|| 169 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Hal yang tidak jauh berbeda diutarakan pula oleh Fathi
Muhammad Salim dalam al-Istidlal bizh zhonni fil Aqoo`id (129)
yang berkata:
“Aqidah adalah sesuatu yang telah menjadi ikatan hati, ar tinya aqidah itu benarbenar
tercakup di dalamnya secara sempurna dan meyakinkan dengan tidak ada
rasa ragu sama sekali. Ini artinya hati ter sebut mengambil ide atau akidah tersebut,
menguatkannya dan menyesuaikannya dengan akal, meskipun terikat penyerahan,
sehingga dasar I ’tiqod itu adalah bulatnya ikatan hati untuk menyepakati akal, jadi
asalnya adalah kemantapan hati tetapi harus sesuai dengan akal. Jika dua hal ini
terpenuhi, maka ia disebut aqidah.”
Wahai “Mudzabdzab”, sungguh saya tidak heran jika anda
menuduh para masyaikh salafiyin dengan menyebutkan kata
‘pemahaman akal’, yang anda katakan ”jika ada pendapat yang
menyelisihi ‘pemahaman akal’ mereka, maka mereka cenderung
mengambil pendapatnya sendiri dan mencampakkan fatwa
sahabat.” Saya tidak heran, karena tuduhan anda ini : Pertama,
berangkat dari kebodohan, dan kedua, biasanya seorang yang
menuduhkan suatu perbuatan kepada orang lain, sesungguhnya
penuduh itulah yang biasanya sering melakukannya sehingga ia
merasa dengan pemikirannya yang seperti itu orang lain
melakukan serupa. Oleh karena hizb anda yang sering
‘mengagungkan’ akal dan melebih-lebihkannya, maka anda tidak
129 Lihat Al-Ist idlaalu bizh Zhonni f il Aqoo`id, Terj. “Hadits Ahad dalam Aqidah”, Fathi
Muhammad Salim, cet. I, 2001, Penerbit al-Izzah, hal. 131
|| 170 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
segan-segan membuat tuduhan ‘akal-akalan’ yang sesungguhnya
lebih layak dialamatkan kepada anda dan hizb anda.
Ucapan anda : ”maka ia cenderung mengambil pendapatnya
sendir i dengan ‘mencampakkan’ fatwa sahabat tersebut” adalah
suatu kedustaan dan iftiro’ yang berangkat dari konklusi dan
pemahaman yang dangkal dan tak berdasar. Insya Allah akan
saya beberkan lebih panjang lagi setelah ini.
MENJAWAB KLAIM DAN TUDUHAN DUSTA ALMUDZBADZAB
SERTA MENUNJUKKAN
PENCAMPAKKAN SUNNAH OLEH HIZBUT TAHRIR
Al-”Mudzabdzab” berkata :
seperti pada kasus Ibn Baz : Seseorang pernah menyusun buku tentang
memelihara janggut. Didalamnya dia menyebutkan pendapat Abu Hurairah, ibn
Umar, maupun sahabat2 lainnya tentang kebolehan memotong sebagian janggut
jika panjangnya melebihi satu genggam. Maka Ibn Baz berkomentar : “Walaupun
ini pendapat Abu Hurairah dan pendapat Ibn Umar, hanya saja yang
didahulukan adalah firman Allah SWT dan sabda Rasulullah SAW” !! (Majalah
Hidayatullah edisi 03\XVII\Juli 2004; hal. 40-41)
Kalau demikian faktanya, lalu mana slogan memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah
menurut pemahaman Salaf Ash-Sholeh (Sahabat, tabi’in dan Tabi’ut tabi’in) ! Jika
anda dan kelompok anda dengan berani mengklaim’ bahwa ‘pemahaman Ibn
Baz, Utsaimin, Albani dll lebih baik dari pendapat dan fatwa para sahabat yang
mulia ini’ !! Dan menyatakan bahwa mereka (para ulama salafi) lebih mengetahui
|| 171 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
hadis Rasul SAW dibandingkan para sahabat yang mulia ini, yang senatiansa
menemani, melihat dan mendengar perkataan, perbuatan, ser ta taqr ir Rasul SAW
!?!
Para pembaca budiman, sebentar lagi akan saya tunjukkan
siapakah yang mencampakkan sunnah nabi dan lebih
mengagungkan pemahaman akalnya di dalam permasalahan
yang dicontohkan oleh si jahil ini. Bahkan pembaca kelak akan
mengetahui –insya Allah- bahwa HT-lah kelompok yang paling
gemar mencampakkan sunnah nabi dan meninggalkan
pemahaman salaf.
Di dalam menjawab tuduhan di atas, agar lebih mudah difahami,
maka saya membagi pasal ini menjadi tiga sub pasal, yaitu sub
pasal pertama tentang apakah pendapat sebagian sahabat adalah
hujjah, sub pasal kedua tentang masalah jenggot, di dalam sub
pasal ini saya sekaligus menanggapi jawaban TKAHI tentang
permasalahan jenggot yang dipublikasikan di forum tanya jawab
www.hayatulislam.net dan mendudukkan perkara yang
sebenarnya, yaitu siapakah yang mencampakkan sunnah dan
meninggalkan pemahaman salaf di dalam masalah ini. Dan yang
terakhir, subpasal yang berisi tentang beberapa contoh sunnah
yang dicampakkan oleh HT dan contoh penelantaran HT terhadap
madzhab salaf.
|| 172 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Apakah Pendapat Sebagian Sahabat Adalah Hujjah??
Melihat pernyataan “Mudzabdzab” di atas, yang mengambil
kesimpulan se’enak-’nya sendiri, semakin meyakinkan saya
bahwa orang jahil ini benar-benar manusia yang disusupi oleh
kedengkian dan kebencian, dan meninggalkan norma-norma
ilmiah serta amanat kejujuran yang harus diemban oleh setiap
penuntut ilmu.
Nukilan si Jahil ini terhadap ucapan al-Allamah Ibnu Bazz yang
berkata : “Walaupun ini pendapat Abu Hurairah dan pendapat Ibn
Umar, hanya saja yang didahulukan adalah f irman Allah SWT dan
sabda Rasulullah SAW” !! adalah perkataan yang lurus dan tidak
mengandung kebathilan sedikitpun dari segala sisi. Bahkan
ucapan beliau adalah ucapan yang haq, benar dan lurus, yang
selaras dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang artinya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah
dan Rasul-Nya (QS Al-Hujurat : 1). Sesungguhnya yang rusak
dan bengkok adalah pemahaman si “Mudzabdzab” ini, dan
pemahaman orang yang zhalim yang dangkal inilah yang
membawa makna lafazh Imam Ibnu Bazz keluar dari konteksnya,
sebagaimana kebiasaan Hizbut Tahrir.
Al-Imam al-Baihaqi meriwayatkan di dalam al-Madkhol ila Sunanil
Kubro (hal. 35) dengan sanad yang shahih dari Imam Syafi’i,
beliau berkata,
|| 173 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
ما كان الكتاب أو السنة موجودين فالعذر على من سمعها مقطوع إلا باتباعهما,
فإذا لم يكن ذلك صرنا إلى أقاويل أصحاب النبي صلى الله عليه و سلم أو واحدهم
“Jika masih ada hujjah dari al-Qur'an atau as-Sunnah, maka setiap orang yang
mendengarnya harus mengikutinya. Bila tidak ada (di dalam al-Qur'an dan as-
Sunnah) maka kita beralih kepada per kataan para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam atau salah seorang dari mereka. (130)
Imam Syaf i’i juga berkata :
“Apabila telah datang dari Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
perkataan-perkataan yang berbeda, maka lihatlah kepada yang mencocoki al-
Qur'an dan as-Sunnah kemudian ambillah.”(131)
Wahai “Mudzabdzab”!!! Apakah anda tidak mengatakan
bagaimana lancangnya Imam Syafi’i dan anda katakan bahwa
beliau rahimahullahu mencampakkan fatwa sahabat dan lebih
mendahulukan al-Qur'an dan as-Sunnah??? Dimana akalmu
sekarang wahai “Mudzabdzab”?!!
Ketahuilah, pendapat sahabat adalah hujjah dengan perincian
sebagai berikut :
130 Lihat al-Manhajus Salafi ‘indal Albani karya Syaikh ‘Amru Abdul Mun’im Salim (hal. 36),
lihat pula terjemahannya “Albani dan Manhaj Salaf”, cet. I, 2003, Najla Press, hal. 39.
131 Lihat Al-Adab asy-Syaf i’iy karya Ibnu Abi Hatim, hal. 235, sebagaimana di dalam Hujajul
Aslaaf fi Bayaanial-Farqi baina Masa`ilil Ijt ihad wa Masa`ilil Khilaaf karya Syaikh Fauzi al-
Bahraini (download dari http://www.sahab.org/
|| 174 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
1. Pendapat sahabat yang tersebar di kalangan mereka dan
tidak ada yang mengingkarinya, seperti riwayat tentang
mengusap khufain.
2. Pendapat seorang sahabat, namun tidak berlawanan dengan
lainnya.
3. Pendapat sahabat, apabila terdapat perbedaan antara
pendapat satu dengan lainnya, memiliki beberapa tingkatan,
yaitu :
- Pendapat tersebut merupakan pendapat Khulafa’ur
Rasyidin yang empat, maka pendapat mereka lebih
dikedepankan.
- Pendapat tersebut merupakan pendapat jumhur
sahabat, maka pendapat mereka adalah hujjah.
- Pendapat tersebut berlawanan dengan sebagian besar
sahabat lainnya, maka yang dijadikan hujjah adalah
pendapat jama’ah.(132)
Seluruh ulama bersepakat untuk menerima atsar para sahabat
jika tidak ada faktor yang menolaknya dalam masalah tersebut,
dan atsar tersebut diperkuat dengan sumber aslinya. Dan inilah
yang tidak difahami oleh “Mudzabdzab”!!! Atau dia faham namun
132 Lihat Manhajus Salaf ’indal Albani, op.cit, hal. 37-40; lihat pula terjemahannya ”Albani
dan Manhaj Salaf”, op.cit., hal. 39-41.
|| 175 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
dia menyembunyikannya supaya dia dapat mengakali orangorang
bodoh!!!
Sekarang mari kita lihat yang terjadi pada zaman sahabat, bahwa
sebagian sahabat ada yang belum mendengar sabda nabi supaya
tuduhan si “Mudzabdzab” ini termentahkan. Akan saya turunkan
beberapa contoh kejadian di masa sahabat, dimana para sahabat
saling berselisih dan saling mengingkari dikarenakan ada diantara
mereka yang belum mendengar sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam. Perhatikanlah baik-baik!!!
Pertama : Dari Muhammad bin ‘Ali, bahwasanya pernah suatu
ketika diceritakan kepada ‘Ali bahwa Ibnu ‘Abbas
memperbolehkan kawin Mut’ah, maka beliau berkata :
“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam melarang
kawin mut’ah dan makan daging keledai waktu khaibar.”(133)
Demikian pula diriwayatkan oleh ath-Thoyalisi di dalam Musnadnya
(hal. 18) dari jalan Sufyan bin ‘Uyainah dan Abdul Aziz bin
Abi Salamah, keduanya mendengar dari az-Zuhri yang
mendengar dari Hasan dan Abdullah (keduanya) putera
Muhammad bin al-Hanafiyah dari ibunya bahwa Ali berkata
kepada Ibnu Abbas : “Lihatlah apa yang kamu fatwakan? Aku
133 Dikeluarkan oleh Bukhori dalam Shahih-nya (VI/hal. 2003) dan Muslim dalam Shahihnya
(II/hal. 1028) dari jalan az-Zuhri, dari Hasan dan Abdullah keduanya putera Muhammad
bin ‘Ali dar i ayahnya.
|| 176 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
bersaksi bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam melarang
kawin mut’ah.” (Shohih)(134)
Kedua : Dari Ubaid bin ‘Umair dia berkata : ‘Aisyah mendengar
bahwa Abdullah bin ‘Amr memerintahkan kaum wanita agar
menguraikan rambutnya ketika mandi janabat, lantas Aisyah
berkata : “Sungguh aneh Ibnu ‘Amr ini, memerintahkan kepada
kaum wanita untuk menguraikan rambutnya di saat mandi,
kenapa tidak sekalian saja ia memerintahkan mereka untuk
mencukur rambut mereka! Sungguh aku pernah mandi bersama
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam di tempat yang satu dan
aku menyiram rambutku tidak lebih dari beberapa siraman
saja.”(135)
Ketiga : Dari Hudzail bin Syarahbil dia berkata : “Datang seorang
lelaki menghadap Abu Musa al-Asy’ari dan Salman bin Rabi’ah,
kemudian orang itu bertanya kepada mereka tentang (bagian
warisan) anak perempuan, anak perempuan dari anak lak-laki
dan saudara perempuan ayah dan ibu? Maka keduanya menjawab
: “Untuk anak perempuan bagiannya setengah, saudara
perempuan ayah dan ibu mendapat setengah, dan anak
perempuan dari anak laki-laki tidak mendapat bagian sedikitpun.
Pergilah kamu kepada Ibnu Mas’ud, dia pasti akan mengikuti
134 Lihat Hujajul Aslaaf, op.cit., (download dari http://www.sahab.org/)
135 Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shohih-nya (IV/hal. 12), an-Nasa`i dalam As-Sunan al-
Kubro (I/hal 203) dan Ibnu Majah di dalam Sunan-nya (I/hal. 198) dari jalan Abu Zubair dari
Ubaid. Lihat Hujajul Aslaaf, op.cit.,(download dari http://www.sahab.org/)
|| 177 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
(pendapat) kami.” Kemudian lelaki tersebut menghadap Ibnu
Mas’ud, bertanya padanya dan menceritakan jawaban mereka
keduanya, Ibnu Mas’ud menjawab : “Kalau begitu aku akan
tersesat dan bukan termasuk orang yang mendapat petunjuk.
Akan tetapi aku akan menghukumi dengan hukum Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, yaitu bagi anak perempuan
setengah, bagi anak perempuan dari anak laki-laki bagian yang
melengkapi dua pertiga, dan sisanya (ashobah) untuk saudara
perempuan ayah dan ibu.”(136)
Saya berkata : Dimana kaidah yang tinggi ini di hadapan
“Mudzabdzab” yang jahil namun merasa alim ini?!! Tidak syak
lagi saya mengatakan bahwa kedengkiannyalah yang
menyebabkan dirinya meninggalkan keadilan dan jatuh kepada
kezhaliman dan kejahatan.
Syaikhul Islam di dalam Majmu’ Fatawa (juz I hal 282-284) telah
menjelaskan tentang kaidah “ucapan seorang sahabat bukan
sebagai hujjah”. Beliau memberikan contoh yang banyak sekali
mengenai pendapat sahabat yang bertentangan dengan nashnash
yang jelas. Kemudian beliau juga menjelaskan bahwa
“Ucapan seorang sahabat sebagai hujjah” apabila memenuhi dua
kriteria berikut ini :
136 Dikeluarkan oleh Bukhori (XII/hal. 17) secara ringkas, Abu Dawud dalam Sunan-nya (III/
hal. 312), an-Nasa`i dalam Sunanul Kubro (IV/hal. 70), at-Turmudzi dalam Sunan-nya
(IV/hal 415), Ibnu Majah dalam Sunan-nya (II/ hal 909) dan Ahmad dalam al-Musnad (I/hal.
389) dengan beberapa jalan dari Abu Qois dan al-Hudzail. Lihat Hujajul Aslaaf , op.cit.,
(download dari http://www.sahab.org/)
|| 178 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
1. Tidak ada nash yang bertentangan dengan ucapan
tersebut.
2. Tidak ada sahabat lain yang mengingkarinya.
Saya katakan : Kaidah inilah yang tidak difahami oleh
“Mudzabdzab” atau mungkin dia mengetahuinya namun dia
menyembunyikannya, karena menurutnya ‘tujuan menghalalkan
segala cara’, sehingga menurutnya sah-sah saja menuduh Imam
Ibnu Baz mencampakkan fatwa sahabat, hanya karena beliau
adalah seorang salaf i, sedangkan “Mudzabdzab” ini sangat benci
dengan salafiyin dan ulamanya. Wallahul Musta’an.
Namun, anehnya si “Mudzabdzab” ini menutup mata atau
memang benar-benar matanya telah tertutup oleh kejahilan dan
kebencian, sehingga ia dengan bodohnya membangun
pemahaman sakitnya terhadap ucapan Imam Ibnu Baz
rahimahullahu dan mem’perkosa’ pemahamannya seenak
‘syahwat’nya sendiri. Bahkan si “Mudzabdzab” ini tanaqudl
(kontradiksi) dan ta’arudl (bertentangan) dengan perkataannya di
sela-sela muntahannya yang busuk, ia berkata :
Bukankah dalam hadis ini Rasul memerintahkan kpd umat Islam agar mengikuti
sunnah beliau dan sunnah para Khalifah Ar-Rasyidin, bukan diperintahkan untuk
mengikuti Abu bakar, Umar, Utsman, dan Ali sbg individu sahabat.
Saya katakan : Benar wahai “Mudzabdzab”, karena yang patut
didahulukan adalah al-Qur'an, as-Sunnah dan ijma’ shohabat,
termasuk di dalamnya sunnah para khalifah yang empat yang
|| 179 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
harus lebih dikedepankan dibandingkan pemahaman sahabat
lainnya. Lalu, mengapa dirimu memalingkan maksud perkataan
Imam Ibnu Baz keluar dari konteksnya yang mana perkataan
beliau baik manthuq (tekstual) maupun mafhumnya (kontekstual)
tidak menyelisihi suatu kaidah pun di dalam agama ini?!!
Adakah mereka -masyaikh robbaniy- yang kau tuduh itu, mereka
mengklaim bahwa pendapat mereka lebih utama dari Sahabat??
Adakah mereka mengklaim bahwa mereka lebih ‘alim dari para
sahabat?? Adakah kami mengklaim bahwa pemahaman akal
masyaikh kami itu lebih mulia dari sahabat???
 وإِن  ه  م َليُقوُلو َ ن من َ ك  را مِ  ن اْلَق  ولِ  و زو را
“Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan
suatu perkataan mungkar dan dusta” (QS al-Mujadilah (58) : 2).
 وَلَق  د َفتنا الَّذِي  ن مِ  ن َقبلِهِ  م َفَلي عَل  من اللَّه الَّذِي  ن  ص  دُقوا  وَلي  عَل  من اْل َ كاذِبِ  ين
“Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang
sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orangorang
yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orangorang
yang dusta.” (QS. Al-Ankabut (29) : 3)
|| 180 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Pencampakan Hizbut Tahrir Terhadap Sunnah
Memelihara Jenggot
Tahukah engkau wahai ”Mudallis”… bahwa apa yang kau nukil itu
adalah perselisihan yang juga terjadi di antara Imam al-Albani
dengan Imam Ibnu Bazz –rahimahumallahu-, dimana Imam al-
Albany mewajibkan mencukur jenggot yang melebihi segenggam
dengan dalil atsar Ibnu Umar dan Abu Hurairah di atas sedangkan
Imam Ibnu Bazz termasuk diantara yang tidak memperbolehkan
mencukurnya secara mutlak…
Perlu diketahui juga, bahwa setiap mereka menyertai
pendapatnya dengan dalil dan salaf/pendahulu masing-masing.
Lantas bagaimana bisa kau generalisir dalam cercaanmu dari
contoh kasus yang kau bawakan, termasuk al-Imam al-Muhaddits
al-Albany yang berdalil dengan atsar Ibnu Umar dan Abu
Huroiroh di dalam contohmu di atas, padahal beliau berpendapat
bahwa mencukur jenggot yang melebihi segenggam kepalan
tangan adalah wajib dan membiarkannya adalah suatu bid’ah…
Sungguh kebodohanmu benar-benar nampak dalam
kepongahanmu dan kecerobohanmu…!!! Kau aduk air panas dan
kau siram sendiri wajahmu dengannya!!!
Perhatikanlah ucapan Syaikh al-Albani rahimahullahu berikut ini :
|| 181 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
“Kami tidak mengetahui salah seorangpun di kalangan salafus sholih –ter lebih
lagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sebagai penghulu merekamembiarkan
jenggotnya tanpa batas, ini yang per tama. Adapun yang kedua, kami
telah mengetahui dari sejumlah besar salafus sholih melakukan sebaliknya, yaitu
mereka biasanya merapikan jenggot (yang melewati segenggam tangan),
diantaranya adalah Abdullah bin Umar bin Khaththab…”(137)
Sedangkan Samahatus Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu
berpendapat bahwa mencukur jenggot baik yang tumbuh
melewati segenggam tangan maupun yang tidak, adalah haram
berdasarkan kemutlakan dalil-dalil Sunnah Rasulullah dan af’alus
shohabah lainnya. Insya Allah akan saya turunkan dalil-dalilnya
sekaligus sebagai bantahan terhadap Syamsudin Ramadhan yang
memperbolehkan memangkas jenggot hingga licin dan
menganggap sunnah ini hanya sebagai sunnah jibiliyah,
permasalah qusyur (kulit) dan bukan sebagai kewajiban bagi
seorang muslim.
Syamsudin Ramadhan berkata di dalam forum tanya jawab
www.hayatulslam.net seputar permasalahan jenggot :
Kami berpendapat bahwa memangkas sebagian jenggot hukumnya adalah
mubah. Sedangkan mencukurnya hingga habis hukumnya adalah makruh t idak
sampai ke derajat haram. Adapun hukum memeliharanya adalah sunnah
(mandub).
137 Fatawa asy-Syaikh al-Albani wa Muqoronatuha bi Fatawa al-Ulama’, Syaikh Ukasyah
Abdul Mannan ‘Uthaibi, terj. “Fatwa-Fatwa Syaikh Albani”, cet. I, Januari 2003, Pustaka
Azzam, hal. 35.
|| 182 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Yang saya herankan adalah Syamsudin ini sebelumnya menukil
riwayat-riwayat yang menunjukkan akan keharaman (atau
minimal makruhnya) mencukur jenggot, namun ia mengambil
kesimpulan pendapat tersendiri yang tidak disokong oleh dalil dan
argumentasi yang kuat, yaitu ia menyatakan bahwa memangkas
jenggot itu makruh jika memangkasnya hingga licin dan Ia
berpendapat bahwa hukum memelihara jenggot adalah sunnah.
Padahal jika dia mau obyektif dan menelaah pendapat yang rajih
dan terpilih setelah dilakukan tarjih tentang hukum memelihara
jenggot, maka seharusnya dia akan menguatkan bahwa jenggot
itu wajib hukumnya. Berikut ini sebagian dalil-dalilnya :
· Al- Qur'an al-Karim
Allah Ta’ala berfirman : “Dan aku (syetan) benar-benar akan
menyuruh mereka (merubah ciptaan Allah) lalu mereka
benar-benar merubahnya.” (an-Nisa’ : 119). Syaikh at-
Tahanuwi dalam tafsirnya berkata : “Sesungguhnya mencukur
jenggot termasuk merubah ciptaan Allah.”(138)
· Al-Hadits
- Dari Ibnu ‘Umar Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam bersabda : “Berbedalah kalian dengan
138 Tafsir Bayanil al-Qur'an karya Syaikh at-Tahanuwi sebagaimana termaktub di dalam
Hukmud Dien fil Liha wat Tadkhin, Syaikh Ali Hasan al-Halabi, cet. III, 1410, Al-Maktabah
Al-Islamiyyah, hal. 21.
|| 183 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
kaum musyr ikin, pangkaslah kumismu dan biarkanlah
jenggotmu.” (Muttafaq ‘alaihi)
- Dari Abu Huroiroh Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Potonglah kumis
kalian dan peliharalah jenggot kalian, selisihilah orangorang
majusi.” (HR. Muslim, Baihaqi, Ahmad dan
selainnya)
- Dari Abu Umamah Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Pendekkanlah
kumis kalian dan biarkanlah jenggot kalian, selisihilah
ahlul kitab.”
Perhatikanlah, bahwa seluruh shighot dalam lafazh hadits di
atas adalah berbentuk fi’il amr (kalimat perintah), dan di
dalam kaidah ushul f ikih dikatakan : al-Ashlu fil Amri Yufiidul
Wujuub illa idza Ja’at Qoriinatu Tashriiful Lafzho ‘an Zhoohirihi
yang artinya hukum asal dari suatu perintah berfaidah kepada
hukum wajib kecuali jika datang suatu indikasi yang dapat
memalingkan teks dari makna lahirnya.(139)
· Ucapan Para Ulama
139 Lihat Irsyaadul Fuhul, al-Imam asy-Syaukani, hal. 101-105; Tafsirun Nushush fil Fiqhil
Islami, DR. Muhammad Adib Sholih, Juz II, hal. 264-265; dan Mudzakkiroth Ushul Fiqh, al-
Imam asy-Syinqithi, hal. 191-192; sebagaimana di dalam Hukmud Dien f il Liha wat Tadkhin,
Syaikh Ali Hasan al-Halabi, cet. III, 1410, Al-Maktabah Al-Islamiyyah, hal. 22.
|| 184 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Jumhur ulama berpendapat mengenai haramnya mencukur
jenggot, diantaranya :
- Imam Ibnu Hazm azh-Zhohiri rahimahullahu berkata :
“Para Imam telah bersepakat bahwa mencukur jenggot
adalah dilarang (haram)” (al-Muhalla II/189).
- Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata :
“Haram hukumnya mencukur jenggot” (al-Ikthiyarat al-
Ilmiyyah hal. 6)
- Imam Ibnu ‘Abidin al-Hanaf i rahimahullahu berkata :
“Diharamkan bagi seorang laki-laki memotong jenggotnya
yaitu mencukurnya.” (ar-Raddul Mukhtar : II/418)
- Imam al-‘Adawi al-Maliki rahimahullahu berkata : “Dinukil
dari Malik tentang dibencinya mencukur apa-apa yang ada
di bawah bibir, sesungguhnya ini adalah perbuatan orang
majusi.” (Hasyiah al-‘Adawi ‘ala Risalah Ibni Abi Zaid :
II/411)
- Imam Ibnu Abdil Barr al-Maliki rahimahullahu berkata di
dalam at-Tamhid : “haram mencukur jenggot bagi lelaki
dan pelakunya tidak lain adalah seorang yang banci.”
(Adillah Tahrim Halqul Lihaa hal. 96).
- Imam Ahmad bin Qoshim asy-Syafi’i rahimahullahu
berkata : “Ibnu Rif ’ah berkata di dalam Haasyiatu al-
Kaaf iyah, sesungguhnya Imam Syafi’i telah berkata di
|| 185 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
dalam al-‘Umm tentang haramnya mencukur jenggot,
demikian pula pendapat az-Zarkasyi dan al-Hulaimi di
dalam Syu`abul Iman.” (Adillah Tahrim Halqul Lihaa hal.
96).
- Imam Safarini al-Hanbali rahimahullahu berkata :
“Disandarkan kepada madzhab hanabilah tentang
haramnya mencukur jenggot.” (Ghita’ul Albaab : I/376).
Dan masih banyak lagi para ulama yang berpendapat tentang
haramnya mencukur jenggot, baik ulama salaf terdahulu maupun
kholaf kontemporer seperti Syaikh Abdul Jalil Isa, Syaikh Ali
Mahfuzh, Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Nashirudin al-Albani,
Syaikh Muhammad Sulthon al-Mashumi, Syaikh Ahmad bin
Abdurrahman al-Banna, Syaikh Abu Bakar al-Jaza`iri, Syaikh al-
Kandahlawi, Syaikh Abdurrahman al-Qoosim, Syaikh Isma’il al-
Anshori dan selain mereka.
Lantas, wahai Mujaddid, kau campakkan ke mana sabda nabi
yang mulia dan ucapan para ulama ummat ini?!! Darimana kalian
membangun hujjah kalian bahwa jenggot itu hanyalah sekedar
sunnah?!! Apakah kalian lebih mengagungkan ‘pemahaman akal’
kalian dan mencampakkan hadits-hadits nabi yang mulia?!!
Haihata haihata…!!!
|| 186 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Sunnah-Sunnah Dan Syariat Yang Dicampakkan Oleh
HT
Para pembaca budiman, sesungguhnya bukan hanya masalah
jenggot saja yang dicampakkan oleh HT, namun mereka juga
mencampakkan sunnah-sunnah nabi yang lainnya yang
jumlahnya sangat banyak, yang akan saya sebutkan beberapa
diantaranya. Maka oleh karena itu wahai “Mudzabdzab”,
seharusnya jika kau akan meludah, lihatlah tempat dulu, jangan
meludah sembarangan apalagi meludah ke atas, karena yang
akan terkena ludahmu adalah wajahmu sendiri…
Perhatikanlah petikan berikut ini
Hizbut Tahrir memperbolehkan memandang gambar wanita bukan mahram,
walaupun dengan syahwat sebagaimana dalam nusyrah (selebaran resmi Hizbut
Tahrir) no 16/Syawwal/1388H atau 4/1/1969M. yang berisi. “Memikirkan dengan
syahwat, berkhayal dengan syahwat ataupun memandangi foto wanita dengan
syahwat tidak haram, demikian pula pergi menonton bioskop adalah tidak haram,
dikarenakan yang ditonton hanyalah gambar (benda mati) yang bergerak.”.
Demikian pula dalam nusyrah no 21/Jumadil awwal/1390 atau 24/7/1970M,
dikatakan, “Sesungguhnya memandang gambar wanita baik dari cermin, di kartu,
di surat kabar ataupun yang semisalnya t idaklah haram”.
Lantas kau campakkan kemana wahai ”Mudzabdzab”, firman
Allah Subhanahu wa Ta'ala yang artinya :
 وَلا تْ ق  ربوا الزنا إِنه َ كا َ ن َفاحِ  شًة  و  ساءَ  سبِيًلا
|| 187 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
“Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk” (al-Israa’ : 32)
ُق ْ ل لِْل  م  ؤمِنِ  ين يغضوا مِ  ن َأب  صارِهِ  م  وي  حَف ُ ظوا ُف  رو  ج ه  م َ ذلِ  ك َأ  ز َ كى َل  ه  م إِنَّ اللَّه  خبِير بِ  ما
ي  صنعو َ ن
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman supaya mereka
menundukkan pandangannya dan supaya mereka memelihara
kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka.”
(an-Nuur : 30)
Kamu campakkan ke mana wahai Hizbut Tahrir, sabda Nabi yang
mulia yang artinya :
“Sudah ditetapkan bagi anak cucu Adam bagian zina yang pasti
akan menimpanya. Kedua mata, zinanya dengan memandang,
zina kedua telinga ialah mendengar, zina lisan ialah mengucap,
zina tangan ialah memegang, zina kaki ialah melangkah dan zina
hati ialah menghendaki sesuatu atau berkhayal, sedangkan yang
membenarkan adalah kemaluannya.” (Shahih, diriwayatkan
Muslim dari Abi Huroiroh)
Wal’iyadzu billah!!!
Hizbut Tahrir berpendapat bahwa mencium wanita ajnabiyah (bukan mahram)
adalah mubah tidak haram, sebagaimana dalam nusyrah jawab wa su’al no
24/Rabi’ul Awwal/1390 atau 29/5/1970M.
|| 188 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Astagfirullahal Adhim… Wahai “Mudzabdzab”, kau campakkan
kemana nilai-nilai akhlak islami dan iffah bagi seorang wanita?!!
Kau campakkan kemana ayat-ayat al-Qur'an dan sunnah-sunnah
nabi yang mulia yang mengharamkan persentuhan dengan
ajnabiyah, namun anda dan kelompok anda memperbolehkan
ciuman dengan ajnabiyah (walaupun tanpa syahwat). Apakah
anda akan mungkir, dengan menyatakan bahwa HT tidak
berpendapat demikian, ini adalah fitnah… maka saya jawab,
berarti anda berdusta atau menyembunyikan kebenaran. Karena
Umar Bakri Muhammad(140) sendiri menyatakan bahwa fatwa di
140 Umar Bakri Muhammad adalah mantan pembesar HT kelahiran Libanon Siria, yang
akhirnya keluar dari HT dan berubah menjadi takf iri khoriji yang gemar melemparkan takf ir
secara serampangan dan sporadis. Pada hari Rabu malam (2005) saya mendengar kajian
di Paltalk di room ‘liva salafee duroos’ mulai dari jam 12.00-01.30 malam. Pada sekitar jam
2 malam, saya melihat ada sebuah room yang bernama “al-Ghurobaa” Live Lecture Ahl
Sunnati wal Jama’ati with sheikh Omar Bakri Muhammad from UK, Luton. Saya
penasaran, karena setahu saya bahwa Umar Bakri inilah yang diambil ucapannya oleh
Lazuardi al-Hizbi namun uniknya di roomnya dia mengklaim sebagai ahlus sunnah dan
ghuroba’.
Akhirnya saya putuskan saja masuk ke Kajian live dari room (paltalk) ini yang menampilkan
rojul yang bernama Omar Bakri Mohammed. Akhirnya saya putuskan untuk mendengarkan
kajian yang berlangsung saat itu. Subhanallah, saya terperangah ketika mendengar
kajiannya. Dia mengaku di dalam kajiannya sebagai Ahlus Sunnah dan Salafiyun. Dia
membantah beberapa ahlul bid’ah di dalam muhadhorohnya. Kemudian saya putuskan
untuk ber tanya kepada ikhwan yang menjadi moderator (@dmin) di room tersebut yang
bernama ‘Abu Luqman’, dan diskusi inipun berlangsung :
Abu Salma : Assalamu’alaykum
Abu Luqman : WAALIKUM SELAM WW
Abu Salma : Min fadhlikum ya akhee, uriidu an as`alakum (Permisi, saya ingin tanya
pada antum)
Abu Luqman : yes…
Abu Salma : Man yatakallamu al’aan?? (Siapa yang berbicara sekarang)
Abu Luqman : Sheikh Omar Bakri Mohammed as-Salifee
|| 189 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Abu Salma : as-Salafee??? Hal huwa salafee?? Adhunnuhu huwa min Hizbit Tahrir
(Salafi? Apakah dia salafi? Aku kira dia dari HT)
Abu Salma : a’nii al-Muhajiroun (maksud saya dia dari “Muhajirun” [kelompok sempalan
HT])
Abu Luqman : Laa, huwa laysa min Hizbit Tahreer walaa Muhajiroun. He was. but he left
his last stance. HT is from the mutazilite (Tidak, dia bukan dari HT. Dia dulu
memang. Tapi dia meninggalkan pendapat per tamanya ini. HT termasuk
mu’tazilah)
Abu Luqman : rasionalist…
Abu Salma : Subhanallah, since when ya akhee? (Subhanallah, semenjak kapan akhi?)
Abu Luqman : Since a few years ago… I think in 1996 (Semenjak beberapa tahun lalu..
aku rasa sejak 1996)
Abu Salma : Because some shabab HT in my country take his sayings that reject khobar
ahad in aquidah case (karena beberapa syabab HT di negaraku mengambil
ucapannya yang menolak khobar ahad dalam masalah akidah)
Abu Luqman : and then Allah guide him to be a salifee (Kemudian Allah menunjukinya
sehingga menjadi salafi)
Abu Luqman : What country? (negara apa)
Abu Luqman : No!!! that’s not true… it was his last stance. And anyone who takes his last
stance then he’s wrong!!! Sheikh doesn’t deny khobar ahad in aquidah.. HT
does, and this is why sheikh called them as mutazilite. (Tidak itu tidak
benar… ini adalah pendapatnya yang dulu! Syekh tidak menolak khobar
ahad di dalam perkara akidah, tapi HT yang menolaknya. Oleh sebab itulah
syekh menyebut mereka sebagai Mu’tazilah)
Abu Salma : Indonesia
Abu Luqman : Masha Allah. How bout Da’awah there? (Masya Allah, bagaimana dakwah
di sana)
Abu Salma : Alhamdulillah, not as much as HT… (Alhamdulillah tidak sebanyak HT)
Abu Luqman : Hm… HT are many there? Then this is terrible. (HT banyak di sana, jadi ini
adalah suatu musibah)
Abu Luqman : U can read bout HT in http://htexposed.com/ (Kamu dapat baca tentang
HT di htexposed)
Abu Salma : Yes, I’ve read it. Do u know Abuzzubair?? (ya, aku sudah membacanya.
Kamu kenal Abu Zubair?)
Abu Luqman : Abuzzubair. U mean Abuzzubair the contributor of htexposed?? (Abu
Zubair? Maksudmu Abu zubair kontributor htexposed?)
Abu Salma : yes
|| 190 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Abu Luqman : I don’t actually know him. But he’s from islamic awakening (Aku tidak begitu
mengetahuinya, tapi yang kuketahui dia dari Islamic Awakening)
Abu Salma : Na’am, Islamic Awakening.
Abu Luqman : Islamic Awakening is murjee’ (Islamic Awakening itu Murji’ah)
Abu Salma : ??
Abu Luqman : They are murjee’.
Abu Salma : How come??? (Koq bisa?)
Abu Luqman : Yes, becoz they take the sayings of murjee’ of this era, like Safar Hiwali.
(Ya karena mereka mengambil ucapan murji’ah zaman ini, seperti Safar
Hawali)
Abu Salma : Safar Hiwali is a Murjee’?? isn’t he the writer of Dhohirotul Irja’ (Safar
Hawali murji’ah?? Dia kan menulis Zhohirotul Irja’)
Abu Luqman : Yes, becoz he didn’t make takfeer to his mamlakah (Ya karena dia tidak
mengkafir kan kerajaannya)
Abu Salma : Mamlakah Su’udiyah (Kerajaan Saudi)
Abu Luqman : Yes. Beladu Thoghut. (Ya negeri thoghut)
Abu Salma : What’s the stance of Sheikh Omar Bakri to Saudi Scholars like Ibn Baz??
(Apakah pendapat syaikh Umar Bakr i terhadap ulama saudi seper ti Ibnu
Bazz?)
Abu Luqman : Ibn Bazz is kaafir murtad!!!
Abu Salma : Subhanallahu. Kaafir?? Mur tad??
Abu Luqman : yes, becoz he defends Fahd the thoghut. He become muftee for thoghut.
(Ya, karena dia membela Fahd sang Thoghut, dan dia mau jadi mufti untuk
thogut)
Abu Salma : (penasaran) are Ibn Uthaimen and Albanee is also kaafir?? (Apakah Ibnu
Utsaimin dan Albani juga kafir?)
Abu Luqman : No, they are murjee’ (tidak namun mereka murji’ah)
Abu Salma : So who the scholar s beside Omar Bakri?? (lalu sapa ulama selain Umar
Bakri)
Abu Luqman : Many akhee… Alee Hudair, Naser Fahd, Neser Ulwaan, Imam Usamah,
Aiman Zawaher, Abu Muhamad Maqdese
Abu Salma : Hm… I think they don’t make takfeer to Ibni Bazz (Kupikir mereka tidak
mengkafir kan Ibnu Bazz)
Abu Luqman : Yes, takfeer is ijtihaad (ya takfir itu ijtihad)
Abu Luqman : that may differ from one to another (Yang dapat berbeda antara satu
dengan lainnya)
Abu Salma : Hm… how do u suppose if al-Maqdese yukaffir Omar Bakri?? (bagaimana
menurutmu kalo seandainya al-Maqdisy mengkafirkan Umar Bakri)??
|| 191 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Abu Luqman : then this is ijtihaad (ya ini adalah ijtihad)
Abu Salma : How about Muhammad ibn Abdul Wahab, is he salafee? (Bagaimana
dengan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, apakah dia salafi?)
Abu Luqman : He’s imaam ahl sunnati. Yes he’s pure salifee. (Dia adalah imam Ahlus
Sunnah. Ya ia adalah Salafi murni)
Abu Salma : How about his grandsons, like Abdul Azeez Al Sheikh (Bagaimana dengan
anak-anak cucunya, seperti Abdul Aziz Alu Syaikh?)
Abu Luqman : He’s the defender of thoghut. Hypocrit. Zindiq (Dia adalah pembela thoghut,
munafik, zindik)
Abu Salma : (terperangah) Subhanallah… how about sholih Fauzan al-Fauzan, Shalih Al
Shaikh (Subhanallah, bagaimana dengan Sholih Fauzan dan Sholih Alu
Syaikh?)
Abu Luqman : They all the defender of thoghut. (Mereka semua pembela thogut)
Abu Salma : Kaafir?
Abu Luqman : No. the kaafir one is Ibn Baz and Qordowi (Yang kafir itu Ibnu Baz dan
Qordhowi)
Abu Salma : DR. Yusuf Qordhowi?? Why?
Abu Luqman : he’s kaafir.
Abu Salma : why?
Abu Luqman : Are u ikhwanee? (Apakah kamu ini ikhwani?)
Abu Salma : No, I’m salafees.
Abu Luqman : Ok
Abu Luqman : he says music is halaal (dia mengatakan kalau musik itu halal)
Abu Salma : ??? (kaget)
Abu Luqman : he says that moslems are not differ with jews and christian (dia
mengatakan kalo muslim tidak beda dengan yahudi dan kristen)
Abu Salma : Hm… how about al-Banna??
Abu Luqman : He’s shufite mubtadee (dia sufi ahlul bid’ah)
Abu Salma : an-Nabhani??
Abu Luqman : He’s asharite mutazilite rasionalist (dia asy’ari mu’tazilah rasionalis)
Abu Salma : This lecture is live? (Kajian in langsung??)
Abu Luqman : Yes, from Luton
Abu Salma : Luton. Do u know the Masjid Ghurobaa?? (Apakah kamu tahu masjid
Ghuroba?)
Abu Luqman : Yes, they are murjee’ (Ya mereka adalah murji’ah)
Abu Luqman : They prohibit sheikh to pray there (mereka melarang syaikh sholat di sana)
|| 192 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Abu Luqman : O akhee, it’s QA session now. Maybe you want to ask to sheikh. I will take
ur question to him. (Akhi, sekarang sesi tanya jawab. Mungkin kamu mau
tanya kepada syaikh. Aku akan memberikan per tanyaanmu kepada syaikh)
Terus, ana kembali ke main room, dan saya ber tanya kepada Umar Bakri :
“dear Omar Bakri, some shabaab Hizbit Tahreer in my country (Indonesia) take ur sayings
and articles from Clara OBM rejecting khobar ahad in aquidah. What do you say about this?
Secondly, is it true that you make justification that Shaikh Ibnu Bazz rahimahullahu is
kaafir?? Shukron” (kepada Umar Bakri, beberapa syabab HT di negaraku Indoensia
membawakan pendapat dan artikelmu yang menolak khobar ahad di dalam perkara aqidah,
bagaiamana tanggapanmu? Kedua, apakah benar anda mengkafirkan Ibnu Bazz?”
Kemudian, setelah pertanyaan saya disodorkan, dia menjawab yang kurang lebih poinpoinnya
sebagai berikut (tanda dalam kurung adalah komentar saya) :
1. Menolak hadits ahad dalam masalah akidah adalah pendapat saya terdahulu,
kemudian Allah memberi petunjuk kepada saya. (Sayangnya dirimu jatuh dari
lubang kesesatan masuk ke lubang kesesatan yang lebih membinasakan)
2. Barangsiapa menolak khobar ahad dalam masalah ahkam dan akidah maka ia
telah kafir. (Umar Bakri mengkafirkan mu’tazilah, euy)
3. Barangsiapa menolak khobar ahad dalam masalah akidah saja maka ia sesat
pengikut ahlu bid’ah (dan dirimu lebih sesat kebid’ahannya wahai Umar Bakri)
4. HT adalah mu’tazilah. (Dan dirimu adalah takfiri khowarij)
5. Sebagian orang di dalam HT adalah kafir, karena menghalalkan musik, maksiat,
dan berkasih sayang dengan syi’ah rofidhoh. (Dirimu adalah khowarij tukang
pengkafir yang gegabah dan bodoh.)
6. Saya meninggalkan HT semenjak 9 tahun yang lalu. (Namun dirimu masuk ke
khowarij yang lebih sesat)
7. Saya sekarang adalah ahlu sunnah, pengikut dakwah Ibnu Taimiyah dan Ibnu
Abdul Wahhab. (Ini adalah klaim dusta semata. Karena Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah dan Imam Muhammad bin Abdul Wahhab berlepas diri dari dakwahmu)
8. Barangsiapa yang tidak mengkafirkan orang kafir, maka dia kafir. (kaidah yang
difahami secara gegabah dan serampangan)
9. Ibnu Baz adalah kafir karena beliau berwala’ dengan Fahd sang thoghut. Saya
sudah beratus-ratus kali ditanya hal ini (semoga Allah melindungi Imam Ibnu Bazz
dari jeleknya lisan Umar Bakri ini, semoga tuduhannya kembali kepada dir inya.
Celaka engkau wahai Umar Bakri!!!)
10. Ulama saudi sekarang adalah ulama thoghut (Semoga para ulama saudi yang
berpegang dengan aqidah dan manhaj yang benar diselamatkan oleh Allah dari
fitnah manusia sesat ini. Umar Bakri ini lebih sesat dari HT sekarang)
|| 193 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
atas adalah memang pendapat HT, kemudian Umar Bakri
menolaknya dan membantahnya, bahkan ia keluar dari HT dan
membentuk sempalannya yang bernama al-Muhajirun. Berhijrah
dari negeri kaum muslimin ke negeri kaafir. Namun anehnya,
sebagian anggota hizb lainnya masih berpegang dengannya
sebagaimana mereka berpegang terhadap pendapat
Abdurrohman al-Baghdadi yang dikeluarkan secara resmi dari HT.
Jika anda mengatakan, o… itu adalah qoul qodim HT, qoul jadid
HT menyatakan bahwa fatwa di atas mansukh, maka saya
katakan : Berikan bayan dan bukti tentang dimansukh-kannya
fatwa HT di atas.
Jika anda mengatakan, ini bukan pendapat resmi HT, tiap syabab
memiliki pendapat yang berbeda-beda, maka saya katakan :
Jama’ah macam apa kalian ini?!! Membiarkan saudara kalian
yang lainnya berada di dalam kebatilan!!! Diamnya anda dengan
tidak mengoreksi pemahaman ini adalah ridhonya anda dengan
pendapat ini…!!!
Berikutnya :
Hizbut Tahrir memperbolehkan berjabat tangan lelaki dan perempuan yang bukan
mahram. Taqiyuddin ber kata dalam Nizhomul Ijtima’iy fil islam (Sistem pergaulan
Demikianlah secara tidak sengaja saya mengikuti muhadhoroh (lecture) dari si Dajjal
khowarij ini, si Dzul Khuwaisiroh al-Birithoni (dulunya tinggal di Damaskus sekarang hijrah
ke negeri kafir, merasa aman tinggal di negeri kafir dan mengkafirkan secara sporadis
negeri kaum muslimin). Ini menunjukkan bagaimana gegabahnya Lazuardi al- Jawi dan
mudzabdzab di dalam menukil.
|| 194 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
dalam Islam, Pustaka Thoriqul Izzah, hal. 67), “Seorang pria pada dasarnya boleh
menjabat tangan seorang wanita, demikian pula sebaliknya, seorang wanita boleh
menjabat tangan seorang pr ia tanpa ada penghalang di antara keduanya.” Hal ini
juga diperkuat dengan nusyrah su’al jawab mereka no 24/Rabi’ul Awwal/1390
atau 29/5/1970, no 8/Muharam/1390 atau 16/3/1970 dan nusyroh al-ajwibah wal
as^ilah tanggal 26/4/1970.
Wal Iyyadzu billah!!! Kau campakkan kemana hadits Aisyah yang
menyatakan bahwa Rasululah tak pernah sekalipun menyentuh
wanita selain isteri-isterinya??? Hadits Umaimah yang hadir di
baiat dan menyatakan ketiadaan jabat tangan oleh Rasulullah?!!
Hadits yang menyatakan tentang lebih baik ditusuk jarum besi
daripada menyentuh wanita?!! Lihatlah bantahan saya terhadap
syubuhat yang dikeluarkan oleh TKAHI dan Syamsudin Ramadhan
di dalam artikel saya yang berjudul : “Jabat Tangan dengan
Ajanbiyah Haram Wahai Hizbut Tahrir” (Dapat didownload di
Markaz Download Abu Salma)
Selanjutnya :
Hizbut Tahrir memperbolehkan memandang wajah wanita, karena menurut
mereka wajah tidak termasuk aurot. Taqiyuddin berkata dalam Sistem pergaulan
dalam Islam hal 61, “Allah Ta’ala ber firman : ‘Katakanlah kepada mukmin laki-laki
hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka.’ (an-Nur (24) : 30),
maksudnya tentu adalah menundukkan pandangan terhadap wanita pada selain
wajah dan kedua telapak tangan, sebab memandang wajah dan telapak tangan
adalah mubah.”
|| 195 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Astagfirullahal Adhim… wahai HT, darimana lagi anda
mendatangkan pemahaman ini?!! Dan dimanakah kalian
campakkan ayat-ayat dan tafsir para mufassirin yang
menjelaskan keharaman memandang wajah ajnabiyah…!! Kau
campakkan ke mana pula hadits-hadits nabi yang mengharamkan
memandang wajah ajnabiyah?!!
Berikutnya :
Hizbut Tahrir menghalalkan musik dan nyanyian (walau diiringi alat musik)
sebagaimana dalam Nusyrah jawab wa su’al no 9 (20/Safar/1390 atau
26/4/1970), “Suara wanita tidak termasuk aurot dan nyanyian mubah hukumnya
serta mendengarkannya mubah. Adapun hadits-hadits yang warid mengenai
larangan musik adalah tidak shohih haditsnya. Yang benar adalah musik tidak
haram dan hadits-hadits yang memperbolehkan musik adalah shohih”.
Astagfirullahal Adhim… darimanakah kau datangkan faham kalian
ini? Dari shufi-kah? Syiah-kah? Ataukah dari kaum ilmaniyyin
(sekuler)???.
Saya katakan, sesungguhnya orang-orang yang mencela ketiga
masyaikh Robbani (i.e. Samahatus Syaikh Ibnu Bazz, al-Albany
dan Ibnu Utsaimin –rahimahumullah-) tidaklah keluar dari 3 jenis
manusia :
1. Orang yang Jahil Murokab
2. Ahlul Bid’ah terutama dari kalangan shufiyun, syi’iy dan
semacamnya
|| 196 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
3. Orang kafir, zindiq dan munafiq.
Padahal mereka semua dikenal baik oleh kawan dan lawan
sebagai alim mujtahid… jika anda pelajari biografi mereka,
bagaimana tokoh-tokoh harokah dan hizbiyah masih
menghormati mereka dan menganggap mereka masyaikh dan
ulama mujtahid… lihatlah Ali Belhaj (pimp. FIS dulu) yang
mengemis fatwa kepada Samahatus Syaikh Ibnu Bazz dan Albany
sebelum kasus pembantaian di al-Jazair bergolak yang mana Ali
Belhaj sendiri yang mencampakkan fatwa para masyaikh
tersebut…. Lihatlah pula DR. Abdullah Azzam yang datang
meminta fatwa kepada Imam Albany dan Ibnu Bazz tentang
permasalahan jihad di Afghonistan
Bahkan ketika Imam Ibnu Bazz meninggal, betapa banyak
majalah islami dipenuhi oleh artikel-artikel dan khabar yang berisi
bela sungkawa sekaligus sebagai pujian terhadap beliau sebagai
ulama ummat, lihatlah apa yang ditulis pentolan Ikhwanul
Muslimin, DR. Yusuf al-Qordhawi di saat kematian Imam Ibnu
Bazz, beliau menulis : ‘Allamatul Jaziirah wa Faqiidul Ummah
yang dimuat di Majalah al-Mujtama’ III/2.1420, dan beratusratus
lagi masyaikh serta thullabatul ilmi yang turut berduka cita
atas wafatnya beliau rahimahullahu…
Perhatikan pula bagaimana ummat ketika mendengar wafatnya
al-Muhaddits al-Faqih Syaikh Nashiruddin al-Albani –
rahimahullahu-, yang mana beratus-ratus ulama dan beribu-ribu
|| 197 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
thullabatul ilmi berta’ziyah dan berbelasungkawa atas wafatnya
beliau, perhatikanlah bagaimana penuhnya majalah-majalah
serta koran-koran dengan biografi beliau… Perhatikan pula Imam
Faqihuz Zaman Syaikh Ibnu Utsaimin, yang tidak jauh berbeda
dengan keadaan pendahulu beliau… Lihatlah pula nukilan-nukilan
fatwa mereka di majalah-majalah Ikhwanul Muslimin, majalah
Jum’iyah Ahlul Hadits India, Majalah Anshorus Sunnah al-
Muhammadiyah, dan beribu-ribu majalah islam lainnya…
makanya ana tidak heran, mengapa anda menukil dari majalah
SAHID (Suara Hidayatullah) dimana mereka sendiri memberikan
porsi dalam rangka memuji dan menganggap mereka sebagai
kibarul ulama, sebagai mujtahid al-Alim, sebagai mufti al-‘alam….
[Ini adalah teks Al-Mudzabdzab yang saya lemparkan lagi
padanya] Sekarang mari kita bandingkan mereka dengan tokoh
Hizbut Tahrir… Apakah ada ulama HT yang menulis kitab-kitab
syarah hadits, takhrij dan tahqiq…??? Sebagaimana Imam Albany
meneliti dan menyusun kitab-kitab fenomenal yang sangat luar
biasa besarnya, seperti : Silsilah as-Shahihah, Silsilah adh-
Dhaifah, Shahih Abu Dawud dan Dhaifnya, Shahih Ibnu Majah
dan Dha’ifnya, Shahih Riyadhus Shalihin, Shahih dan Dhaif
Adabul Mufrad, Shahih dan Dhaif Jami’us Shaghir dan kitab-kitab
hadits lainnya… belum lagi tahqiq dan takhr ij beliau terhadap
kitab-kitab fiqh, seperti Tamamul Minnah ta’liq terhadap Fiqhus
Sunnah karya Syaikh Sayid Sabiq –rahimahullahu-, Takhrij dan
Ta’liq Kitabus Sunnah, dan lain-lain, ada lagi dalam bidang aqidah
|| 198 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
seperti Ta’liq dan Syarh ath-Thawiyah, Kitabul Iman, dll, dalam
bidang sirah : Takhrij Fiqhus Sirah, Syamail Muhammadiyah, dan
lain-lain… Belum lagi Himpunan Fatawa beliau yang sedang naik
cetak berjumlah tidak kurang dari 40 Jilid, kemudian kaset-kaset
muhadharah beliau yang tidak kurang 7000 judul…
Apakah ada pula tokoh HT yang menulis, mensyarh, mentahqiq
dan menta’liq kitab-kitab Aqidah dan hadits sebagaimana Imam
Ibnu Utsaimin mensyarh Riyadus Shalihin, Arbain Nawawi, Syarh
Lum’atul I’tiqod, Kitabut Tauhid, Syarh Manzhumah al-
Baiquniyah, Syarh Aqidah al-Wasithiyah dan masih banyak lagi
hampir berjumlah ratusan… Belum lagi kitab yang beliau tulis
seputar masalah ushul fiqh dan fiqh… serta kumpulan fatawanya
yang hampir 30 jilid…???
Adakah pula tokoh HT yang seperti al-Allamah Imam Ibnu Bazz
yang bergelut dengan makhthutath semenjak remajanya,
mengoreksi Fathul Bari` dan kitab-kitab hadits lainnya, menulis
buku-buku Aqidah Salaf dan Fiqh Islami… yang mana beliau
memiliki Majmu’ Fatawa wa maqolaat mutanawwi’ah berjumlah
belasan jilid… belum lagi kumpulan-kumpulan fatwa lainnya yang
hampir berjumlah 20 jilid… adakah ulama’ HT yang demikian???
Lantas dengan hak apa anda berani memanggil mereka dan
merendahkan mereka sembari menyatakan “si Bin Baz”… dimana
posisi anda dibandingkan mereka… saya yakin, kedudukan anda
dengan kedua mata kaki dari masyaikh mulia ini tak ada apa||
 199 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
apanya… sekiranya ditimbang sejuta orang macam anda maka
tetap saja anda tak ada apa-apanya dibandingkan mereka… inilah
bedanya kami dengan anda!!! Jika anda berbicara dengan
maksud merendahkan, maka anda gunakan lisan anda yang hina
untuk merendahkan masyaikh yang mulia, namun jika kami
mengkritik para tokoh hizbiyah dan mubtadi’ah, maka kami nukil
ucapan orang-orang yang sederajat –bahkan lebih- dengan
mereka, supaya kedhaliman tidaklah menyelimut i diri kami,
karena tiap-tiap orang ada kadarnya…
Lantas bagaimana bisa anda katakan bahwa hasil pemahaman HT
berada di atas nash Al-Qur’an dan As-Sunnah!! Tahukah anda
wahai “Mudzabdzab”, dari mana para Ulama Salafy ini mengambil
pendapat madzhabnya!!! Mereka mengambil pendapatnya dari al-
Qur’an dan as-Sunnah yang shahih, dari Ijma’ Shahabat, dari
aqwalus salaf yang selaras dengan Qur’an dan Sunnah, dari
Imam Asy-Syafi’i, Abu Hanifah, Malik, Ahmad ibn Hambal dan
selainnya yang selaras dengan al-Haq tanpa fanatik terhadap
salah seorang dari mereka!!! Yang mana kitab Al-Muwaththo’
karya Imam Malik (sebagaimana dinyatakan sendiri oleh Imam
Malik dalam muqadimah kitabnya) mendapat rekomendasi dari
70 ulama Madinah yang merupakan anak keturunan dan murid
sahabat atau tabi’in dan tabiut tabi’in di Madinah, bahkan Fathur
|| 200 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Rabani(141)-nya - Imam Ahmad Ibn Hambal yang berisi ribuan
hadis nabi SAW bahkan ketika beliau ditanya apakah seorang yg
hafal 100 ribu hadis boleh berijtihad sendiri, Imam Ahmad
menjawab : ‘Belum boleh’. Lalu beliau ditanya lagi : ‘apakah
seorang yg hafal 200 ribu hadis boleh berijtihad sendiri’ , Imam
Ahmad menjawab : ‘Belum boleh’. Ketika beliau ditanya kembali :
‘apakah seorang yg hafal 400 ribu hadis boleh berijtihad sendiri’ ,
lalu Imam Ahmad menjawab : ‘boleh’(142). Bahkan Imam Abu
Hatim sampai menyatakan bahwa mencintai Imam Ahmad adalah
pengikut Sunnah, Abu Hatim berkata : “Jika kamu lihat seseorang
mencintai Imam Ahmad ketahuilah ia adalah pengikut Sunnah.”
(As-Siyar A’lam An-Nubala’ 11/198).(143)
141 Saya tidak pernah mengetahu bahwa Imam Ahmad memiliki karya tulis yang berjudul
Fathur Robbani. Namun apabila yang dimaksudkan kitab bermadzhab Hanabilah mungkin
saja...
142 Namun aneh bin ajaib. Mudzabdzab ini menukil ucapan al-Imam al-Mubajjal Imam
Ahmad bin Hanbal rahimahullahu tentang syarat mujtahid yang mereka arahkan kepada
ulama ahlul hadits ulama salafiy, sedangkan HT tidak memiliki satupun muhaddits ulung
yang dikenal jerih payahnya dalam tahqiqot, ta’liqot maupun takhrijat, bahkan Taqiyudn an-
Nabhanni pendiri HT sendiri bukanlah seorang yang ahli hadits, dan tidak ada persyaratan
yang disebutkan oleh Imam Ahmad terdapat dalam diri beliau. Namun HT dengan
bangganya menyebut an-Nabhani ini sebagai Mujtahid Mutlak. Wallahul Muwaafiq.
143 Sekali lagi mudzabdzab ini menunjukkan keanehan dan kontradiksi yang nyata.
Bagaimana mungkin dia menukil ucapan di atas sedangkan di sisi lain, dia menukil ucapan
ahlu bid’ah pembenci ahlus sunnah termasuk yang turut dicela dan dibenci adalah Imam
Ahmad bin Hanbal rahimahullahu, dimana al-Mudzabdzab ini mengambil ucapan as-Saqqof
murid al-Kautsar i yang menghina Imam Ahmad, dia juga menukil bantahan-bantahan
terhadap ahlus sunnah salafiyun dari situs ahlu bid’ah (www.mas’ud.co.uk) yang mana di
dalamnya Hamim Nuh Keller menuduh Imam Ahmad dan puteranya mujassim. Haihata
haihata…
|| 201 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Saya tambahkan di sini : Anda wahai “Mudzabdzab”, anda
tanaqudh dengan diri anda sendiri… karena anda menukil ucapan
orang-orang yang membenci Imam Ahmad bin Hanbal, bahkan
anda menukil pendapat-pendapat orang-orang yang manhaj dan
aqidahnya menyelisihi Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullahu.
Anda menukil dan membangun argumentasi anda dari talbis
antara al-Haq dan al-Bathil, antara sunnah dan bid’ah, antara
penyeru tauhid dengan penyeru kesesatan dan kesyirikan.
Siapakah Hasan Ali as-Saqqof yang anda kemukakan dan anda
bangga-banggakan?!! Siapa pula Abu Ghuddah, al-Buthi, al-
Ghumari bahkan al-Kautsari pembesar mereka?!! Kenapa pula
anda mencantumkan kitab-kitab sesat dari kaum shufiyun dan
syi’ah di dalam membantah dakwah wahabiyah?!! Allahumma,
sungguh ‘miskin’ sekali dirimu wahai “Mudzabdzab”!!!
Saya lanjutkan kembali dengan menukil perkataan anda dan saya
bidikkan kembali ke anda : Lalu apakah tidak boleh seseorang
yang mengambil pendapat Imam Malik (yang menjadi pewaris
madzhab Sahabat, tabi’in, tabiut tabi’in); lalu Imam Ahmad (yang
hafal 400 ribu hadis), imam syafi’i yg menulis kitab Al-Umm, Ar-
Risalah (yg juga berisi ribuan hadis); dan Imam Abu Hanifah yg
menulis kitab Al-Mabsuth(144) dll (yg berisi juga hadits2 dan fatwa
as-Salaf ash-Sholih) dan Ulama Mujtahid lainnya.
144 Ini termasuk kebodohan kesekian kalinya al-Mudzabdzab. Al-Mabsuth bukanlah karya
tulis Imam Abu Hanifah, namun ia adalah salah satu buku bermadzhab Hanafiyah.
|| 202 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Lalu adakah salah satu tokoh HT yang punya karya melebihi al-
Muwatho Imam Malik, atau yang hafal hadis lebih dari 400 ribu
seperti Imam Ahmad, atau kitab fiqh–sunnah seperti Al-Umm
atau Al-Mabsuth !!! Tidak ada, lalu bagaimana anda dan
kelompok anda bisa mengatakan hal seperti itu !!! Sungguh
ucapan seperti ini merupakan bentuk ‘kekurangajaran’ kepada
para Ulama Mujtahid yg dilontarkan dari ‘orang jahil’ yg sama
sekali tidak mencapai ‘barang secuil dari ilmu para Imam
Mujtahid (yg sering ‘sok tahu’ dg mengklaim paling berpegang dg
ushul fiqh dan manhaj tarjih!!!), dan pada saat bersamaan
menuduh para Ulama yang mengambil pendapat dari al-Qur’an,
as-Sunnah dan atsar Shahabat sebagai ‘orang yang kurang ajar’.
Padahal sebenarnya mereka inilah –Syaikh Ibnu Bazz, Ibnu
Utsaimin dan al-Albany- yg paling layak disebut sebagai pewaris
madzhab Salaf dlm Aqidah dan fiqh karena dekatnya ilmu mereka
dg pemahaman Sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in dan banyak
ahli ilmu!!??!
Saya katakan : Jangan lihat kitab Syakhsiyah Al-Islamiyah (nb :
karya Syeikh An-Nabhani), Jangan pula Nidhomul Islam ataupun
ad-Dusiyah!!!? Yang isinya penuh dengan penyimpanganpenyimpangan
dan penyelewengan… lihatlah al-Qur’an dan as-
Sunnah dan kitab-kitab Aqidah para imam salaf… Syarah Ushul
I’tiqod Ahlus Sunnah, Asy-Syari’ah, Syarhus Sunnah, Kitabus
Sunnah, Ushulus Sunnah, dll…
|| 203 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
AQIDAH DAN HIZBUT TAHRIR VS AQIDAH
SALAFIYYAH
Al-”Mudzabdzab” al-Hizbi berkoar-koar kembali :
Kalau anta menuduh bahwa pembahasan aqidah Hizb kurang dibanding masalah
politik adalah dusta semata !!! Hizb telah mengeluarkan dan mentabanni sejumlah
kitab yg membahas banyak masalah spt : Nidzam Iqtishod (sistem ekonomi islam),
Al-Anwal f i daulah Al-Khilafah (Sistem keuangan dalam Daulah Al-Khilafah), Nidzam
Uqubat (sistem sangsi islam), Nidzam Al-Hukmi (sistem pemerintahan islam),
Nidzam Ijt ima’ (sistem pergaulan islam), Daulah Al-Islamiyyah (Kitab Sirah),
Syakhsiyah Al-Islamiyah tdr dari 3 jilid (berisi pembahasan masalah aqidah, hadis,
jihad, muamalat, ushul fiqh dll), Ad-Dussiyah dan Ma’lumat li Asy-Syabab (nb : 2
kitab ini banyak memabahas masalah aqidah dan krit ik atas peyimpangan aqidah
umat dr aqidah yg shohih yg berdasar kitab dan As-Sunnah), ahkam Ash-Sholat
(Hukum2 sholat), Min Muqawwimat An-nafsiyah Al-Islamiyyah (Pengutat Nafsiyah
Al-Islamiyah berisi ayat2 dan hadis ttg masalah akhlaq) dan berbagai kitab lainnya
yg membahas berbagai masalah termasuk diantara afkar siyasi dan Nadzarat siyasi
li hizb At-Tahrir (nb : 2 kitab terakhir ini scr spesifik membahas pemikiran
kontemporer dan konstalasi politik internasional) ! !! Ditambah lagi puluhan bahkan
ratusan kitab yg telah ditulis oleh para syabab dg tema Aqidah (seperti kitab Thoriq
Al-Iman yg ditulis oleh DR. Sami’ Athif Az-Zein), hadis, Fiqh, Ushul Fiqh, Tafsir,
Ekonomi, polit ik, Sejarah, Ilmu sosial, Ilmu Psikologi, sirah dll. Sekali lagi, telah
terbukti bahwa tuduhan si Ikhwan ini tdk terbukti dan ini hanya sebuah kedustaan yg
pasti Allah akan meminta pertanggungan jawab atasnya !!!?
|| 204 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Tanggapan :
Koar-koarmu sungguh menggelikan… mana kitab aqidah yang
anda maksudkan dari HT?? Apakah pembahasannya terperinci
sebagaimana kitab Aqidah para salaf?? Ataukah hanya global dan
terpaku dengan akal-akal dan pemahaman yang diwarnai oleh
Aqidah Jahmiyah, Maturidiyah dan Asy’ariyah??? Berikut ini akan
saya tunjukkan aqidah Hizbut Tahrir yang ditabanni di dalam
kitab mutabanat mereka yang akan saya bandingkan dengan
aqidah salafiyah ahlul hadits.
Lihatlah berikut ini wahai “Mudzabdzab”….
Al-Qodho’ wal Qodar
Hizbut Tahrir memiliki pemahaman tentang al-Qodho’ wal Qodar
yang aneh dan mengklaim pemahaman mereka adalah
pemahaman yang paling benar dan sehat, mereka menyatakan
seluruh pendapat tentang masalah Qodho’ dan Qodar ini adalah
keliru, baik pendapat Mu’tazilah, Jabariyah bahkan Ahlus Sunnah
dan pendapat-pendapat lainnya. Para pembaca akan melihat
bagaimana rancu dan aqlaninya mereka di dalam memahami ini,
sehingga mereka lebih menyimpang daripada mu’tazilah di dalam
permasalahan Qodho’ dan Qodar, walaupun mereka mengklaim
bahwa pendapat mereka ini membantah mu’tazilah. Tulisan saya
di bawah ini sekaligus membantah klaim Yahya Abdurrahman di
|| 205 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
dalam artikelnya yang berjudul “Hizbut Tahrir menjawab Tuduhan
Miring”, Berikut ini saya cuplikkan perkataan an-Nabhani dari
kitab yang dinyatakan oleh “Mudzabdzab” sebagai kitab aqidah
HT :
Taqiyudin an-Nabhani rahimahullahu berkata : “Adapun masalah al-Qodho’ wal
Qodar, kedua istilah ini belum pernah disebutkan secara bergandengan di dalam
al-Qur'an maupun as-Sunnah. Dan tidak pula pernah diucapkan oleh sahabat
maupun tabi’in, dan masalah ini tidaklah dikenal pada zaman mereka.” (ad-
Duusiyah hal. 18)
Tanggapan : Ucapan Syaikh an-Nabhani rahimahullahu di atas
adalah tidak berdasar dan tidak disokong oleh penelitian yang
dalam serta tidak benar sama sekali. Istilah Qodho’ dan Qodar ini
telah disebutkan secara bergandengan dalam hadits-hadits
shohih, misalnya sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam :
“Kebanyakan penyebab kematian di kalangan ummatku setelah
ketetapan kitabullah dan qodho’ serta qodar-Nya adalah karena
penyakit ‘ain.” (HR. Thabrani dan selainnya, dihasankan oleh al-
Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari` (X/167)).(145)
Jika anda mengatakan bahwa hadits di atas adalah hadits ahad
tidak dapat dijadikan hujjah dalam masalah aqidah, maka saya
jawab : klaim anda bathil, karena pendapat yang benar adalah
hadits ahad selama ia shohih dan memiliki qorinah yang kuat
145 Lihat al-Jamaa’at al-Islamiyyah f i Dhou’il Kitaabi was Sunnah, Syaikh Salim bin Ied al-
Hilali, terj. “ Jama’ah- Jama’ah Islam”, jilid II, cet. I, Oktober 2004, Pustaka Imam Bukhori hal.
224.
|| 206 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
adalah wajib diyakini dan dapat dijadikan hujjah dalam masalah
aqidah. Insya Allah pembahasan ini akan saya turunkan
tersendiri.
Taqiyudin menyatakan bahwa al-Qodho’ wal Qodar bukanlah permasalahan
aqidah, beliau rahimahullahu berkata : “Masalah qodho’ dan qodar bukanlah
masalah yang dibawa oleh Islam untuk diimani. Bukan pula termasuk masalah
yang disebutkan oleh ayat-ayat al-Qur'an untuk diyakini. Masalah ini tidak
termasuk masalah aqidah yang diperintahkan supaya diyakini.” (ad-Duusiyah hal.
23)
Tanggapan : Klaim an-Nabhani rahimahullah adalah bathil.
Karena permasalahan al-Qodho’ wal Qodar adalah bagian dari
keimanan dan aqidah yang wajib diyakini oleh setiap muslim.
Bahkan masalah Qodho’ dan Qodar ini adalah termasuk rukun
iman yang ke-6, sebagaimana disabdakan oleh nabi yang mulia
‘alaihi sholaatu wa salaam : “Engkau ber iman kepada Allah, para
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, har i akhir, dan engkau ber iman
kepada qadar-Nya yang baik maupun yang buruk.”(146)
Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya dari Zaid bin
Tsabit, dia berkata, saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam bersabda : “Seandainya engkau memiliki emas
sebesar gunung uhud atau seperti gunung uhud dan engkau
belanjakan di jalan Allah, maka Ia takkan mau menerimanya
darimu sebelum engkau beriman kepada takdir, dan engkau
146 Muttafaq ‘alahi : Bukhori (I/19-20) dan Muslim (I/37).
|| 207 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
mengetahui bahwa apa yang ditakdirkan menimpamu takkan
meleset darimu dan apa yang ditakdirkan meleset darimu takkan
menimpamu. Dan sesungguhnya jika engkau mati di atas
(aqidah/keimanan) selain ini, maka engkau pasti akan masuk
neraka.”(147)
Dan dalil-dalil dari kitabullah dan sunnah nabi yang mulia adalah
banyak sekali, dan hal ini menunjukkan bahwa perkara Qodho’
dan Qodar ini adalah bagian dari perkara keimanan. Oleh karena
itu, klaim an-Nabhani di atas adalah bathil dan menyesatkan.
Semoga Allah Ta’ala mengampuni beliau.
Taqiyudin juga menuduh Ahlus Sunnah sebagai Jabariyah dalam masalah al-
Qodho’ wal Qodar sebagaimana termuat secara eksplisit dalam ad-Dusiyah hal
21-22, sebagai berikut, “Mereka (Ahlus Sunnah) mengklaim bahwa pandangan
mereka adalah pandangan yang baru, bukan pandangan mu’tazilah dan bukan
pula jabar iyah. Mereka (Ahlus Sunnah) berkata tentang pandangan mereka (yakni
al-Kasb) bahwa pandangan mereka ter sebut bagaikan susu put ih yang bersih
yang keluar diantara kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang yang
meminumnya. I tulah konklusi pendapat ahlus sunnah. Setelah diperinci, nyatalah
dan jelaslah bahwa per kataan mereka dan per kataan Jabariyah hakikatnya sama,
dan mereka (Ahlus Sunnah) termasuk Jabariyun, yang mereka kebingungan
diantara dalil-dalil mu’tazilah dan Jabar iyah…”
Tanggapan : Tuduhan an-Nabhani di atas adalah tuduhan yang
keji, yang menunjukkan perbedaan pemahaman beliau dengan
147 Diriwayatkan oleh Ahmad (V/185), juga diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah
dengan lafazh yang mirip.
|| 208 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
pemahaman ahlus sunnah, dan penjelas yang nyata dari beliau
bahwa beliau tidak berintisab (menisbatkan diri) kepada ahlus
sunnah. Hal ini menunjukkan bahwa, pada hakikatnya HT
tidaklah menyandarkan diri sebagai bagian dari Ahlus Sunnah,
walaupun Yahya Abdurrahman mengatakan bahwa HT bukanlah
madzhab baru dan tidak membawa madzhab baru, namun
madzhab HT dalam masalah Qodho’ dan Qodar ini adalah
madzhab baru yang tidak dikenal sebelumnya, melainkan hanya
mengadopsi pemikiran Qodariyah yang dimodifikasi.
Ucapan an-Nabhani di atas juga menunjukkan
ketidakfahamannya terhadap Ahlus Sunnah, karena yang
diisyaratkan oleh dirinya sebagai Ahlus Sunnah pada hakikatnya
adalah Asy’ariyah, dan ini jelas suatu kesalahan yang amat dan
kebatilan yang berlipat. Sebab istilah kasb yang diklaim oleh an-
Nabhani adalah istilah Asy’ariyah yang tidak dikenal oleh Ahlus
Sunnah. Maka benarlah apa yang diucapkan oleh Syaikh
Abdurrahman ad-Dimasyqiyah, bahwa an-Nabhani ini tidak dapat
membedakan antara ahlus sunnah dengan asy’ariyah ataupun
maturidiyah.
Syaikh Salim bin Ied al-Hilali berkata :
“An-Nabhani telah menisbatkan madzhab bathil kepada Ahlus Sunnah, yaitu al-
Kasb dan penyamaan antara Irodah dan Masyi’ah. I tu tidak lain adalah madzhab
al-Asy’ariyah bukan madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah pengikut salaf ashabul
hadits. Jika dikatakan bahwa yang dimaksud dengan Ahlus Sunnah di sini adalah
|| 209 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
madzhab Asy’ariyah, maka kami jawab : Tidak boleh menamakan Asy’ariyah
dengan sebutan Ahlus Sunnah, karena mereka (asy’ariyah) bukanlah termasuk
Ahlus Sunnah berdasarkan persaksian ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah
pengikut Salafus Shalih.”(148)
Imam Ahmad, Ibnu Madini dan selain mereka menyatakan bahwa
barang siapa yang menyelami ilmu kalam bukanlah termasuk
Ahlus Sunnah meskipun perkataan mereka bersesuaian dengan
as-Sunnah, hingga ia meninggalkan jidal dan menerima nashnash
syar’iyyah.(149)
Tidak syak lagi, sumber pengambilan dalil yang sangat utama
dalam madzhab Asy’ariyah adalah akal. Tokoh-tokoh asy’ariyah
sendiri yang menegaskan hal tersebut, bahwa mereka lebih
mendahulukan dalil aqli daripada naqli bila terjadi pertentangan.
Ketika Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah membantah mereka dalam
buku beliau yang sangat langka yang berjudul Dar`u Ta’arudh al-
Aql wan Naql, beliau membukanya dengan menyebutkan kaidah
umum mereka bilamana terjadi pertentangan di antara dalildalil.(
150)
148 Lihat al-Jamaa’at al-Islamiyyah, op.cit. hal. 229
149 Lihat Syarh Ushul I’tiqod Ahlis Sunnah wal Jama’ah, karya Imam al-Lalika`i (I/157-165);
sebagaimana di dalam al-Jamaa’at al-Islamiyyah, op.cit., hal. 230.
150 Bagi yang ingin penjelasan lebih rinci silakan lihat kitab Asas at-Taqdis karya ar-Raazi
(hal. 168-173); asy-Syaamil karya al-Juwaini (hal. 561); dan al-Mawaaqif (hal. 39-40). Saya
berkata : mereka semua adalah pembesar Asy’ariyah yang menjelaskan tentang madzhab
mereka yang lebih mendahulukan akal ketimbang wahyu ketika terjadi per tentangan.
|| 210 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Saya katakan : HT sangat jahil tentang perbedaan antara
asy’ariyah dan ahlus sunnah, menurut mereka perselisihan
diantara ahlus sunnah dan asy’ariyah adalah perselisihan
kalamiyah. Wal ‘Iyadzubullah. Sungguh ucapan yang berangkat
dari kebodohan yang berlipat (jahil murokkab) dan pemahaman
yang dangkal serta pengetahuan yang sempit.
Ibnu Abdil Bar menukil perkataan Ibnu Khuwais Mandaad al-
Maliki di dalam mensyarah perkataan Imam Malik :
“Tidak diterima persaksian ahli ahwa”, beliau menjelaskan : “Ahlul Ahwa yang
dimaksud oleh Imam Malik dan seluruh sahabat-sahabat kami adalah ahli kalam.
Siapa saja yang termasuk ahli kalam maka ia tergolong ahli ahwa wa bida’. Baik
ia seorang pengikut madzhab asy’ariyah ataupun selainnya. Maka tidak diterima
persaksiannya dalam Islam untuk selama-lamanya, wajib diboikot dan ditahdzir
bid’ahnya. Jika ia masih mempertahankannya harus dimintai taubat.”(151)
Perkataan Hizbut Tahrir yang mensifati ahlus sunnah sebagai
jabariyah adalah karakter ahli ahwa wa bida’, tuduhan yang tidak
benar dan batil.
Imam Ahmad berkata :
“Sungguh aku telah melihat ahlu ahwa’ wa bida’ wa khilaaf telah memberi nama
dan julukan yang keji kepada ahlus sunnah. Mereka bermaksud menghina,
mendiskreditkan dan melecehkan mereka di hadapan orang-orang yang bodoh
dan jahil. Adapun al-Qodariyah, mereka menyebut Ahlus Sunnah sebagai
151 Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlihi, karya Ibnu Abdil Bar, (II/96); lihat al-Jamaa’at al-
Islamiyyah, op.cit., hal. 230.
|| 211 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
penganut faham Jabariyah. Sungguh dusta perkataan al-Qodariyah itu,
merekalah yang pantas disebut sebagai pendusta dan penyelisih. Mereka
menafikan takdir Allah atas makhluk-Nya. Mereka mengatakan Allah tidak punya
kuasa (atas makhluk-Nya), Maha suci Allah (dari yang mereka katakan).”(152)
Taqiyudin berkata :
“Dari semua itu jelaslah bahwa akar masalah qodho’ dan qodar ini adalah keliru,
karena merupakan salah satu (buah) dari pemikiran filsafat Yunani. Oleh karena
itu, semua pembahasan dalam masalah ini adalah keliru. Kekeliruan ini telah
menyeret ummat ke dalam kesalahan demi kesalahan. Demikian pula seluruh
pendapat yang ada dalam permasalahan ini adalah keliru seluruhnya, baik
pendapat mu’tazilah, ahlus sunnah maupun jabariyah ataupun pendapatpendapat
lain yang datang sesudah mereka yang menggiring ummat kepada
dugaan-dugaan dan khayalan.” (ad-Duusiyah, hal. 23-25)
Tanggapan : An-Nabhani rahimahullahu sekali lagi berani
menyamaratakan antara qodariyah, jabariyah dan ahlus sunnah
berada di atas kekeliruan, dan seluruhnya berangkat dari f ilsafat
Yunani. Beliau mementahkan jerih payah ulama-ulama terdahulu
yang telah menguraikan masalah ini dan membawakan pendapat
yang menuntaskannya, seperti Imam Bukhori di dalam kitabnya
yang berjudul Kholqu Af ’aalil ‘Ibaad, Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah dalam kumpulan fatawanya dan kitab-kitab aqidahnya
seperti al-Wasithiyah, al-Hamawiyah, as-Safariniyah, dan lain lain
juga Ibnul Qoyyim dalam Syifa’ul Alil, demikian pula Ibnu Abil Izz
152 Kitabus Sunnah (hal. 86, Dzail Radd ‘ala Zanadiqoh wal Jahmiyah); sebagaimana dalam
“Jama’ah-Jama’ah Islamiyyah” jilid II, hal. 231-232.
|| 212 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
al-Hanaf i dalam Syarh Aqidah ath-Thohawiyah dan masih banyak
ulama lainnya.
HT mengklaim telah menyelami seluruh pendapat dan madzhab
di dalam masalah ini, kemudian mereka menyalahkan
seluruhnya!!! Apakah HT sudah menyelami pendapat ahlus
sunnah di dalam hal ini?!! Ini sungguh kelancangan tanpa bukti.
Dan yang parah lagi adalah mereka tidak menyinggung sama
sekali madzhab salaf dalam masalah ini!!! Apakah HT tidak tahu
ataukah pura-pura tidak tahu?!! Wallahul Musta’an!!!
“Masalah al-Qodho’ wal Qodar sungguh telah memainkan peranan penting dalam
madzhab-madzhab islami. Ahlus sunnah berpendapat yang ringkasnya manusia
memiliki kasb ikhtiari di dalam perbuatannya, yang mana mereka dihisab karena
kasb ikht iari tersebut. Sedangkan Mu’tazilah berpendapat yang ringkasnya adalah
manusia sendiri yang menciptakannya. Adapun Jabar iyah, memiliki pendapat
sendiri yang ringkasnya adalah Allahlah yang menciptakan hamba beser ta
perbuatannya. Ia dipaksa melakukan perbuatannya dan tidak mampu berikhtiar
bagaikan bulu yang diterbangkan angin ke mana saja…” Beliau melanjutkan di
dalam paragraf berikutnya : “… Ternyata asas ini tidak berkaitan dengan
perbuatan manusia ditinjau dari apakah diciptakan oleh Allah atau manusia itu
sendiri, juga tidak berkaitan dengan ilmu Allah ditinjau dari sisi kenyataan bahwa
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengetahui apa yang akan dilakukan oleh hambahamba-
Nya, dimana ilmu-Nya meliputi semua perbuatan hamba, dan tidak pula
terkait dengan irodah Allah yang irodah-Nya berkaitan dengan perbuatan hamba
sehingga perbuatan ter sebut terjadi dengan adanya irodah Allah, juga tidak
berhubungan dengan perbuatan hamba dalam Lauh al-Mahfuzh, sehingga mau
|| 213 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
tidak mau ia harus melakukan apa yang ter tulis… memang benar!!! Semua
pembahasan di atas bukanlah dasar di dalam pembahasan al-Qodho’ wal Qodar.”
(Nizhomul Islam, hal. 15)
Inilah pemahaman HT terhadap masalah al-Qodho’ wal Qodar,
yang mana mereka mengklaim bahwa pendapat mereka adalah
pendapat yang paling benar, dan seluruh pendapat –walaupun
pendapat ahlus sunnah- adalah pendapat yang bathil, dan kaum
muslimin tentu saja dalam keadaan menyimpang di dalam
masalah ini, hingga akhirnya HT muncul dan mengoreksi segala
pendapat mereka di atas. Subhanallah. Sungguh aneh… kaum
kholafi yang banyak memiliki penyimpangan ini muncul dan
mengoreksi kesesatan ummat selama berabad-abad.
Padahal pernyataan an-Nabhani di atas adalah pernyataan bathil,
dimana ia menyatakan bahwa masalah qodho’ dan qodar tidak
ada hubungannya dan tidak berkaitan dengan irodah, ilmu dan
lauh al-Mahfuzh Allah. Dia menyatakan bahwa perkara-perkara
ini bukanlah dasar di dalam pembahasan al-Qodho’ wal Qodar.
Lantas apa dasarnya?? Sungguh, ini adalah kesekian kali
keganjilan pemahaman HT yang kontradiksi, dimana an-Nabhani
menyatakan tentang ilmu Allah yang meliputi semua perbuatan,
irodah Allah dan lauhil mahfuzh, namun beliau menyatakan
bahwa masalah qodho’ dan qodar tidak berhubungan dengan itu
semua. Lantas berhubungan dengan apa??
|| 214 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Padahal imam Ibnul Qoyyim al-Jauziyah di dalam Syifaa`ul Aliil
(I/91) menerangkan :
“Tingkatan qodho’ dan qodar itu ada empat, yang apabila seseorang belum
mengimaninya, maka berarti ia belum mengimani qodho’ dan qodar, yaitu :
Pertama : I lmu Allah terhadap segala sesuatu sebelum terjadi. Kedua : Penulisan
takdir segala sesuatu sebelum terjadi. Ketiga : Kehendak Allah atasnya. Keempat
: Penciptaan Allah terhadapnya.”
Dengan yakinnya, HT memunculkan istilah ‘khasiyat’ dalam
memahami al-Qodar yang dimiliki setiap benda, dan HT juga di
dalam memahami al-Qodho’ mereka membedakan antara ‘af’al’
dengan ‘tawalludul af’al’ dimana mereka membaginya di dalam
dua hal, yaitu : (1) yang tidak bisa dipilih oleh manusia (mujbar)
dimana manusia berada di dalam lingkaran yang manusia tidak
berperan apa-apa di dalamnya dan (2) yang bisa dipilih oleh
manusia (mukhoyyar) dimana manusia berada di dalam lingkaran
yang mereka bisa melakukan apa saja dan hal yang kedua ini
tidak berhubungan dengan al-Qodho’.
HT berbicara tentang dua lingkaran, dan pembagian ini hanya
terfokus pada perbuatan manusia yang ikhtiyarah, dimana di
dalam lingkaran yang mukhoyyar manusia bisa untuk melakukan
apa saja dan hal ini tidak berkaitan dengan Qodho’ dan Qodar.
Pendapat ini adalah penjelmaan dari pendapat mu’tazilah yang
menyatakan bahwa amal perbuatan adalah makhluk (ciptaan)
manusia itu sendiri yang tidak ada kuasa dan kehendak Allah di
|| 215 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
dalamnya, semuanya murni dari kehendak manusia. HT pun juga
tidak jauh berbeda, namun dengan susunan kata yang berbeda,
yang menyatakan :
“Lingkaran ini (mukhoyyar) yang mana set iap manusia atau yang dilakukan oleh
orang lain terhadapnya berasal dari kehendak manusia itu sendir i, dan t idak
termasuk masalah qodho’ dan qodar”.(153)
Jadi mereka memisahkan kehendak Allah dengan kehendak
manusia di dalam hal ini, dan ini sangat serupa dengan aqidah
mu’tazilah. Berikut ini akan saya terangkan lagi lebih jelas :
Ketahuilah, bahwa ahlus sunnah meyakini bahwa manusia benarbenar
melakukan perbuatannya, perbuatan mereka dinisbatkan
kepada mereka secara hakiki bukan majazi dan meyakini
bahwasanya Allah telah menciptakan mereka dan amal perbuatan
mereka. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
 واللَّه  خَلَق ُ ك  م  وما ت  ع مُلو َ ن
“Dan Allahlah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu
perbuat,” (ash-Shoffat : 96),
dan firman-Nya :
 و  خَل  ق ُ كلَّ  ش  يءٍ َفَقد ره ت ْ قدِي را
153 Ucapan an-Nabhani di dalam ad-Dusiyah hal. 26.
|| 216 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
“Dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan
ukuran-ukuran dengan serapi-rapinya.” (al-Furqon : 2).
Jadi ahlus sunnah menetapkan kehendak dan ikhtiyar bagi
manusia muqoyyad (terikat) dengan kehendak dan masyi’ah
Allah. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
لِ  م  ن  شاءَ مِن ُ ك  م َأ ْ ن ي  ستقِي  م  وما ت  شاءُو َ ن إِلَّا َأ ْ ن ي  شاءَ اللَّه  رب اْلعاَلمِ  ين
“Yaitu bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang
lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu)
kecuali apabila dikehendaki Allah pemelihara alam semesta.” (at-
Takwiir : 28-29).
Oleh karena itu, pembahasan masalah amal manusia tidak bisa
lepas dari irodah dan masyi’ah Allah, tidak lepas dari ilmu-Nya
dan yang tercatat di dalam Lauh al-Mahfuzh. Allah telah
menentukan takdir segenap makhuknya semenjak diciptakan al-
Qolam hingga hari kiamat kelak, Allah telah menentukan rizki,
wafat, amal, kebahagiaan, kesusahan hingga penentuan manusia
apakah akan masuk surga ataukah neraka berdasarkan amal
manusia tersebut sebelum manusia yang beramal itu diciptakan.
Oleh karena itu, perbuatan manusia tidak terlepas dari irodah dan
masyiah Allah.
Pemahaman HT terhadap qodho dan qodar ini, bagaikan sisi mata
uang dengan pendapat mu’tazilah qodariyah, yang memisahkan
antara kehendak makhuk dengan kehendak Allah. Mereka tidak
|| 217 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
mengenal irodah syar’iyah dan irodah kauniyah Allah. Mereka
meyakini bahwa kekufuran, kemaksiatan, kerusakan dan
selainnya adalah murni perbuatan makhluk tanpa campur tangan
kehendak Allah. Padahal Allah menciptakan kekufuran,
kemaksiatan dan kerusakan, lantas bagaimana mungkin
kehendak Allah terlepas dari amalan-amalan tersebut.
Di sinilah letak kesamaan mereka dengan mu’tazilah dan
perbedaan mereka dengan ahlus sunnah. Ketahuilah, bahwa Allah
berkehendak untuk menciptakan kesyirikan, kekufuran dan
kemaksiatan, namun Allah tidak ridho dengan kesyirikan,
kekufuran dan kemaksiatan tersebut. Kehendak Allah
menciptakan kesyirikan, kekufuran dan kemaksiatan adalah
irodah kauniyah Allah namun ketidakridhoan Allah dengan amalan
tersebut adalah irodah syar’iyah Allah. Oleh karena itu Allah
menerangkan dua jalan bagi makhluk-Nya yang bisa mereka
pilih, namun pilihan makluk-Nya tidak terlepas dari kehendak-
Nya.
Seorang manusia berkehendak untuk berjalan, dan kehendak
manusia ini muqoyyad dengan kehendak Allah. Jika Allah
menghendakinya niscaya akan berlangsung dan jika Allah tidak
menghendakinya niscaya tidak akan berlangsung. Demikian pula,
seorang manusia berkehendak untuk menjadi muslim atau kaf ir,
jika manusia itu kaf ir maka ia berkehendak dengan kehendaknya
dan kehendaknya adalah muqoyyad dengan kehendak Allah,
|| 218 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
maka Allah akan mengadzabnya sesuai dengan amalnya dan
Allah telah mengetahui dan berkehendak sebelumnya bahwa
orang itu memang akan diadzab semenjak al-Qolam diciptakan.
Mungkin, HT akan bertanya -sebagaimana kaum mu’tazilah
pernah mempertanyakannya- sehingga mereka memiliki
keyakinan yang berbeda dengan ahlus sunnah walau dengan
maksud tanzih (mensucikan Allah), namun pada hakikatnya
mereka jatuh ke lubang kebatilan… jika mereka bertanya : kalau
begitu Allah zhalim, karena menghendaki keburukan, padahal
diri-Nya tidak meridhainya?
Maka kami jawab : Allah maha adil, dan segala sesuatu berjalan
menurut kehendak dan hikmah-Nya. Barangsiapa yang diberi-Nya
petunjuk maka tak ada yang mampu menyesatkannya dan
barangsiapa yang ditetapkan kesesatan baginya maka tak ada
yang mampu memberinya petunjuk. Mu’tazilah sesungguhnya
melarikan diri dari sesuatu dengan tujuan yang mulia yaitu tanzih
namun pada akhirnya mereka terjerumus kepada sesuatu yang
lebih buruk lagi.
Pemahaman dan pendapat mereka itu berkonsekuensi bahwa
kehendak orang yang kaf ir mengalahkan kehendak Allah. Karena
menurut mereka, Allah mengendaki keimanan sedangkan orang
kafir itu menghendaki kekufuran, sehingga kehendak orang kufur
itu mengalahkan kehendak Allah. Ini jelas pendapat yang paling
rusak, binasa dan tak memiliki dalil. Oleh karena itu, ahlus
|| 219 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
sunnah berkeyakinan, bahwa Allah menghendaki adanya
kekufuran namun Dia tidak ridha dengan kekufuran tersebut, dan
Dia akan mengadzab siapa saja yang mengkufuri-Nya.
Jika ditanya : Lantas jika Allah tidak ridha dengan adanya
kekufuran mengapa dia menciptakan-Nya? Hal ini jelas tidak
mungkin karena hal ini jelas-jelas menisbatkan suatu keburukan
bagi Allah, menghendaki apa yang tidak Ia ridhai, suatu
kontradiksi bagi Allah yang maha bijaksana. Oleh karena itu
keburukan itu dinisbatkan kepada manusia dan murni dari
perbuatan manusia.
Kami Jawab : Pemahaman anda ini adalah pemahaman yang
suram dibangun diatas kesuraman. Karena konsekuensi dari
ucapan anda adalah bahwa Allah tidak menciptakan kekufuran,
dan manusia itu sendiri yang menciptakan kekufuran. Pendapat
ini jelas sangat kufur, karena meniadakan sifat pencipta bagi
Allah yang maha berkehendak. Bukankah manusia itu adalah
makhluk?? Lantas apakah kehendak manusia itu bukan
makhluk?? Dan apakah kehendak manusia untuk kufur juga
bukan makhluk?? Oleh karena itu pendapat anda di atas adalah
suatu penghinaan bagi Allah dan menafikan rububiyah Allah,
suatu kesesatan yang lebih sesat daripada kaum yang menafikan
uluhiyah Allah.
Allah menciptakan adanya kekufuran, dengan dalil :
|| 220 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
 وَل  و  شاءَ  رب  ك َلآَم  ن م  ن فِي اْلَأ  رضِ ُ كلُّ ه  م  جمِيعا
“Dan jikalau Rabb-mu menghendaki, tentulah beriman semua
orang yang berada di muka bumi seluruhnya.” (Yunus : 99)
Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah menghendaki bahwa tidak
seluruh orang yang berada di muka bumi ini beriman. Namun
dirinya tidak meridhai kekufuran, dengan dalil :
 وَلا ي  ر  ضى لِعِبادِهِ اْل ُ ك ْ ف ر
“Dia tidak meridhai kekaf iran bagi hamba-Nya.” (az-Zumar : 7)
Oleh karena itu, pernyataan kontradiktif antara menciptakan
keburukan dengan meridhai adalah prasangka lemah belaka.
Karena tidak semua yang Allah tetapkan di dalam takdirnya
adalah Ia ridhai, karena yang harus difahami adalah kita harus
membedakan antara takdir Allah dan sesuatu yang ditakdirkan-
Nya. Takdir Allah yaitu perbuatan yang dilakukan-Nya sedangkan
sesuatu yang ditakdirkan-Nya adalah obyek yang terpisah dari
diri-Nya. Takdir itu semuanya baik, adil dan bijaksana sedangkan
sesuatu yang ditakdirkan-Nya maka ada hal yang patut diridhai
dan ada yang tidak patut.
Contoh gampangnya adalah misalnya bunuh diri. Allah telah
mentakdirkannya, menetapkan dan menghendakinya mati dalam
keadaan demikian semenjak alam semesta belum diciptakan,
adapun mati bunuh diri adalah suatu hal yang tidak diridhai oleh||
 221 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Nya namun ia menghendaki bahwa orang itu akan meninggal
dalam keadaan demikian. Maka fahamilah benar-benar
perbedaannya.
Contoh lainnya adalah kekaf iran. Misalnya Allah menetapkan
kekafiran bagi Abu Thalib paman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam. Kekafiran Abu Thalib ini adalah suatu hal yang telah
ditetapkan-Nya semenjak zaman azali, namun Allah tidak
meridhai akan adanya kekafiran. Demikianlah semoga menjadi
jelas.
Jika dikatakan : Lantas, mengapa Allah mengadzab orang kaf ir
jika Allah sendiri yang menghendaki orang tersebut kaf ir?!!
Berarti apa yang dikatakan oleh an-Nabhani adalah benar, bahwa
perkara ini tidak berhubungan dengan irodah, ilmu dan lauh almahfzuh.
Kami jawab : Allah menghendaki adanya kekafiran bukan artinya
Allah meridhai kekaf iran. Pernyataan di atas menyimpan
pemahaman jabariyah. Telah berlalu penjelasannya bahwa
seorang manusia memiliki kemampuan untuk memilih dan
beramal, dan dia akan diadzab sesuai dengan apa yang ia pilih
dan ia amalkan. Namun amalan dan pilihannya, tidaklah lepas
dari apa yang ditetapkan oleh Allah atasnya. Dan kesemua ini
bukanlah suatu hal yang kontradiksi, bahkan saling menjelaskan
dan menetapkan akan kemahasempurnaan Allah.
|| 222 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Jika ditanyakan : Mengapa Allah menciptakan sesuatu yang tidak
Ia ridhai??
Maka kami jawab : Allah adalah yang berhak bertanya tidak
berhak ditanya. Seorang makhluk hanya berhak menerima
putusan dari Allah tanpa boleh memprotes atau
mempertanyakannya. Karena Allah adalah maha adil. Perlu
difahami juga, bahwa tatkala Allah menciptakan sesuatu yang
tidak Ia ridhai, maka sesungguhnya hikmah akan berjalan
sempurna. Karena dengan adanya kekufuran, kesyirikan,
kemaksiatan atau kerusakan lainnya, maka hikmah
diturunkannya kitab suci, diutusnya rasul dan diperintahkannya
manusia untuk berdakwah dapat berlangsung. Jika sekiranya
tidak ada kekufuran, kesyirikan, kemaksiatan dan semacamnya,
maka apa hikmah diturunkannya kitab suci? Diutusnya rasul?
Diperintahkannya dakwah? Padahal seluruh makhluknya telah
beriman dan taat kepada-Nya.
Oleh karena itu, sungguh indah ucapan Ibnu Qutaibah
rahimahullahu :
“Hikmah dan Qudroh takkan sempurna melainkan dengan menciptakan segala
sesuatunya dengan lawannya agar masing-masing diketahui dari pasangannya,
ingatlah sesungguhnya cahaya diketahui dengan adanya kegelapan, ilmu
diketahui dengan adanya kebodohan, kebaikan diketahui dengan adanya
|| 223 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
keburukan, kemanfaatan diketahui dengan adanya kemudharatan dan manis
diketahui dengan adanya pahit”(154)
Oleh karena itu, Umar bin Hutsaim pernah menceritakan : Kami
pernah bepergian dengan perahu. Kami ditemani oleh seorang
Majusi dan seorang Qodari. Qodari itu berkata kepada Majusi :
“Masuklah Islam.” Majusi itu menjawab : “Nanti saja, kalau Allah
menghendaki” Qodari berkata : “Sesungguhnya Allah
menghendaki (dirimu Islam) namun setan tidak
menghendakinya.” Si Majusi menanggapi : “Allah berkehendak
dan Setan juga berkehendak, namun kehendak setan yang
terwujud! Berarti setan lebih kuat daripada Allah, maka saya ikut
kepada yang lebih kuat!!!”(155)
Ada sebuah cerita juga, ada seorang Badui yang menghadiri
pengajian Amru bin Ubaid, seorang guru besar Mu’tazilah, orang
Badui itu berkata : “Wahai manusia, unta saya dicuri, tolong
doakan supaya unta saya bisa kembali.” Maka Amru bin Ubaid
berdoa : “Ya Allah, sesungguhnya Engkau menghendaki unta itu
tidak dicuri, tapi ternyata dicuri oleh pencuri. Maka kembalikanlah
untanya kepada orang itu.” Orang Badui itu lantas menanggapi,
“Saya tidak lagi butuh doamu!!”, dia menjawab, “Loh kenapa?”,
orang Badui itu menjawab, “Saya takut. Kalau Allah menghendaki
154 Ta’wil Mukhtalafil Hadits hal. 14 sebagaimana di dalam I lmu Ushulil Bida’ Dirosah
Takmiliyah Muhimmah fi ‘Ilmi Ushulil Fiqhi, Syaikh Ali Hasan bin Abdul Hamid al-Halabi al-
Atsari, cet. II, Dar ar-Royah, Riyadh, hal. 41
155 Lihat Tahdzib Syarh ath-Thohawiyah ( terj.), Abdul Akhir Hammad al-Ghunami, Pustaka
at-Tibyan, jilid II, cet. II I, Januari 2001, hal. 113.
|| 224 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
untuk tidak dicuri masih saja dicuri, bagaimana nanti kalo Dia
menghendaki untuk kembali pasti juga tidak kembali!!!”(156)
Bagi yang ingin memperluas pemahaman tentang ini silakan
merujuk kepada kitab-kitab ulama ahlus sunnah, dan bandingkan
dengan pemahaman HT yang pada hakikatnya tidak berbeda
dengan ahlus sunnah.
Saya katakan : O… aqidah apakah yang kau bawa wahai
“Mudzabdzab” al-Hizbi??? Dengan menuduh Ahlus Sunnah
sebagai Jabariyah… sungguh telah kau tunjukkan aqidahmu
kepada kami tentang masalah al-Qodho’ wal Qodar… dan
siapakah yang kau maksud dengan Ahlus Sunnah??? Tentu saja
Asy’ariyah dan Maturidiyah… hal ini akan semakin nampak
dengan nukilan-nukilan referensi yang telah kau nukil dan ajukan
untuk membantah salafy wahaby dari para muta’shshibin
madzhaby dan shufiyun semacam Muhammad Zahid al-Kautsari
dan muridnya Abdul Fattah Abu Ghuddah, juga Hasan Ali Saqqof,
al-Ghumari dan semacamnya…
Tauhid Asma’ wa Shifat
Dalam permasalahan Asma wa Shifat ini, pernyataan HT juga
tidak jauh berbeda dengan pembahasannya mengenai Qodho’
dan Qodar. Dalam pembahasan ini, HT lebih terpengaruh oleh
156 Ibid, hal. 113.
|| 225 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Mu’tazilah, Asy’ariyah dan Maturidiyah. Akan kita singkap insya
Allah berikut ini :
An-Nabhani berkata di dalam asy-Syakhshiyah al-Islamiyah (I/97) : “sebelum muncul
ahli kalam tidak pernah dikenal pembicaraan tentang masalah sifat Allah dan tidak
pernah disinggung dalam satupun pembahasan. Selain itu tidak ada disebutkan
dalam al-Qur'an al-Karim dan as-Sunnah asy-Syarif kalimat sifat Allah. Dan tidak
pula dikenal dari salah seorang sahabat bahwa ia menyebut sifat Allah atau
berbicara tentang sifat-sifat Allah.”
Syaikh Salim al-Hilali mengomentari :
“Demikianlah manhaj an-Nabhani yang menafikan secara mutlak dan mengklaim
telah menyelami seluruhnya. Lebih selamat jika sekiranya ia berkata : Aku belum
menemukannya, karena di atas orang yang ‘alim ada orang yang lebih ‘alim lagi.
Sesungguhnya sifat Allah atau sifat ar-Rahman telah disebutkan di dalam
beberapa hadits shohih yang jelas, diantaranya : Diriwayatkan dari ‘Aisyah
Radhiallahu 'anha bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menunjuk
seorang lelaki menjadi pemimpin sebuah pasukan kecil. Ia selalu mengakhiri
surat yang dibacanya di dalam sholat ketika mengimami anggota pasukannya
dengan qul huwallahu ahad. Ketika pasukan itu telah kembali, mereka
menceritakannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berkata : “Tanyakanlah kepadanya mengapa ia
melakukan itu?” Mereka pun bertanya kepadanya, lelaki itu menjawab : “karena
itu adalah sifat ar-Rohman dan aku suka membacanya.” Rasulullah Shallallahu
|| 226 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
‘alaihi wa Sallam bersabda : “Kabarkanlah kepadanya bahwa Allah mencintai
dirinya.” (HR Bukhori)(157)
An-Nabhani kembali berkata di dalam asy-Syakhshiyah al-
Islamiyah (I/97-98) :
“Kemudian sifat-sifat Allah hanya boleh diambil dar i al-Qur'an dan sebagaimana
yang disebutkan di dalam al-Qur'an. Sifat ilmu diambil dari firman Allah al-An’am :
59, al-Hayat dari Ali Imran : 2 dan al-Mukmin : 65, Qudroh dari al-An’am : 65 dan
al-Isro’ : 99, mendengar dari al-Baqoroh : 181 dan 224, melihat dari al-Mujadilah :
1 dan al-Mukmin : 20, berbicara dari an-Nisa’ : 64 dan al-A’rof : 143, irodah dari
al-Buruj : 16, Yasin : 82 dan al-Baqoroh : 252 dan al-Kholiq dari az-Zumar : 62
dan al-Furqon : 2. Sifat- sifat ini telah disebutkan di dalam al-Qur'an al-Karim
sebagaimana halnya sifat-sifat yang lain seper ti wahdaniyah, qidam dan lain- lain.
Tidak ada perselisihan diantara kaum muslimin bahwa Allah Subhanahu wa
Ta'ala adalah Maha Esa, Azali, Maha Hidup, Maha Kuasa, Maha Mendengar,
Maha Melihat, Maha Berbicara, Maha Mengetahui dan Maha Berkehendak.”
Pembagian sifat ini sebagaimana pembagian yang dilakukan oleh
Asy’ariyah yang disebut sebagai sifat ma’ani, yang dasar
pijakannya adalah akal dan mengenyampingkan dalil-dalil lainnya
yang menyelisihi akal. Ucapan an-Nabhani bahwa sifat-sifat Allah
hanya boleh diambil dari al-Qur'an adalah klaim yang batil dan
mengenyampingkan peran sunnah. An-Nabhani tidak
menjelaskan bahwa : Sesungguhnya yang paling mengetahui
157 Lihat al-Jamaa’at al-Islamiyyah f i Dhou’il Kitaabi was Sunnah, Syaikh Salim bin Ied al-
Hilali, terj. “ Jama’ah- Jama’ah Islam”, jilid II, cet. I, Oktober 2004, Pustaka Imam Bukhori hal.
245
|| 227 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
tentang sifat Allah adalah Allah sendiri dan makhluk yang paling
mengetahui tentang sifat-sifat Allah adalah Rasulullah, sehingga
tidaklah seharusnya an-Nabhani berkata bahwa hanya al-Qur'an
yang bisa digunakan untuk menetapkan sifat-sifat Allah ini.
Kemudian sifat-sifat yang disebutkan an-Nabhani di atas adalah
pembatasan yang tidak ada keterangannya dari Kitabullah tidak
pula dari Sunnah Rasulullah. Karena Ahlus Sunnah di dalam
menetapkan sifat dan asma Allah adalah tawaquf dengan apa
yang telah ditetapkan oleh Allah bagi diri-Nya sendiri dan apa
yang ditetapkan oleh Rasul-Nya, tanpa ta’wil (memalingkan
makna zhahir), tanpa ta’thil (meniadakan sifat sebagian atau
seluruhnya), tanpa takyif (mempertanyakan kaifiyatnya) dan
tanpa tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya).
Hizbut Tahrir serupa dengan Asy’ariyah, Mu’tazilah dan
Maturidiyah di dalam mentakwil ayat-ayat sifat bagi Allah seperti
sifat tangan, tertawa, beristiwa dan semacamnya. Mereka
memalingkan makna ini dengan dalih majaz. Inilah senjata
mu’tazilah di dalam membabat habis talaqqi di dalam Islam,
menolak hadits dengan istilah ahad dan menolak al-Qur’an
dengan istilah majaz.
Sesungguhnya penggunaan majaz adalah hal yang baru di dalam
Islam yang tidak dikenal ahli lughoh terdahulu. Istilah majaz ini
muncul abad-abad terakhir ketika kaum muslimin bersinggungan
dengan filsafat dan ilmu kalam. An-Nabhani yang menggunakan
|| 228 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
metode majaz ini di dalam rangka menakwil ayat-ayat sifat
adalah buah dari pemikiran mu’tazilah.
Sesungguhnya orang-orang yang menakwil ayat-ayat sifat,
sesungguhnya berada di dalam 4 kesesatan sekaligus, yaitu
ta’wil, ta’thil, takyif dan tasybih. Walaupun mereka mengatakan
bahwa mereka mentakwil dengan maksud untuk tanzih. Orang
yang menakwil sifat tangan (yad) misalnya dengan makna
kekuasaan atau kekuatan, sesungguhnya mereka telah :
1. Meniadakan (ta’thil) makna tangan bagi Allah, dimana Allah
menetapkan makna tangan bagi diri-Nya.
2. Mentasybih sifat tangan Allah dengan makhluk-Nya, yaitu
dengan cara meniadakannya, sebab jika ditetapkan maka
Allah seperti makhluknya.
3. Mentakyif sifat tangan bagi Allah, yaitu dengan cara tidak
menetapkannya, yang mana jika menetapkannya maka
mereka tidak mampu menjangkau hakikatnya sedangkan
kekuasaan mampu mereka jangkau.
4. menta’wil kata tangan dengan makna lainnya, hal ini juga
mengindikasikan bahwa hakikat tangan itu sendiri adalah ada.
Karena Allah menggunakan kata tangan itu sendiri.
Lantas, mengapa anda mentakwil makna tangan bagi Allah
dengan makna kekuasaan atau kekuatan?? Jika anda
mengatakan dengan maksud makna tanzih (mensucikan) sifat
|| 229 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Allah dari tajsim atau tasybih, maka kami tanyakan kepada anda?
Mengapa anda tidak menetapkan tangan bagi Allah namun anda
menetapkan sifat kekuatan atau kekuasaan??
Jika dijawab, Allah berhak atas sifat sempurna berkuasa dan
kekuatan, namun tidak layak disifati dengan memiliki tangan,
sebab nanti seperti makhluknya.
Kami tanyakan kepada anda kembali, siapakah yang lebih tahu
tentang Allah?? Tentunya pasti dijawab Allah. Lantas mengapa
anda lancang meniadakan sifat yang Allah sifatkan sendiri bagi
diri-Nya. Siapakah makhluk yang paling mengetahui tentang
Allah? Pasti dijawab, Rasulullah. Lantas mengapa anda
meniadakan apa yang ditetapkan oleh Rasulullah. Apakah anda
merasa lebih ’alim daripada Allah dan rasul-Nya?!!
Jika mereka menjawab : Kami tidak menetapkan sifat tersebut
bagi Allah, melainkan supaya Allah memiliki kesempurnaan dan
sebagai tanzih bagi Allah dari segala sifat kekurangan.
Maka kami katakan : Atas dasar apa anda mengatakan sifat
tangan adalah sifat kurang bagi Allah?? Bukankah Allah dan
rasul-Nya sendiri yang menetapkan sifat tangan bagi Allah?!!
Apakah anda lancang untuk kesekian kalinya merasa lebih alim
dari Allah dan Rasul-Nya.
Jika mereka mengatakan, kalau Allah disifatkan dengan tangan
maka Allah akan seperti makhluk-Nya.
|| 230 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Maka kami katakan : Berarti anda yang mentasybih atau
mentamtsil Allah, karena Allah sendiri yang menetapkan sifat
tangan bagi-Nya dan Ia sendiri menyatakan : ”Tidak ada yang
serupa dengan-Nya”. Bukankah manusia juga punya kekuasaan
dan kekuatan?? Lantas mengapa tidak anda katakan bahwa jika
Allah ditetapkan dengan kekuatan dan kekuasaan maka Allah
akan seperti makhluk-Nya??
Jika mereka menjawab : Karena Allah layak ditetapkan dengan
kekuatan dan kekuasaan namun tidak layak dengan tangan.
Karena kalau ditetapkan dengan tangan maka berkonsekuensi
tajsim dan tasybih bagi Allah.
Maka kami jawab : dasar apa anda mengatakan Allah layak
bersifat demikian dan tidak layak demikian?!! Apakah anda
memikiki dalil yang Allah dan Rasul-Nya sebutkan?!! Maka kami
katakan lagi, anda tidak punya dalil melainkan berangkat dari
pemahaman akal anda!!! Bukankah manusia memiliki tangan??
Juga bukankah manusia memiliki kekuasaan dan kekuatan?!!
Lantas mengapa anda hanya mengatakan kalau Allah memiliki
tangan maka Allah seperti makhluk-Nya, padahal makhluk-Nya
juga punya kekuasaan dan kekuatan?!!
Jika mereka berkilah : Kekuasaan dan kekuatan makhluk terbatas
dan berbeda dengan kekuasaan dan kekuatan Allah.
Maka kami katakan, demikian pula tangan Allah berbeda dengan
tangan makhluk-Nya. Allah sendiri yang menetapkan tangan bagi
|| 231 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
diri-Nya maka Ia berhak untuk mendapatkan sifat tangan bagi
diri-Nya, dan tangan Allah berbeda dengan tangan makhluk-Nya
sebagaimana kekuatan dan kekuasaan Allah berbeda dengan
makhluk-Nya. Falillahi hamdu, sesungguhnya pemahaman anda
adalah pemahaman yang lemah dan pemahaman kami adalah
pemahaman yang selamat dan sehat.
Jika mereka masih berkilah : Sifat Allah di dalam al-Qur’an atau
Sunnah nabi-Nya adalah majaz, sebagaimana perkataan orang
arab : Ja’a asadun yang memiliki dua makna, yaitu singa
sebenarnya yang datang atau orang yang pemberani yang disifati
seperti macan.
Maka kami jawab, majaz adalah perkara yang baru di dalam
agama, dan al-Qur’an diturunkan dengan kalam yang tegas dan
jelas, melainkan hanya sebagian kecil saja yang mutasyabihat.
Pernyataan anda bahwa ayat sifat adalah ayat mutasyabihat
adalah seperti pernyataan mu’tazilah. Sesungguhnya ayat sifat
bagi Allah adalah muhkam maknanya dan mutasyabihat
hakikatnya. Bukan mutasyabihat makna dan hakikatnya.
Menyatakan di dalam al-Qur’an terdapat majaz sama artinya
mengatakan al-Qur’an diturunkan dengan keraguan makna.
Karena majaz mengundang interpretasi yang berbeda dari setiap
manusia yang membacanya. Dan ini jelas suatu kebathilan.
Sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab yang
lugas lagi mudah difahami, tidak terkandung majaz di dalamnya.
|| 232 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Adapun contoh majaz yang anda kemukakan, seperti Ja’a asadun
maka yang harus difahami adalah kata asad sendiri memiliki
makna hakiki seekor singa, maka orang yang menakwil kata
singa pada hakikatnya mereka menetapkan makna singa itu
sendiri dikarenakan mereka memiliki gambaran singa. Sehingga
mereka mengatakan bahwa asad yang dimaksud di sini orang
yang pemberani bagaikan singa.
Juga harus difahami, majaz datang di dalam bahasa harus
memiliki qorinah yang mendukung terjadinya pemalingan makna
dari makna zhohir ke makna selainnya. Oleh karena itu, jika ada
orang berkata : Ja’a asadun tanpa ada qorinah sedikitpun yang
menunjukkan adanya pemalingan makna asad ke makna lainnya,
maka memalingkannya adalah suatu kebodohan dan kebatilan.
Namun jika ada qorinah yang menyertai, dalam konteks tertentu
maka majaznya benar. Wallahu a’lam.
Adapun menerapkan majaz ke dalam al-Qur’an adalah suatu
kesesatan, karena akan memunculkan bidah-bidah baru di dalam
memahami agama. Apalagi menggunakan majaz dengan maksud
menolak ayat al-Qur’an. Menurut prinsip HT, suatu majaz adalah
zhonni ad-Dilalah yang tidak dapat ditetapkan sebagai dasar di
dalam perkara aqidah, sebagaimana khobar ahad adalah zhonni
ats-Tsubut sehingga tidak dapat ditetapkan dalam masalah
aqidah pula.
|| 233 dari 233  ||
Risalah Pembelaan Salafiyyah
Inilah adalah permainan dari mu’tazilah dengan maksud untuk
menolak al-Qur’an dan as-Sunnah, semenjak menolak al-Qur’an
dan as-Sunnah secara langsung tidak mampu mereka
laksanakan. Allahumma subhanaka mimma yaquulun.
[selesai]

No comments:

Post a Comment

Silahkan Diskusi